Harianjogja.com, JAKARTA—Uang Tunjangan Hari Raya atau THR perlu agar lebih produktif dan bisa menghasilkanuang lagi, sehingga tidak lekas habis dalam sekejap.
Certified Financial Planner Rista Zwestika, WMI membagikan kiat mengelola THR. Dia mengatakan hal yang penting dalam mengelola THR dengan membuat rencana terperinci. Hal ini lantaran kesalahan umum yang kerap terjadi dalam mengelola THR terutama pada anak muda adalah tidak membuat perencanaan.
"Banyak yang langsung menghabiskan THR tanpa membuat daftar prioritas, seperti kebutuhan mendesak atau tabungan," kata Rista Zwestika, Jumat (7/3/2025).
Rista menyarankan rencana terperinci dana THR, seperti memprioritaskan utang misalnya dengan alokasikan 30-40 persen untuk melunasi utang berbunga tinggi.
Kemudian, dialokasikan sebagai dana darurat bisa dengan menyisihkan 20 persen dengan minimal 6-12 bulan pengeluaran atau pendapatan.
Alokasikan 30 persen untuk kebutuhan mendesak seperti perbaikan rumah, biaya kesehatan, atau keperluan keluarga, serta sisakan 10 persen untuk diri sendiri agar tidak merasa tertekan.
BACA JUGA: Ini Besaran THR Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Sesuai PP 2024
"Hindari Impulsif bisa dengan tunda pembelian barang mahal selama 1-2 minggu untuk menilai apakah benar-benar diperlukan," ujar CEO dan Founder Finante.id.
Dia juga menyarankan agar penggunaan THR bisa di komunikasikan dengan keluarga untuk menghindari konflik. "Misalnya dengan membagi sebagian untuk orang tua tanpa mengorbankan tabungan," ucapnya.
Menurut dia, dalam menghemat penggunaan THR bisa dengan memanfaatkan promosi produk dengan bijak, seperti menggunakan diskon untuk membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar (seperti sembako), bukan barang konsumtif.
"Gunakan aplikasi keuangan untuk menghindari kebocoran anggaran. Jika ada sisa lakukan investasi sederhana dengan pertimbangkan instrumen likuid seperti deposito atau reksadana pasar uang," ujar dia.
Dia mencontohkan perencanaan keuangan dalam mengelola THR senilai Rp5 juta bisa dialokasikan seperti Rp1,5 juta untuk utang (30 persen), Rp1 juta untuk dana darurat (20 persen), Rp1,5 juta untuk kebutuhan keluarga (30 persen), Rp500 ribu untuk hiburan (10 persen), dan Rp500 ribu untuk investasi atau simpanan likuid (10 persen).
"Dengan strategi ini, THR tidak hanya "lewat" tetapi menjadi batu loncatan untuk stabilitas keuangan jangka pendek maupun panjang," katanya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan beberapa kesalahan umum dalam mengelola THR terutama pada anak muda, seperti tekanan sosial dan lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan.
"Mengalokasikan THR untuk hiburan, gawai, atau fesyen trendi alih-alih membayar utang atau kebutuhan pokok. Memenuhi ekspektasi keluarga atau teman dengan memberikan hadiah mahal atau pesta melebihi kemampuan," ujar dia.
Tidak hanya itu, impulsif saat belanja juga menjadi salah satu kesalahan umum, karena terpengaruh diskon atau promosi hari raya, terutama di loka pasar, sehingga boros pada hal tidak esensial.
"Menganggap THR sebagai "uang panas" yang harus segera dibelanjakan, tanpa menyisihkan sebagian untuk dana darurat atau investasi sederhana," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara