Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa
Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo menemukan 34 kasus leptospirosis di wilayahnya selama 2025. Mayoritas menyerang kalangan petani di Kapanewon Nanggulan dan Girimulyo dengan jumlah korban meninggal sebanyak lima orang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Perlindungan Penyakit Dinkes Kulonprogo, Arief Musthofa menjelaskan, dari 12 kapanewon di Kulonprogo hanya di Lendah saja yang tidak ditemukan kasus leptospirosis. "Temuan leptospirosis tertinggi di Nanggulan sebanyak 10 kasus, posisi kedua Girimulyo sembilan kasus. Paling rentan kena leptospirosis petani," katanya, Kamis (24/7/2025).
BACA JUGA: Kasus Leptospirosis di Jogja Tinggi, Dinkes Ambil Sampel Tikus di Rumah Pasien
Diakuinya, kasus leptospirosis di Kulonprogo mayoritas dialami petani seperti di Nanggulan dan Girimulyo karena kedua kapanewon itu satu fokus kesatuan epidemiologi leptospirosis. "Ya, memang leptospirosis sangat erat kaitannya dengan pola kegiatan para petani di sawah," katanya.
Menurutnya, ada kecenderungan petani di Kulonprogo terjangkit leptospirosis karena pada Februari lalu masuk masa panen dilanjutkan dengan penanaman padi. "Kematian akibat leptospirosis sebanyak lima kasus. Masing-masing satu dari Girimulyo, Panjatan dan Wates sedangkan dua kematian di Nanggulan," imbuhnya.
Petani rentan terkena leptospirosi karena tikus yang menularkannya lewat urine. Urine tersebut terdapat bakteri leptospirosis lantas masuk melalui luka manusia sehingga terkena.
Arief menuturkan, leptospirosis di tahun 2025 ini di Kulonprogo lebih dominan menyerang laki-laki mencapai 76 persen. Sedangkan kaum hawa hanya 24 persen saja. Gejala leptospirosis diawali demam dan sakit di bagian betis.
"Untuk menghindari leptospirosis bagi para petani datang ke sawah agak siang agar bakteri leptospirosis berkurang. Kalau ada luka di tangan atau kaki jangan ke sawah ketika harus ke sawah dengan luka harus pakai alat pelindung diri," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News