Begini Tanggapan Ekonom DIY Atas Keputusan BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5,50 Persen

9 hours ago 5

Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Mei 2025.

Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Catur Sugiyanto mengatakan bagi perekonomian DIY keputusan ini sudah tepat. Sebab, pertama inflasi di DIY menunjukkan tren penurunan, dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 1,28% pada Desember 2024 dan 1,17% pada kuartal I 2025. Kondisi ini mencerminkan stabilitas harga terkendali.

Kedua, pada triwulan I 2025 ekonomi DIY tumbuh sebesar 5,11% dibandingkan triwulan I 2024. Sementara itu, tahun lalu pertumbuhan ekonomi DIY 5,03% lebih rendah dari 2023 sebesar 5,07%.

"Jadi penurunan suku bunga menjadi salah satu stimulus perekonomian DIY," ucapnya, Jumat (23/5/2025).

Ia menjelaskan dalam lima tahun terakhir 2020–2025, respons perbankan di DIY terhadap penurunan BI Rate cenderung lambat, dan tidak langsung tercermin dalam penurunan suku bunga kredit. Meskipun BI telah beberapa kali menurunkan BI Rate, suku bunga kredit perbankan tetap tinggi. Menghambat pertumbuhan penyaluran kredit, khususnya kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah DIY perlu memacu penurunan BI rate ini dengan kebijakan, supaya biaya dana (cost of fund) di DIY benar-benar rendah, terutama bagi UMKM.

BACA JUGA: PT KAI Meminta Warga Lempuyangan Mengosongkan Rumah Sengketa Dalam Tujuh Hari

"Sangat diharapkan pemerintah DIY ikut memacu pertumbuhan dunia usaha terutama UMKM dan eksportir DIY yang sedang menghadapi pelambatan konsumsi masyarakat dan ketidakstabilan global akibat kebijakan tarif impor USA," jelasnya.

Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan kemungkinan BI Rate diturunkan dengan pertimbangan karena dalam beberapa bulan terakhir inflasi relatif terkendali. Kemudian nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif stabil.

Sri menjelaskan penurunan BI Rate diharapkan akan diikuti penurunan suku bunga perbankan, khususnya suku bunga kredit. Apabila suku bunga kredit turun harapannya bisa menggairahkan investasi. Dari awalnya portofolio di dolar atau saham kemudian bergerak ke investasi riil, seperti mendirikan pabrik dan sebagainya.

"Ada dorongan untuk peningkatan investasi, direct investment baik penanaman modal asing (PMA) atau penanaman modal dalam negeri," ungkapnya.

Lebih jauh lagi bisa berdampak pada penyerapan tenaga kerja, menggerakkan ekonomi, meningkatkan kontribusi pajak dari keuntungan usaha, dan ekonomi lainnya. Sri menyebut industri ke belakangnya berkaitan dengan bahan baku dan ke depannya mendorong industri eceran.

Menurutnya penurunan suku bunga kredit tidak berlaku serta merta setelah BI Rate diturunkan. Bisa memakan waktu 1-2 bulan, tergantung situasi ekonomi dan pertimbangan dari masing-masing perbankan.

"Kalau sudah benar-benar diikuti penurunan suku bunga perbankan, suku bunga kredit, nanti kan investasi bergerak kembali karena suku bunganya lebih murah dan juga kredit konsumsi mungkin meningkat," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news