Hingga Juni 2025, Tiga Warga Boyolali Meninggal Dunia karena DBD

11 hours ago 4

Harianjogja.com, BOYOLALI -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat sebanyak 287 kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD dan tiga orang di antaranya meninggal dunia sejak Januari hingga Minggu (15/6/2025).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, mencatat 287 kasus tersebut terdiri dari 285 DBD dan dua kasus Dengue Shock Syndrome (DSS). “Januari ada 96 kasus, Februari ada 70 kasus, Maret ada 50 kasus, April 41 kasus, Mei 29 kasus, dan Juni 1 kasus,” kata dia kepada Espos, Minggu.

Ia menjelaskan untuk kasus kematian akibat DBD pada Januari 2025 terdapat dua kasus yaitu di Desa Bakulan, Kecamatan Cepogo, serta Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Boyolali. Kemudian, satu kasus kematian karena DBD di Desa Tambak, Kecamatan Mojosongo.

Menurut Puji, terjadi tren penurunan kasus pada 2025 ini dibanding tahun sebelumnya. Tak hanya itu, angka kasus juga turun dibandingkan periode yang sama pada 2024.

Sebagai contoh, pada 2024 diketahui pada Januari terdapat 77 kasus, Februari 87 kasus, Maret 156 kasus, April 114 kasus, Mei 130 kasus, dan juni 79 kasus. Total ada delapan kasus kematian akibat DBD pada Januari-Juni 2024.

BACA JUGA: Jemaah Haji Embarkasi Solo yang Meninggal Dunia Bertambah Jadi 31 Orang

Ia memperkirakan penurunan terjadi karena cuaca pada awal 2025 tidak seekstrem pada 2024. “Walaupun terjadi penurunan [jumlah] kasus, kami meminta masyarakat untuk tidak lalai karena saat ini cuaca juga masih tidak menentu. Masyarakat harus melaksanakan PSN [pemberantasan sarang nyamuk],” kata dia.

Ia mengatakan cuaca panas dan hujan yang bergantian secara cepat dapat membantu perkembangan nyamuk. Puji menilai PSN menjadi cara paling efektif untuk mencegah demam berdarah karena nyamuk diberantas sejak sarangnya. Kalau tidak ada jentik-jentik maka tidak ada nyamuk sehingga tidak ada DBD.

“Kami gerakkan juga PHBS [perilaku hidup bersih dan sehat], tapi ini sulit sekali karena masyarakat pemahamannya karena DBD itu ya di-fogging. Padahal bukan, kami mengubah itu sulit sekali,” kata dia.

Ia mengatakan fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tapi jentik-jentik nyamuk masih hidup. Puji juga menyoroti kasus pada 2025 yang tak terlalu dominan di wilayah Boyolali utara. Ia mengingat pada 2024, wilayah utara mendominasi kasus kematian akibat DBD.

“Bisa jadi karena kesadaran masyarakat untuk PHBS meningkat. Sehingga mereka bersih-bersih juga lebih detail, apalagi di sana banyak pohon pisang. Kan pelepah pisangnya itu kan disukai sebagai sarang nyamuk,” kata dia.

Selain itu, ia menilai sudah ada kesadaran masyarakat di Boyolali utara untuk tidak shopping dokter atau berganti-ganti dokter dan jujur akan penyakitnya. Sehingga, fatalitas kasus DBD pada 2025 ini bisa diminimalkan.

Data Dinkes Boyolali hingga 15 Juni 2025 ini, Kecamatan Teras memiliki kasus tertinggi dengan 54 kasus, Selo 1 kasus, Ampel 12 kasus, Cepogo 22 kasus dan 1 meninggal, Musuk 6 kasus, Boyolali I ada 12 kasus, Boyolali II 15 kasus, Mojosongo 4 kasus dan 2 meninggal.

Kemudian Sawit 1 kasus, Banyudono I 8 kasus, Banyudono II 2 kasus, Sambi 36 kasus, Ngemplak 28 kasus, Nogosari 11 kasus, Simo 6 kasus, Karanggede 8 kasus, Klego I 2 kasus, Klego II 8 kasus.

Berikutnya, Andong 26 kasus, Kemusu 6 kasus, Wonosegoro 7 kasus, Juwangi 9 kasus, Gladagsari nol kasus, Tamansari 1 kasus, dan Wonosamodro 2 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : espos.id

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news