Potret dua mahasiswa KKN UGM yang berpulang saat menjalankan KKN di Maluku Tenggara. - Istimewa // Instagram KKN PPM UGM
Harianjogja.com, SLEMAN—Berpulangnya Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo, mahasiswa KKN-PPM UGM yang meninggal dalam kecelakaan kapal di Maluku Tenggara meninggalkan jejak duka yang mendalam.
Datang membawa misi menjaga lingkungan, keduanya berpulang saat mengabdi untuk penduduk Manyeuw yang jaraknya berkilo-kilometer dari kediaman Eka dan Bagus yang ada di Sumbawa dan Bojonegoro.
BACA JUGA: Mahasiswa Meninggal Karena Kecelakaan Laut, UGM Kirim Psikolog
Sekretaris Direktorat pengabdian kepada Masyarajat UGM, Djarot Heru Santoso bercerita bagaimana situasi KKN UGM di Maluku. Di Maluku, kata Djarot ada sembilan tim yang diterjunkan. Satu tim di antaranya dijelaskan Djarot mengabdi di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara.
Para mahasiswa yang tergabung Tim KKN UGM Unit Manyeuw diungkapkan Djarot memiliki perhatian pada pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Sementara di Manyeuw, sampah yang terbawa arus laut kata Djarot mulai banyak yang berakhir di pinggiran pantai.
"Wilayah Manyeuw ini juga sudah mulai banyak sampah di pinggir laut dan mereka membuat salah satu program itu untuk pembangunan lingkungan berkelanjutan," ungkap Djarot pada Rabu (2/7/2025).
Persoalan itu lah yang coba dipecahkan tim KKN tempat Bagus dan Eka bergabung dengan membangun tempat pengelolaan sampah.
"Jadi adik-adik ini punya program untuk tempat sampah, jadi pembangunan tempat sampah dan juga dalam rangka lingkungan," ujarnya.
Tak hanya mencoba membantu mengurai persoalan sampah yang terbawa ke pesisir, mahasiswa KKN UGM Unit Manyeuw juga memikirkan kelangsungan laut lewat rencana pembuatan terumbu karang buatan. Langkah ini berpotensi besar membantu konservasi lingkungan hidup biota laut.
Kedua program itu, baik pembangunan tempat pengelolaan sampah dan pembuatan terumbu karang buatan membutuhkan pasir Dalam pengembangannya.
"Mereka juga merencanakan pasir ini digunakan untuk terumbu karang buatan yang nantinya akan untuk lingkungan berkelanjutan di situ," terangnya.
Lantaran material pasir harus dicari ke pulau lain yang berjarak 15-20 menit dari tempat tinggal Tim KKN, pengambilan pasir dilakukan menggunakan longboat. Dengan menaiki longboat yang biasanya dipakai penduduk untuk bepergian sehari-hari, tujuh mahasiswa UGM dan lima penduduk lokal berangkat mencari pasir.
"Di longboat itu ada 12 orang, itu lima penduduk lokal dan tujuh mahasiswa UGM dan itu dua kali trip," jelas Djarot.
Pada trip pertama, pengambilan pasir berlangsung lancar tidak ada masalah ungkap Djarot . Pada trip kedua, kapal mengangkut 16 karung pasir dengan 12 orang.
"Karung pasirnya itu hanya seperempat bagor gitu kalau di sini dan itu sudah sesuai ukuran. Kami tanyakan kepada tim yang di sana, kepada masyarakat di sana, sudah biasa seperti itu," ujarnya.
Namun saat trip kedua ini lah, sekitar 300 meter dari bibir pantai ketika tim hendak bertolak pulang, Djarot bilang badai tiba-tiba datang. Ombak saat badai lanjut Djarot bisa setinggi 2,5 meter. Saat diterjang badai ini lah, kapal rombongan KKN terbalik.
"Kapal terbalik. Ketika kapal terbalik, 12 orang ini berusaha berenang mencapai bibir pantai yang 300 meter itu," ungkapnya.
Saat kecelakaan ini, lima mahasiswa UGM berhasil selamat meskipun sempat mendapatkan sejumlah perawatan. Salah satu korban yang meninggal, Eka sebelumnya disebut Djarot sempat berhasil mencapai bibir pantai. Namun karena kondisinya yang menurun, Eka lekas dibawa ke rumah sakit. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Eka dinyatakan meninggal dunia.
"Oleh penduduk ketika ditemukan langsung dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit dan dalam perjalanan meninggal," tandasnya.
Selain Eka, rekannya Bagus sebelumnya sempat dinyatakan hilang pasca insiden terjadi. Bagus dijelaskan Djarot ditemukan pada malam pukul 22.15 WIT.
"Awalnya pukul 22.00 WIB itu tim SAR, Basarnas dan teman-teman sudah menutup operasi itu dengan statement untuk dilanjutkan pukul 08.00 WIB [keesokan harinya]," ujarnya.
Namun Djarot mengatakan saking cintanya penduduk dengan mahasiswa KKN, mereka melanjutkan pencairan. Lalu 15 menit kemudian tepatnya pukul 22.15 WIB, Bagus ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dan segera dibawa ke rumah sakit.
Dua jenazah selanjutnya dibawa pulang menggunakan pesawat. Dari Langgur pesawat terbang ke Ambon. Sampai di Ambon, pesawat menuju Makassar untuk kemudian menuju Surabaya.
"InsyaAllah kalau dari jadwal yang sudah, kalau tidak delay, pukul 19.20 WIB nanti sudah sampai ke Surabaya. Sampai di Surabaya. Satu jenazah nanti akan dibawa ke Sumbawa atas nama Septian Eka Rahmadi. Satunya langsung dibawa ke Bojonegoro atas nama Bagus Adi Prayogo," jelasnya.
Datang dengan niat mengabdi dan misi lingkungan di Manyeuw, kepergian Bagus dan Eka kata Djarot diantar ribuan masyarakat setempat. Pada momen ini mata Djarot nampak berkaca-kaca ketika menceritakan bagaimana respons penduduk atas kepergian Bagus dan Eka.
Para penduduk kata Djarot berbondong-bondong mengantarkan jenazah Bagus dan Eka hingga bandara.
"Pagi ini ribuan masyarakat setempat itu mengantarkan dua ambulans. Dua jenazah ini sampai ke bandara," ujarnya.
"Tadi pagi pun sesuai permintaan kami, Pemda itu menggerakkan seluruh OPD ASN yang beragama Islam menyalatkan. Disalatkan di masjid besar di Langgur, di Kabupaten Maluku Tenggara," lanjutnya.
Sekali lagi Djarot kembali menceritakan bagaimana kedatangan Bagus, Eka dan koleganya yang ingin membangun lingkungan berkelanjutan lewat pengelolaan sampah dan pembuatan terumbu karang buatan.
Dari sisi fisik, mahasiswa akan membangun tempat pembuangan sampah dan dari sisi edukasi mahasiswa kata Djarot akan mengedukasi penduduk untuk pengelolaan sampahnya.
"Mereka merancang untuk tempat pembuatan sampah, karena sampah plastik, sampah yang cukup mengganggu di pinggir pantai," jelasnya.
Sisa pasir yang diambil selanjutnya akan dibuat terumbu karang buatan. "Itu bagus juga untuk perikanan," tuturnya.
"Tema KKN UGM tahun ini kan tentang pembangunan lingkungan berkelanjutan, jadi kan sampah itu salah satu bentuk pelaksanaan programnya," imbuhnya.
Sebelumnya Direktur Pengabdian kepada Masyarakat (DPKM) UGM, Rustamadji mengatakan bila kampus kehilangan sosok pemuda penuh potensi. UGM menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Eka mahasiswa Program Sarjana Program Studi Teknologi Informasi, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM tersebut.
"Kami kehilangan sosok muda yang penuh potensi dan semangat. Semoga Almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga diberi ketabahan," kata Rustamadji pada Selasa (1/7/2025).
Rustamadji menceritakan jika Eka dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan bersahaja. Almarhum lanjut Rustamadji juga berkomitmen dalam proses belajar dan mengabdi untuk masyarakat. Kehadiran mendiang disebut Rustamadji juga memberikan warna bagi lingkungan akademik Fakultas Teknik dan kampus secara lebih luas.
Insiden kecelakaan kapal terjadi saat tujuh mahasiswa KKN-PPM UGM bersama lima warga lokal melakukan pengambilan pasir di Pulau Wahru. Pasir yang diambil akan digunakan untuk program Revitalisasi Terumbu Karang dengan metode Artificial Patch Reef (APR).
"Kepergiannya membawa duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan sahabat tetapi juga bagi rekan sejawatnya di KKN-PPM Unit Manyeuw," lanjutnya.
Sementara mendiang Bagus kata Rustamadji dikenal sebagai sosok mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan. Bagus lanjut Rustamadji juga menunjukkan dedikasi tinggi dalam berbagai kegiatan pengabdian.
"Kami sangat kehilangan. Bagus adalah mahasiswa yang aktif, peduli terhadap lingkungan, dan menunjukkan dedikasi tinggi dalam setiap kegiatan pengabdian," kata Rustamadji pada Selasa (1/7/2025) malam
"Semoga Almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta ketabahan," lanjutnya.
Selain peduli terhadap lingkungan, Bagus kata Rustamadji juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, rendah hati, dan memiliki semangat kolaboratif yang tinggi. Selain berprestasi secara akademik, Bagus juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemahasiswaan.
Doa Terus Mengalir
Doa dari beragam elemen terus mengalir untuk Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo. Di UGM, sejumlah masjid menggelar Salat Gaib untuk mendoakan mendiang yang berpulang.
Dari informasi yang beredar, Salat Gaib dilangsungkan di Maskam UGM Timur, Maskam MIC UGM Barat, Masjid Al-Ihsan Fakultas Kehutanan UGM dan Masjid Al-Mustadam Fakultas Teknik UGM.
Di Maskam UGM, Salat Gaib didirikan usai Salat Zuhur. Sebelum Salat Zuhur didirikan, takmir nampak mengumumkan tentang akan diselenggarakannya Salat Gaib ini.
Para jemaah Masjid Kampus nampak segera mendirikan saf usai iqomah Salat Zuhur dikumandangkan. Tak berselang lama usai Salat Zuhur ditunaikan, para jemaah nampak kembali berdiri untuk melaksanakan Salat Gaib. Terlihat banyak jemaah ikut mendirikan Salat Gaib untuk almarhum Bagus dan Eka yang berpulang saat tengah menjalankan KKN.
"Kami baru saja melaksanakan Salat Gaib bersama para jemaah, persis setalah pelaksanaan Salat Zuhur berjemaah di Masjid Kampus," kata Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Mohammad Yusuf pada Rabu (2/7/2025) usai salat.
Yusuf mengungkapkan pelaksanaan Salat Gaib menjadi bentuk keprihatinan civitas akademika UGM atas musibah yang dialami mahasiswa saat menjalankan KKN. Salat Gaib yang dilaksanakan kata Yusuf juga digelar untuk mendoakan almarhum yang berpulang.
"Sebagai bentuk upaya kami dalam rangka mendoakan bersama-sama untuk adek-adek kami, mahasiswa kami yang terkena musibah tersebut," tandasnya.
Harapan Yusuf, kedua almarhum mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah dan diterima amal ibadahnya serta diampuni segala dosa dan kesalahannya.
Yusuf mengatakan mahasiswa UGM tersebut meninggal saat melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Yusuf bilang dalam perspektif Islam, kegiatan yang dilakukan keduanya merupakan bentuk jihad.
"Dalam perspektif Islam kegiatan yang dilakukan kami adalah bentuk jihad. Jihad secara akademik, maupun jihad dalam kaitannya keterlibatan mereka untuk membangun masyarakat," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News