NGUDARASA: Filipina Ngebut di Jalur Manufaktur

5 hours ago 4

Diam-diam, salah satu negeri jiran kita, Filipina, berlari kencang dengan kemajuan pesat di sektor industri manufaktur.

Filipina mengalami pertumbuhan signifikan dalam sektor manufaktur selama beberapa tahun terakhir. Pada 2024, aktivitas manufaktur di Asean menunjukkan ekspansi yang stabil, dengan Filipina sebagai salah satu negara yang mengalami peningkatan pesanan baru dan hasil produksi.

Selain itu, Filipina juga mulai menarik perhatian dunia sebagai pusat manufaktur sepeda motor di Asia. Beberapa perusahaan besar mengalihdayakan (outsourcing) produksi mereka ke negara tersebut. Tahun ini, gegara blunder tarif Trump itu, beberapa negara di dunia mengalami kontraksi akibat ketidakpastian perdagangan global dan kebijakan tarif dari AS tersebut.

Namun, Filipina tetap menjadi salah satu negara yang menunjukkan ketahanan dalam sektor ini. Negeri yang dipimpin Ferdinand "Bongbong" Romualdez Marcos Jr. itu mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa sektor manufaktur dalam beberapa tahun terakhir.

Di subsektor industri makanan dan minuman, misalnya, kegiatan produksi mengalami peningkatan stabil, dengan pertumbuhan mencapai 12,1% pada Februari 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.

Subsektor industri perabotan justru mengalami lonjakan produksi sebesar 26,2% pada awal 2025, menunjukkan permintaan yang meningkat. Sementara di subsektor industri kertas, produksi juga mengalami peningkatan pertumbuhan 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

Akan halnya industri manufaktur kendaraan, Filipina semakin dikenal sebagai pusat manufaktur sepeda motor di Asia, dengan beberapa perusahaan besar mengalihdayakan produksi mereka ke negara tersebut. Meskipun terdapat tantangan dalam beberapa subsektor lain seperti logam dasar dan bahan kimia, Filipina tetap menunjukkan ketahanan dalam industri manufaktur secara keseluruhan.

Industri manufaktur Filipina dan Indonesia memang memiliki karakteristik yang berbeda, dengan keunggulan sekaligus kekurangan masing-masing. Namun, Filipina telah menjadi salah satu pusat manufaktur yang berkembang pesat di Asean, terutama dalam sektor elektronik dan kendaraan bermotor. Negara ini mengalami ekspansi manufaktur yang stabil sepanjang 2024, dengan peningkatan pesanan baru dan output produksi. Selain itu, kebijakan perlindungan pasar dalam negeri Filipina membantu sektor manufaktur tetap berkembang meskipun terjadi ketidakpastian global.

Indonesia, di sisi lain, memiliki basis manufaktur yang lebih luas, mencakup industri makanan, tekstil, dan otomotif. Namun, pada April 2025, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami penurunan signifikan ke level 46,7, yang merupakan kontraksi pertama dalam lima bulan terakhir. Meskipun demikian, Indonesia dinilai tetap memiliki potensi besar dalam manufaktur, terutama dengan kebijakan ekonomi yang mendukung pemulihan industri.

Purchasing Manager’s Index (PMI) adalah indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur kesehatan sektor manufaktur dan jasa di suatu negara. PMI dihitung berdasarkan survei bulanan yang dilakukan terhadap manajer pembelian di berbagai perusahaan. Indeks ini mencerminkan tren dalam pesanan baru, produksi, tenaga kerja, waktu pengiriman pemasok, dan persediaan barang.

PMI memiliki skala dari 0 hingga 100. Jika PMI di atas 50, hal itu menunjukkan terjadinya ekspansi atau pertumbuhan sektor manufaktur. PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penurunan aktivitas manufaktur. Sedangkan bila PMI berada tepat di angka 50, berarti tidak ada perubahan dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks ini sering digunakan oleh investor, analis ekonomi, dan pembuat kebijakan untuk memahami arah ekonomi dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.

BACA JUGA: Terinspirasi Buckingham Palace, Kadipaten Pakualaman Gelar Upacara Ganti Dwaja

Fase Ekspansif

Adapun PMI manufaktur Filipina tetap berada dalam fase ekspansif, menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Kebijakan perlindungan pasar dalam negeri yang lebih afirmatif membantu sektor manufaktur tetap berkembang, meskipun ada ketidakpastian global. Investor melihat Filipina sebagai lokasi yang menarik untuk manufaktur elektronik dan kendaraan bermotor karena kebijakan yang mendukung industri ini.

Secara keseluruhan, Filipina menunjukkan ketahanan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan global, sementara Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan ekspansi manufaktur. Belum lagi maraknya gangguan oleh sejumlah lembaga/ormas di hampir seluruh wilayah di Tanah Air terhadap kegiatan operasional perusahaan industri—terlebih ketika mendekati Lebaran bulan silam—pengelola usaha manufaktur merasakan betapa pelaku industri seolah-olah menjadi sapi perahan para pihak yang berpraktik sebagai preman.

Dapat dikatakan bahwa industri elektronik Filipina adalah pemain bintang dan pencipta lapangan kerja, meskipun selama puluhan tahun di negara itu terjadi pemberontakan komunis dan separatisme Moro, pandemi, inefisiensi pemerintah, dan korupsi yang diperkirakan merugikan pembayar pajak Filipina triliunan peso per tahun.

Ketika orang berbicara tentang tenaga kerja Filipina, mereka sering beranggapan tentang perawat kesehatan, penjaga toko, ataupun industri alih daya proses bisnis (business process outsourcing/BPO).  Filipina telah memberikan kontribusi sangat besar bagi industri perawatan kesehatan, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di seluruh dunia. Banyak perawat, dokter, pengasuh, dan lainnya yang bekerja di seluruh dunia.

Industri alih daya proses bisnis (BPO) Filipina adalah yang sangat penting, menghasilkan devisa sedikitnya US$40 miliar per tahun. Negeri “kecil” (7.641 pulau) di Pasifik tersebut selain mengandalkan program K-12—pendidikan wajib bagi warga negara, dari kindergarten alias TK-hingga lulus SMA—mampu menghasilkan sekitar 500.000 lulusan universitas yang fasih berbicara bahasa Inggris. Harap maklum, Filipina pernah dijajah AS selama hampir setengah abad.

Filipina ternyata tidak cuma piawai mempekerjakan penduduknya sebagai tenaga kerja untuk berbagai pekerjaan model BPO, tapi kini juga mulai diperhitungkan sebagai salah satu pemain manufaktur andal.

Filipina membuat terobosan dengan membentuk "jalur hijau" untuk investasi strategis (EO 18, ditandatangani Februari 2023), menyederhanakan proses perizinan untuk pembangunan infrastruktur internet (EO 32, Juli 2023); dan menyederhanakan proses perizinan untuk proyek infrastruktur "unggulan" (EO 59, April 2024). Berbagai kebijakan tersebut langsung menarik puluhan miliar dolar AS investasi asing untuk memasuki negeri itu.

Manufaktur Produk Teknologi

Beberapa bagian penting dari ponsel pintar kita—bahkan iPhone Anda—ternyata dibuat di Filipina. Staf lokal di pabrik pembuat chip sampai diminta untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA), yang melarang mereka berbagi informasi apa pun dengan siapa pun, termasuk kerabat.

Perusahaan-perusahaan besar di sana memproduksi semikonduktor, sensor, sirkuit, dan mikrokontroler secara sesidheman alias diam-diam. Misalnya, merek-merek besar seperti Samsung, Sony, dan Panasonic memiliki fasilitas produksi yang membuat televisi, sistem audio, dan produk-produk terkait rumah lainnya di sini. Sharp juga memproduksi layar LED di Filipina.

Bukan hanya produk elektronika rumah tangga. Panel surya, peralatan medis diagnostik, headphone, earbud, dan periferal komputer seperti keyboard, printer (Epson, Brother) dan mouse juga diproduksi negeri jiran itu. Canon, misalnya, menghasilkan aneka produk pada fasilitas produksi seluas 30 hektare di Batangas, sebelah selatan Manila.

Toyota Filipina memproduksi berbagai komponen yang digunakan di seluruh dunia — termasuk perakitan sistem transmisi. Ford membuat rangkaian kabel di Laguna, sebelah selatan Manila, yang kemudian diekspor ke pabrik-pabriknya di seluruh dunia.

Di bidang kedirgantaraan, perusahaan-perusahaan seperti Boeing dan Airbus memproduksi komponen interior pesawat dan bahkan sistem kontrol penerbangan penting seperti aktuator di sana pula. Filipina juga merupakan pusat perbaikan dan perawatan pesawat utama di Asia.

Tak berhenti sampai di situ.Filipina juga telah menjelma sebagai negara pembuat kapal terbesar keempat di dunia—berdasarkan tonase kotor (setelah China, Korea Selatan, dan Jepang) sejak 2010. Mereka memproduksi kapal pengangkut kontainer berkapasitas besar, kapal pengangkut curah, dan kapal tanker.

Di kota resor pegunungan Baguio, selain merupakan pusat BPO yang sedang berkembang pesat, juga menjadi sentra produksi chip. Texas Instruments (TI) telah menginvestasikan miliaran dolar AS untuk memproduksi dan menguji semikonduktor, teknologi pemrosesan cahaya digital (DLP), dan produk teknologi pendidikan di fasilitas produksinya di Baguio.

Selain Texas, Pythos Technology, Enplas Semiconductor, dan lainnya juga memiliki fasilitas di Provinsi Pegunungan Filipina. Terdapat pula fasilitas pembuatan chip yang sedang dibangun di Clark, sekitar 90 km di utara Manila (yang akan segera dihubungkan dengan kereta api komuter). Clark pernah menjadi pangkalan AS di Filipina selain Subic.

Filipina melakukan banyak hal di balik layar—menghasilkan produk yang digunakan orang di seluruh dunia setiap hari, tanpa menyadari dari mana benda tersebut dibuat. Segalanya bergerak ke arah yang benar, meskipun tidak secepat yang diharapkan oleh generasi muda digital saat ini.

Kondisinya belum seperti yang diharapkan memang. Infrastruktur, misalnya, masih menjadi masalah yang pelik di negeri itu. Pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan di Filipina, seperti diungkapkan dalam laporan khusus koran Gulf News pekan silam, sangat tidak efisien. Diperkirakan 20% dari anggaran nasional, yang mencapai angka sekitar ₱1,6 triliun (=US$28,74 miliar) per tahun, digunakan untuk suap. Jejak aliran uangnya terlalu rapi, sehingga tidak ada pejabat yang dipenjara karena proyek yang tidak sesuai standar. Sistem pengadilan berjalan sangat lambat. Mirip dengan yang terjadi di Indonesia.

Namun, tidak semuanya berakhir begitu saja. Apa yang disebut "zona bebas" di sini termasuk dalam dimensi yang berbeda, yang bergerak lebih cepat. Kemitraan publik-swasta (KPS), dengan aturan yang kini diperbarui, telah menarik US$106 miliar hingga Maret 2025, sebagian besar masuk ke sektor transportasi dan energi terbarukan (angin, surya, hidro, dan baterai).

Lonjakan besar dalam pembangkitan listrik ramah lingkungan dan perjalanan yang lebih lancar bagi semua orang. Pada 2024, Otoritas Zona Pemrosesan Ekspor Filipina (PEZA) mengumumkan investasi yang disetujui mencapai sekitar ₱214,176 miliar (US$4 miliar)—lonjakan 21,89% dari capaian 2023—dan konon akan lebih banyak lagi yang datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news