Harianjogja.com, BOYOLALI—Ketua Dewan Terate PSHT Cabang Boyolali Pusat Madiun, Taryono angkat bicara terkait meninggalnya seorang remaja di Boyolali karena diduga ditendang pelatih.
Menurut Taryono, kedua pemuda yang menjadi tersangka dalam kasus meninggalnya remaja bernama Muhammad Prana Saputra, 17, saat latihan silat pada Kamis (22/5/2025) di Karanggede, Boyolali, masih berstatus sebagai asisten.
BACA JUGA: Warga Jetis Bantul Ditemukan Meninggal Mendadak di Rumah
"Jadi masih asisten, belum boleh melatih. Hanya boleh membantu. Cuma karena pelatih utama tidak ada, mereka melatih sendiri. Ini lah yang akan kami telaah lebih dalam, mengapa bisa warga-warga muda yang belum saatnya melatih kok melatih,” kata dia, Jumat (23/5/2025).
Dia menegaskan, warga PSHT yang diperbolehkan melatih seharusnya telah mengikuti diklat atau pelatihan untuk menjadi pelatih. Taryono menambahkan, dua orang yang menjadi tersangka itu baru saja disahkan menjadi warga PSHT 17 setahun yang lalu. Sehingga, Taryono mengatakan keduanya belum boleh melatih. Seharusnya, butuh waktu dua tahun menjadi warga baru bisa mengikuti diklat menjadi pelatih.
“Kemarin data yang ingin menjadi warga sekitar 850 orang, akhirnya banyak kami drop karena usia belum mencukupi. Sehingga, dari cabang meminta agar anak-anak [yang belum memenuhi kriteria] untuk tidak disahkan. Sebenarnya usaha kami sudah sampai segitu,” kata dia.
Dia menyatakan, pihaknya bakal melakukan evaluasi terkait insiden tersebut. Apalagi pada 25 Juni 2025 mendatang akan digelar latihan bagi warga untuk mengawasi latihan agar tidak terjadi pelanggaran untuk antisipasi kejadian seperti ini. Akan ada sekitar 100 warga yang mengikuti diklat pengawasan.
“Kami juga akan melakukan evaluasi [soal asisten tapi melatih] kemarin pagi saya sudah bertemu ketua cabang, ketua ranting, dan pelatih. Pekan depan mungkin juga akan ada evaluasi besar untuk menghadapi bulan Sura juga, sehingga kami perbaiki kekurangannya dan dihindari hal yang membahayakan,” kata dia.
BACA JUGA: Remaja 14 Tahun di Kulonprogo Meninggal Dunia Kecelakaan Motor Dini Hari
Taryono menambahkan, akan ada diklat dan sertifikasi pelatih pada Agustus 2025. Mereka yang telah mengikuti pelatihan atau diklat menjadi pelatih akan memiliki sertifikat.
Kronologi Kasus
Sebelumnya diberitakan, Kasi Humas Polres Boyolali, Iptu Winarsih, Kamis, menjelaskan korban MPS saat itu sedang latihan rutin bersama teman-temannya sebagai anggota perguruan pencak silat. Tempat latihan berada di Dukuh Bejen RT 01/RW 03 Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede.
Pada saat latihan, lanjutnya, korban menerima tendangan dari pelatihnya. Akibat tendangan itu, korban pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Namun, nyawa korban tidak tertolong.
Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, saat ditemui wartawan di Polres Boyolali, Jumat (23/5/2025), mengatakan peristiwa remaja Boyolali meninggal saat latihan silat terjadi pada Kamis sekitar pukul 00.30 WIB. "Kejadian saat korban di Kecamatan Karanggede, Boyolali pada saat melakukan kegiatan latihan rutin pencak silat perguruan PSHT cabang Karanggede," kata dia.
Menurut Kapolres, saat latihan MPS diminta melaksanakan posisi kuda-kuda. Kemudian, MPS ditendang oleh senior sekaligus pelatih untuk menguji kuda-kuda korban. Tendangan pertama, dilakukan oleh pelatih inisial DWP dan tendangan kedua oleh SW.
"Sesuai dengan keterangan saksi dilakukan dua kali. Pertama ditendang di bagian ulu hati dan kedua di perut," ungkap AKBP Rosyid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos.com