Harianjogja.com, JOGJA–Warga Sosromenduran dan sekitarnya menyambut bulan Ramadan dengan membagikan ribuan apem kepada wisatawan, masyarakat dan pelaku usaha di wilayah tersebut, Jumat (21/2/2025). Tradisi ruwahan ini dikemas dalam satu event menarik, Sarkem Fest. Berikut laporan reporter Harian Jogja, Lugas Subarkah.
Di bawah langit sore yang mendung, ratusan warga Sosromenduran dan komunitas-komunitas terlibat lainnya memadati jalan Sosrowijayan. Mereka terdiri dari lima kelompok bergodo, warga Sosromenduran yang membawa apem, ketan dan kolak di atas tambir, mahasiswa dengan kebudayaan lintas daerah dan komunitas lainnya di wilayah Sosromenduran.
Sebuah gunungan apem berada di barisan depan, diangkut oleh delapan pria berkostum bergodo. Pukul 15.30 arak-arakan ini bergerak ke dari depan Hotel Patra ke arah barat menyusuri jalan Sosrowijayan, belok ke utara di jalan Gendekan, belok timur di jalan Pasar Kembang, belok selatan di jalan Malioboro dan kembali masuk ke jalan Sosrowijayan.
Sepanjang rute kirab, apem, ketan dan kolak yang dibawa oleh warga dibagi-bagikan kepada para pelaku usaha hotel, pengunjung, wisatawan Malioboro, karyawan, tukang becak, tukang andong, pengamen dan lainnya. Gurat senyum merekah dari mereka yang menerima apem, ketan dan kolak itu.
Sesampainya di depan Hotel Patra kembali, acara dilanjutkan dengan kenduri ruwahan. Para peserta kirab duduk lesehan di atas alas yang digelar di jalan Sosrowijayan. Ubo rampe kenduri lengkap tersaji seperti ingkung, nasi gurih, apem dan buah-buahan.
Kenduri diawali dengan penampilan hadroh dari warga Sosromenduran, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah itu, semua orang yang hadir menikmati nasi kenduri bersama. Puncaknya, gunungan apem yang sebelumnya diarak dalam kirab, dibagikan dengan cara rayahan kepada para pengunjung yang hadir.
Plt Lurah Sosromenduran, Hendy Setiawan, menjelaskan Sarkem fest menjadi bagian dari upaya nguri-uri budaya dimana setiap bulan ruwah, masyarakat Jawa biasa membuat apem. “Kaitannya untuk membersihkan diri dan mohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memasuki bulan puasa,” ujarnya.
Bagi masyarajat Jawa, apem menjadi simbol permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam Sarkem Fest, apem dibuat oleh warga dari 54 RT, masing-masing menyumbangkan 20 apem. Lalu dotambah apem dari Dinas Pariwisata dan apem yang dibuat panitia.
“Untuk apem yang di gunungan itu ada 1000 apem, tapi tidak dibagikan di sepanjang rute. Saat kirab selesai, gunungan didoakan dan dirayah. Jadi totalnya lebih dari 1000 apem yang dobagikan dalam acara ini,” ungkapnya.
Perwakilan dari Malioboro Prime, Irine, menerima apem dari peserta kirab saat melewati depan hotel tersebut. Ia mengapresiasi Sarkem Fest ini karena turut memajukan pariwisata khususnya di wilayah Pasar Kembang. “Harapannya bisa menjadi event wisata internasional,” katanya.
Dengan banyaknya event pariwisata, maka industri pariwisata terutama hotel pun juga akan ters tumbuh berkembang. “Pasti akan meningkatkan okupansi hotel-hotel. Kalau kunjungan wisata naik, hunian hotel juga pasti naik,” paparnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja, Wahyu Hendratmoko, mengatakan ekosistem di Sosromenduran sangat kompak sehingga Sarkem Fest bisa secara konsisten diselenggarakan setiap tahun hingga tahun ketujuh ini.
Ia juga mengingatkan warga Sosromenduran yang berada di kawasan pariwisata agar selalu memberikan yang terbaik bagi wisatawan. “Dengan selalu ramah dengan wisatawan, menjaga kebersihan dan memberi pelayanan yang terbaik kepada wisatawan,” ungkapnya.
Sarkem Fest 2025 berlangsung selama dua hari, Jumat dan Sabtu (21-22/2/2025). Sarkem Fest pertama kali diselenggarakan pada 2019, dengan semangat untuk me-rebranding kawasan Pasar Kembang sebagai kawasan wisata dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Pada gelaran yang ketujuh ini, Sarkem Fest menghadirkan beragam kegiatan menarik. Kabid Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Kota Jogja, Yurnelis Piliang, menjelaskan rangkaian acara Sarkem Fest 2025 dimulai dengan pelaksanaan Yogowes Monalisa. Dengan rute jelajah Kampung Susur Sungai, gowes dimulai pukul 06.00 WIB.
Start dari Dinas Pariwisata Kota Jogja, finish di venue Hotel Patra Sosromenduran. 150 pesepeda dari komunitas sepeda se-Kota Jogja mengikuti acara ini. Di lokasi finish, peserta dijamu dengan apem ruwahan dan dihibur musik serta pembagian doorprize.
Lalu dilanjutkan pukul 08.15 WIB dilaksanakan prosesi Ngublag Jladren Apem di Kelurahan yang menandai dimulainya Festival Pembuatan Apem yang diikuti oleh 54 RT di Sosromenduran. Sepanjang jalan Sosrowijayan, pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan apem, kolak dan ketan dan mencicipi secara cuma-cuma selama persediaan masih ada.
Kegiatan dilanjutkan sore harinya, dengan kirab budaya apem dan kenduri ruwahan, yang diikuti 500 peserta. “Wisatawan dan warga bisa mengikuti prosesi kenduren dan akan dijamu dengan nasi takir ingkung suwir dan wedang seruni. Kenduri Ruwahan diakhiri dengan prosesi perebutan Gunungan Apem. Malamnya akan disuguhkan atraksi tari-tarian dan musik,” katanya.
Lalu pada hari kedua, ada panggung atau street stage yang akan diisi penampilan parade music. Street stage tersebut berada di Panggung Hotel Neo Malioboro, Panggung Depan Gapura Sosromenduran dan Panggung Depan Plaza Malioboro.
Masing-masing street stage menghadirkan nuansa yang berbeda-beda. Panggung Hotel Neo Malioboro akan diisi dengan penampilan band bergenre jazz, Panggung Depan Gapura Sosromenduran diisi oleh band dari warga Kelurahan Sosromenduran dan Panggung Depan Plaza Malioboro diisi dengan band Top 40 dan pop-dangdut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News