Dana Desa. / Ilustrasi Antara
Harianjogja.com, JAKARTA—Untuk menjaga likuiditas dan stabilitas rupiah Bank Indonesia telah membeli Surat Berharga Negara atau SBN senilai Rp124,33 triliun sepanjang tahun berjalan, hingga 17 Juni 2025.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan pada dasarnya BI melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah.
Pembelian obligasi pemerintah tersebut dilakukan melalui pasar sekunder senilai Rp87,04 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sejumlah Rp37,29 triliun.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (18/6/2025).
Pada tahun ini, Perry merencanakan pembelian SBN senilai Rp150 triliun. Artinya pembelian hingga pertengahan tahun ini telah mencapai 82,89% dari rencana.
Meski demikian, dirinya telah memberikan sinyal bahwa pembelian surat utang negara tersebut dapat lebih besar dari rencana awal alias lebih dari Rp150 triliun.
Sementara melihat data kepemilkan SBN oleh BI, tercatat senilai Rp1.620,73 triliun (neto) per 16 Juni 2025 atau 25,98% dari total keseluruhan SBN yang dapat diperdagangkan.
Secara bruto, kepemilkan SBN oleh BI senilai Rp1.578,21 triliun dengan SBN yang digunakan untuk operasi moneter mencapai Rp42,52 triliun.
Kepemilikan secara neto tak berbeda jauh dari posisi akhir Desember 2024 yang senilai Rp1.618,18 triliun. Bedanya, SBN bruto milik BI kala itu senilai Rp1.486,85 triliun dengan Rp131,16 triliun digunakan untuk operasi moneter dengan bank.
Selain pembelian SBN, strategi operasi moneter pro-market juga terus dioptimalkan untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuiditas melalui instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).
Hingga 16 Juni 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp811,11 triliun, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter.
Sementara instrumen SVBI dan SUVBI pada periode yang sama tercatat masing-masing sebesar US$2,06 miliar dan US$480 juta.
Implementasi dealer utama sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com