Berburu Takjil Khas Nusantara di Masjid Mataram Kotagede

1 month ago 29

Berburu Takjil Khas Nusantara di Masjid Mataram Kotagede Pembeli membeli makanan di festival ramadan Masjid Gedhe Mataram Kotagede pada Sabtu (1/3/2025). - Harian Jogja / Stefani Yulindriani

Harianjogja.com, BANTUL–Semburat senja menghampiri sisi selatan Kota Yogyakarta. Di sana, ada ribuan orang tua dan muda yang berjalan sambil melihat-lihat puluhan makanan dan minuman yang dipajang di depan pelataran Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Banguntapan, Bantul. 

Di antara ribuan orang tersebut ada Sri Lestari, warga Kota Jogja. Perempuan paruh baya tersebut datang bersama dengan putrinya. Sri mengaku sengaja datang ke sekitar Masjid Gedhe Mataram Kotagede untuk menikmati berbagai kuliner yang ada di sana. 

“Memang mau cari takjil di sini,” ujarnya dengan senyum lebar sambil membawa segelas es dawet, Sabtu (1/3/2025).

Sri mengaku ingin mencari kuliner tradisional yang khas. Pilihannya tertaut pada es dawet yang ada di sana. Dia pun mengaku sengaja membeli es dawet tersebut beberapa menit sebelum berbuka puasa agar saat kumandang adzan Magrib tiba, dia dapat langsung menyantapnya. 

Sore itu, rintik gerimis datang mendekati waktu berbuka puasa. Gerimis itu menggiring ribuan orang melipir diantara payungan lapak-lapak pedagang. 

Gerimis sore itu memberi kelegaan bagi ribuan umat yang menunaikan ibadah puasa. Semesta seakan ingin memberikan angin kesejukan bagi dahaga mereka yang mengering. 

Tak berselang lama, suara sirine tanda sudah berbuka puasa terdengar. Ribuan orang di sana pun segera membuka tentengannya. Beberapa orang memilih untuk melegakan tenggorokan dengan berbagai jenis es yang dipilih. Beberapa orang lainnya memilih untuk menyantap camilan terlebih dahulu. 

BACA JUGA: Daftar Masjid di Jogja dan Sekitarnya yang Menyediakan Takjil Gratis Ramadan 2025

Di sana ada puluhan lapak pedagang yang menjual berbagai makanan, minuman dan kerajinan tangan di depan Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Lapak-lapak tersebut tertata rapi di sisi kanan dan kiri jalan masuk menuju Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Lapak-lapak tersebut didirikan dengan pondasi bambu dan beratapkan daun kering. 

Puluhan pedagang tersebut tersenyum ramah kepada setiap pengunjung yang datang ke Festival Ramadan di Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Berbagai sapaan terlontar. Ayo sini Kak mampir. Boleh Kak dilihat-lihat dulu. Dan berbagai kata serupa terlontar beriringan. 

Puluhan pedagang di sana mengenakan pakaian yang terbilang rapi dan bersih, ada yang mengenakan kaos, kemeja dan blus. Dan hampir seluruh pedagang makanan dan minuman di sana mengenakan celemek dan sarung tangan dalam meracik menu andalan. Atribut tersebut seakan sengaja dikenakan untuk memastikan menu andalan mereka tersaji dengan bersih. 

Sore itu, langit berawan keabuan mulai berganti menjadi langit malam yang pekat. Cahaya dari setiap lapak pedagang menerangi berbagai varian makanan dan minuman yang ada di sana. 

Di bagian depan pelataran pintu masuk Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Aditya tersenyum manis untuk menarik pengunjung menghampiri lapaknya. Aditya, warga Wirokerten, Bantul, berupaya menyapa setiap pelanggan yang datang ke lapaknya selagi membakar sate lilit buatannya. 

“Silahkan Kak, mau berapa?” tanyanya. 

Aditya menjual sate lilit tersebut seharga Rp10.000 per porsi. Satu porsi sate lilit terdiri dari tiga tusuk. Sate lilit tersebut merupakan makanan yang dibuat dari resep ibunya yang asli orang Bali. 

Dalam festival ramadan tersebut, Aditya membawa sekitar 100 porsi, sekitar pukul 19.00 WIB, Aditya sudah berhasil menjual lebih dari 50 porsi. 

Dia mengaku selama ini menjual sate lilitnya secara daring. Dia mengaku tertarik untuk menjual sate tersebut dalam festival ramadan di depan Masjid Gedhe Mataram Kotagede lantaran tempat tersebut dinilai strategis dan banyak dikunjungi orang. 

“Kalau festival iya [penjualan] meningkat. Kita enggak usah menunggu pembeli, mereka tetap datang ke kita, banyak yang bikin mereka datang,” katanya. 

Meski begitu, dia juga cukup menyayangkan rintik hujan yang sempat mampir. Dia pun berharap agar beberapa hari mendatang hujan tidak menghampiri agar pengunjung yang datang dapat lebih banyak dari hari ke hari. 

Sementara pedagang lainnya, Tutik Dwi Lestari pun mengaku tertarik menjual makanan di sana lantaran dia memperikrakan kegiatan tersebut akan menarik ribuan pengunjung. Di sana, Tutik menjual pempek dan tekwan. 

BACA JUGA: Daftar Menu Buka Puasa Masjid Jogokariyan, Masjid UGM dan Masjid UII Hari Ini Minggu 2 Maret 2025

Dia mengaku mengambil pempek dan tekwan dari temannya yang berasal dari Bangkabelitung. Dia selama ini hanya menjualkan produk tersebut ke beberapa tempat. Setiap hari, dia menjual produk tersebut di lapak depan Indogrosir. Namun, selama ramadan, dia pun menjual produk tersebut ke beberapa tempat yang diperkirakan akan ramai dikunjungi pengunjung, antara lain di festival ramadan tersebut. 

“Harapannya ini bisa menambah omzet penjualan. Biar orang luas tahu ada pempek dan tekwan ini,” katanya. 

Tutik mengaku dalam satu hari pihaknya menargetkan mampu menjual produk minimal 30 porsi. Dia optimis dalam festival ramadan tersebut target tersebut dapat terlampaui. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news