iLUSTRASI - Konsumen memasuki toko Apple di Fifth Avenue, New York City, Amerika Serikat, pada 17 Juni 2020. (ANTARA/Xinhua - Wang Ying)
Harianjogja.com, JAKARTA–Perusahaan teknologi, Apple, dikabarkan akan memproduksi seluruh ponsel pintar iPhone di India. Khususnya, untuk produk ponsel yang akan dijual di pasar AS.
Rencana itu disiapkan Apple karena kembali memanasnya perang dagang yang terjadi antara AS dan China yang akhirnya mendorong perusahaan mencari opsi yang lebih baik.
BACA JUGA: Apple Pertimbangkan Perluasan Infrastruktur di Brasil
Sebenarnya, diversifikasi produksi iPhone sudah dimulai sejak 2017, ketika Apple dan Wistron mulai memproduksi iPhone 6s dan iPhone SE di pabrik Bengaluru, India. Saat itu, alasan diversifikasi dilakukan karena pajak impor yang tinggi untuk barang-barang dari China.
Keputusan secara signifikan membuat Apple memindahkan lebih banyak produksi karena perang dagang antara Amerika Serikat dan China di masa jabatan pertama Donald Trump.
Setelah semua hal itu dilakukan, pada April 2024 diungkap bahwa sekitar 14 persen dari semua iPhone di dunia dibuat di India.
Para analis perusahaan teknologi memperkirakan pangsa tersebut akan tumbuh menjadi 25 persen pada akhir 2025.
Jumlah ini mungkin akan terus bertambah, karena Apple akan berusaha menggandakan produksi untuk mendapatkan lebih dari 60 juta iPhone yang terjual setiap tahunnya di Amerika Serikat dari India pada akhir 2026.
Dengan adanya perang dagang AS dan China yang kembali memanas di 2025 karena tarif resiprokal, keputusan Apple untuk memindahkan produksi iPhone AS ke India merupakan langkah yang lebih baik.
BACA JUGA: Apple Dikabarkan Alihkan Lokasi Produksi dari Amerika Serikat ke India
Secara teori, impor dari China akan dikenakan tarif 145 persen, bahkan jika ponsel pintar dikecualikan sementara, Apple masih harus membayar tarif 20 persen yang telah diterapkan oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Sementara untuk India, tarif resiprokal yang dikenakan AS jelas jauh lebih kecil yaitu 26 persen.
Apalagi saat ini kebijakan tarif resiprokal belum diberlakukan selama 90 hari, memberi peluang untuk India melakukan negosiasi kesepakatan dengan Donald Trump.
Wakil Presiden AS JD Vance yang tengah melakukan lawatan ke India bahkan mengklaim kedua negara membuat "kemajuan yang sangat baik".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara