Ini Sejarah Sri Sultan HB II, Gigih Melawan Kolonial Belanda hingga Melahirkan Karya Sastra Heroik

14 hours ago 4

Ini Sejarah Sri Sultan HB II, Gigih Melawan Kolonial Belanda hingga Melahirkan Karya Sastra Heroik Sri Sultan Hamengku Buwono II. - Kratonjogja.

Harianjogja.com, JOGJA—Sejarah Sri Sultan Hamengku Buwono II menarik untuk disimak. Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang lahir di lereng Gunung Sindoro ini dikenal sebagai sosok gigih melawan kolonial Belanda dan anti-VOC.

Tak hanya itu, HB II juga melahirkan karya sastra heroik mengandung pesan pertahanan negara hingga meningalkan karya monumental membentuk prajurit dan membangun benteng Baluwarti untuk melindungi Kraton Jogja.

Berdasarkan website Kraton Jogja, sikap anti Belanda dari sosok RM Sundoro semakin terlihat saat dinobatkannya sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono II pada tanggal 2 April 1792. HB II secara tegas menolak permintaan wakil VOC yang menuntut disejajarkan posisi duduknya di setiap acara pertemuan dengan sultan. Sri Sultan Hamengku Buwono II menunjuk sendiri patihnya Tanpa melibatkan VOC untuk menggantikan Danurejo I yang meninggal dunia pada Agustus 1799.

BACA JUGA: Pecatur Muda DIY Shafira Devi Herfesa Bersiap Hadapi Piala Dunia Catur 2025, Ini Targetnya

Sri Sultan Hamengku Buwono II juga meninggalkan karya monumental, di antaranya pembentukan satuan keprajuritan yang dilengkapi dengan perlengkapan dan persenjataan, hingga membangun benteng baluwarti yang dilengkapi meriam untuk melindungi kraton dari serangan luar.  

Adapun bidang sastra HB II mewariskan karya heroik terdiri atas Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi. Dua karya babad ini menceritakan perjuangan berdirinya Kraton Ngogyakarta. Juga karya sastra yang bersifat fiksi, lahir berkat beliau, di antaranya Serat Baron Sekender dan Serat Suryaraja.

Diseminarkan

Oleh karena itulah Yayasan Vasatii Socaning Lokika bersama keluarga trah Sri Sultan Hamengku Buwono II akan menggelar Seminar Nasional bertajuk Merajut Jejak Sang Pemimpin: Perjuangan dan Warisan Sri Sultan Hamengku Buwono II dalam Bingkai Nasionalisme dan Identitas Budaya pada Juli 2025 mendatang.

Ketua Yayasan Vasatii Socaning Lokika sekaligus keturunan Sultan HB II, Fajar Bagoes Poetranto mengatakan seminar ini akan mengupas secara mendalam peran Sultan HB II yang bernama asli Raden Mas Sundoro dalam sejarah perjuangan anti-kolonialisme dan pelestarian budaya Jawa.

BACA JUGA: Bantul Diguncang Gempa Magnitudo 1,8 Sebanyak 2 Kali

“Sri Sultan Hamengku Buwono II adalah tokoh sentral dalam sejarah Nusantara. Masa pemerintahannya yang penuh gejolak menjadi pelajaran penting tentang semangat perlawanan dan pelestarian budaya,” ujar Fajar, Jumat (13/6/2025). 

Sultan HB II dikenal memimpin Kesultanan Yogyakarta pada periode 1792–1810 dan 1811–1812. Menjadi figur kunci dalam melawan penjajahan Belanda dan mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825–1830). Namun, namanya masih kurang dikenal luas jika dibandingkan tokoh-tokoh pejuang lainnya.

Diusulkan Gelar Pahlawan

Pembahasan seminar ini akan melibatkan akademisi lintas bidang, mahasiswa, pelajar, peneliti, dan perwakilan pemerintah seperti Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tujuannya adalah membedah warisan pemikiran Sultan HB II yang masih relevan dalam membangun nasionalisme dan identitas budaya Indonesia masa kini.

“Perjuangan beliau bukan hanya tentang perlawanan fisik, tapi juga soal strategi budaya sebagai benteng identitas bangsa,” ucapnya.

Menurutnya seminar ini juga menjadi bagian dari langkah konkret menuju pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi Sultan HB II. Dalam pertemuan dengan keluarga trah HB II di Jakarta, Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menyatakan dukungan penuh terhadap usulan tersebut.

BACA JUGA: Tarif dan Jadwal Sinar Jaya, Jogja-Parangtritis dan Jogja-Pantai Baron Gunungkidul, Sabtu 14 Juni 2025

“Kami sangat mendukung upaya mengenang jasa pahlawan seperti Sultan HB II. Jika syarat-syarat administratif terpenuhi, beliau layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional,” kata Agus.

Ia menilai pentingnya mengenalkan tokoh-tokoh perjuangan kepada generasi muda, terutama Gen Z dan Gen Alpha. “Ini bukan sekadar seremoni. Ini soal menanamkan keberanian, nasionalisme, dan kebanggaan pada sejarah kita sendiri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news