Kegiatan Pasar Malam di Alkid Solo, Sejarawan: Sesuai Akar Sejarah

4 hours ago 3

 Sesuai Akar Sejarah Keraton Solo dengan berbagai macam wahana bermain untuk Pasar Rakyat Surakarta yang digelar pada 19 April-18 Mei 2025. (Solopos - Dhima Wahyu Sejati)

Harianjogja.com, SOLO — Kegiatan pasar malam yang digelar di Alun-alun Kidul atau Alkid Keraton Solo pada 19 April-18 Mei 2025 disebut sesuai dengan akar sejarah di mana alun-alun menjadi tempat terbuka untuk masyarakat.

Sejarawan yang juga salah satu kerabat Keraton Solo, KRMT Pustokoningrat Restu Budi Setiawan mengatakan memang ada perbedaan pendapat. Hal itu terutama terkait opini publik yang menyayangkan alun-alun pascarevitalisasi malah digunakan kembali untuk berjualan dan wahana permainan.

“Ekspektasi mereka kan banyak yang mendambakan bahwa kawasan tersebut seharusnya menjadi RTH [Ruang Terbuka Hijau ]yang steril. Namun apabila itu ditinjau dari segi sejarah dan fungsi alun alun tentunya tidak bisa seperti harapan yang demikian itu tadi,” katanya, Sabtu (19/4/2025).

Pria yang akrab disapa Restu itu tidak menampik penyelenggaraan pasar malam itu menuai beragam opini dari publik. Namun jika menilik sejarah masa lalu, alun-alun digunakan untuk acara adat dan upacara internal Keraton Solo. Selain itu, alun-alun juga digunakan sebagai kawasan terbuka untuk masyarakat.

“Bahwa alun-alun itu dalam sejarah dan fungsinya dari dulu kala selain sebagai kawasan adat dan upacara Keraton, juga sebagai kawasan terbuka untuk masyarakat berkumpul, mencari nafkah, berekreasi, berolahraga, dan lainnya,” katanya.

Dia melanjutkan hal itu dipertegas dengan adanya arsip surat kabar masa Pemerintahan Hindia Belanda, terutama ketika Paku Buwono X masih memimpin. Dalam arsip itu ditemukan berita mengenai alun-alun yang sering digunakan untuk pasar malam. Pasar malam itu biasa diadakan jelang Sekaten dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad.

Justru, kata Restu, ketika alun-alun selesai direvitalisasi malah dilarang untuk kegiatan yang bersifat hiburan untuk masyarakat seperti pasar malam, hal itu perlu ditinjau ulang. “Artinya apabila dengan adanya revitalisasi kemudian mengubah fungsi alun-alun menjadi kawasan terbatas, perlu untuk dikaji ulang dan perlu untuk disosialisasikan.” katanya.

Di sisi lain, lanjut Restu, dengan alun-alun difungsikan sebagai tempat terbuka untuk masyarakat justru bisa menjadi aset bagi Keraton Solo. Dengan begitu alun-alun juga bisa difungsikan untuk menghidupi rumah tangga keraton.

“Surakarta bukan daerah istimewa sebagaimana Yogyakarta yang telah dijamin keberlangsungan kehidupan rumah tangga adatnya melalui Danais [Dana Keistimewaan],” katanya.

Berbeda dengan Keraton Yogyakarta, menurutnya, bantuan pemerintah yang diberikan kepada Keraton Solo setiap tahunnya sangat sedikit. Dia mengatakan bantuan yang diberikan bahkan tak cukup untuk kebutuhan tata cara upacara adat secara layak.

“Di sini perlunya pengondisian antara pemerintah dan Keraton [Solo] untuk menjaga keserasian dan keasrian kawasan alun-alun tanpa harus mengubah fungsinya sebagai kawasan terbuka untuk masyarakat,” katanya.

Antisipasi Sampah dan Kerusakan
Diberitakan sebelumnya, pasar malam di Alkid Keraton Solo menuai beragam sorotan. Salah satunya dari Kerabat Keraton Kasunanan Solo yang juga mantan Anggota DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan.

"Terkait pemberitaan Alun-alun Selatan akan dibuat pasar malam, ketika sudah dibuka untuk pedagang selter, lalu ditambah beberapa pedagang bertenda, dengan alasan salah satunya membiayai pemeliharaan Kerbau Kiai Slamet, saya kaget," tutur dia saat diwawancarai wartawan, Kamis (17/4/2025).

Ginda mengakui acara tersebut patut dipertanyakan. Menurut dia, revitalisasi Alkid menggunakan anggaran Rp29 miliar untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut. Sedangkan acara pasar malam membuka peluang masuknya puluhan pedagang baru.

"Bila sekarang mau buat pasar malam, pedagang yang jumlahnya melebihi yang dibangun, siapa yang nanti bertanggung jawab terhadap perawatannya, siapa yang akan menjamin kawasan cagar budaya ini tetap terjaga. Itu pertanyaannya," urai dia.

Meski begitu, Kerabat Keraton Solo, GKR Timoer Rumbai memastikan penyelenggara sudah mempersiapkan pasar malam secara matang. Termasuk antisipasi dampak negatif yang selama ini dikhawatirkan.

"Kami sebagai pengelola pastinya sudah mengantisipasi untuk keadaan yang dikhawatirkan itu. Kebanyakan itu pasti tentang sampah atau kerusakan revitalisasi itu sendiri. Itu sudah kami antisipasi. Untuk sampah kami sudah menambah beberapa tong sampah yang kemarin itu kami sudah siapkan 18 tong sampah, juga sedang tambah pemesanan 20 tong sampah lagi," ujar dia, Kamis (17/4/2025).

Timoer menambahkan bakal menyiapkan kantong-kantong sampah untuk mengantisipasi adanya sampah berserakan. Terkait adanya uang retribusi pedagang selter dan tenda, menurut dia, dana yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan Keraton.

Seperti revitalisasi beberapa bangunan yang bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan pemerintah. Dana itu juga bisa dipakai untuk membiayai perawatan Alkid Keraton Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news