Harianjogja.com, JOGJA—Bursa Efek Indonesia (BEI) Yogyakarta menyebut pengembangan pasar modal tahun ini di DIY akan menghadapi beberapa tantangan. Kepala BEI Yogyakarta Irfan Noor Riza mengatakan, senada dengan nasional tantangan pasar modal DIY yang pertama adalah ketidakpastian ekonomi global dan nasional.
Dia mengatakan kompleksitas pemulihan ekonomi meningkat akibat dinamika geopolitik dan geoekonomi yang tidak menentu. Kebijakan perdagangan yang dipengaruhi oleh aspek politik berpotensi meningkatkan fragmentasi perdagangan global dan menurunkan volume perdagangan.
Menurutnya kondisi ini bisa mempengaruhi kepercayaan investor dan stabilitas pasar modal di daerah, termasuk DIY. "Investor di DIY mungkin menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi akibat ketidakpastian ekonomi global ini," ucapnya, Minggu (16/2/2025).
Kedua, meningkatnya dinamika dan kompleksitas pasar modal. Irfan menyebut pasar modal Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih dinamis pada tahun 2025, termasuk di DIY. Perkembangan teknologi dan inovasi finansial menuntut adaptasi yang cepat dari pelaku pasar dan regulator.
Kemudian marak muncul beberapa platform investasi digital baru yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh investor lokal. "Sehingga meningkatkan risiko investasi," tuturnya.
Tantangan lainnya adalah akses pendanaan bagi UMKM melalui pasar modal. Ia menjelaskan UMKM di DIY punya potensi besar untuk berkembang, namun akses terhadap pendanaan melalui pasar modal masih terbatas.
Kendala utamanya adalah kurangnya pemahaman dan kesiapan UMKM untuk memanfaatkan instrumen pasar modal. Banyak UMKM di DIY yang memiliki prospek baik namun belum memanfaatkan peluang pendanaan melalui pasar modal.
Lebih lanjut dia mengatakan BEI DIY optimis jumlah investor pasar modal DIY tahun ini akan bertambah 50.000 investor. Menurutnya untuk mencapai target ini perlu upaya ekstra dalam edukasi dan sosialisasi. Sehingga bisa menarik minat masyarakat berinvestasi di pasar modal.
Lalu basis investor di kalangan milenial dan mahasiswa diperluas melalui pembentukan dan perluasan jaringan edukasi. "Akan kami optimalkan bersinergi dengan berbagai pihak berkepentingan," ucapnya.
Irfan mengatakan menghadapi berbagai tantangan di tahun ini, beberapa solusi telah BEI DIY siapkan, seperti melalui penguatan regulasi, peningkatan edukasi dan literasi keuangan kepada masyarakat DIY.
Kemudian berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait termasuk Pemerintah Daerah (Pemda) dan Perguruan Tinggi di DIY mengembangkan program Inkubator UMKM untuk mendorong UMKM memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif pendanaan.
Dan terakhir perluasan basis investor di kalangan milenial dan mahasiswa melalui optimalisasi 62 Galeri investasi BEI serta pertumbuhan 126 Duta Pasar Modal di DIY. BEI DIY optimis dengan mengidentifikasi dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diharapkan pengembangan pasar modal di DIY pada tahun 2025 dapat berjalan lebih optimal.
"Mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan pasar modal dapat berperan aktif dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia. Potensi ini bisa diwujudkan jika seluruh pemangku kepentingan bersinergi memajukan pasar modal yang lebih inklusif, transparan, dan berdaya saing global.
"Bersama-sama, kita dapat mewujudkan cita-cita besar untuk ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan berkelanjutan," tuturnya.