Lion Dance Hoo Hap Hwee merupakan dapur yang meracik para pemain barongsai, yang kemudian tersebar di Jogja. Mereka bisa melatih anak-anak hingga orang dewasa yang tertarik memainkan ikon khas Tionghoa ini. - Istimewa.
Harianjogja.com, JOGJA—Lion Dance Hoo Hap Hwee merupakan dapur yang meracik para pemain barongsai, yang kemudian tersebar di Jogja. Mereka bisa melatih anak-anak hingga orang dewasa yang tertarik memainkan ikon khas Tionghoa ini.
Kerumunan bisa berawal dari satu titik orang. Begitu pula proses terbentuknya Lion Dance Hoo Hap Hwee. Mulanya, Anggara Adi Swasana melihat anaknya hanya sendirian berlatih barongsai. Muncul niat untuk mencarikan anaknya teman berlatih bersama.
‘Pencarian teman’ itu nampaknya agak serius. Anggara kemudian membentuk sekolah barongsai pada 2019, asal muasal Lion Dance Hoo Hap Hwee. Akhirnya, anak Anggara tidak sendirian lagi berlatih memainkan barongsai. “Ini, awal-awal pesertanya hanya berdua,” kata Anggara, sembari memperlihatkan foto di ponselnya, Selasa (21/1/2025).
Dari dua orang tersebut, perlahan peserta pelatihan barongsai mulai bertambah. Kini kelompok latihan barongsai terbagi menjadi dua jenis, yaitu anak-anak dan dewasa. Untuk peserta anak-anak berjumlah 25 orang, dengan rentang usia 7 hingga 12 tahun. Sementara untuk peserta dewasa, dengan usia di atas 12 tahun, jumlahnya sekitar 35 orang.
BACA JUGA : Tim Barongsai DIY Raih Medali Emas di PON XXI
Orang yang bergabung, terutama yang sudah dewasa, bisa memilih untuk berlatih memainkan barongsai tradisional, modern, atau naga. Sementara untuk yang anak-anak, akan lebih banyak berlatih memainkan barongsai modern.
“[Peserta pelatihan barongsai] bebas dari latar belakang apapun, tidak ada pembeda mau laki-laki atau perempuan, etnis apapun, agama apapun, boleh semua,” kata Anggara, di sela-sela memantau latihan anak didiknya di Sekretariat Perkumpulan Budi Abadi, Pakualaman, Kota Jogja.
Tidak Masalah Kurus atau Gemuk
Ada sistem yang berbeda untuk anggota Lion Dance Hoo Hap Hwee. Untuk yang dewasa, bentuknya perkumpulan atau komunitas. Sementara untuk anak-anak, bentuknya sekolah.
Untuk peserta dewasa, bentuknya sukarelawan. Sementara untuk sekolah barongsai yang anak-anak ada biaya bulanan. Untuk dua kali latihan dalam sepekan, peserta anak-anak perlu membayar Rp150.000. Saat anak-anak belajar barongsai dari nol, dia mulai bisa tampil saat memasuki tingkat 3. Untuk masuk tingkat tiga, durasi latihannya antara 1,5 hingga 3 tahun.
Sementara untuk anggota dewasa, proses latihan umumnya lebih cepat. “Paling latihan tiga sampai enam bulan udah bisa tampil,” kata Anggara, yang juga Kepala Sekolah Lion Dance Hoo Hap Hwee.
Saat bermain atau menampilkan barongsai, pemain akan melompat, bahkan melakukan gerakan akrobatik. Meski gerakan itu terkesan lebih mudah untuk orang yang badannya proporsional, bukan berarti orang yang badannya cenderung besar tidak bisa melakukan permainan ini.
Dalam bermain barongsai, bentuk tubuh dan keseimbangan kekuatan menjadi kombinasi yang penting. Selama bisa mengatur dan memaksimalkan kekuatan tubuh, maka badan yang besar bukan halangan dalam bermain barongsai. “Jadi yang badannya besar masih bisa bermain, beberapa anak didik kami badannya besar,” katanya.
Lokasi latihan Lion Dance Hoo Hap Hwee juga menyediakan keahlian lain. Masyarakat bisa berlatih tari tradisional China, pencak silat, Taici, pengobatan alternatif, hingga tari tradisional Jawa. “Tinggal pilih mau yang mana. Mau salah satunya boleh, mau ndobel-ndobel juga boleh,” kata Anggara.
Padat Jelang Imlek
Kesibukan para anggota Lion Dance Hoo Hap Hwee meningkat saat mendekati Imlek. Tahun 2025 ini misalnya, permintaan untuk tampil sudah padat sejak 25 Januari 2025, lima hari sebelum Imlek. Permintaan untuk menampilkan barongsai berlanjut hingga sekitar tanggal 12 Februari 2025.
Di momen serangkaian Imlek ini, dalam sehari Lion Dance Hoo Hap Hwee bisa tampil sampai enam kali. Empat tim yang tersedia akan bergantian untuk tampil, disesuaikan dengan jadwalnya. Jadwal ini belum termasuk untuk anggota yang mengikuti perlombaan, atau menjadi perwakilan tampil di luar negeri.
“Secara intensitas latihan tentunya menjelang Imlek ini tambah. Dari yang biasanya satu atau dua kali dalam sepekan, sekarang menjadi tiga kali sepekan,” kata Anggara. “Peserta yang tadinya sering absen juga jadi lebih rajin lagi, karena ada permintaan-permintaan untuk pertunjukkan.”
Permintaan tampil kebanyakan dari dalam DIY. Lion Dance Hoo Hap Hwee belum bisa menyanggupi permintaan tampil di luar DIY. Untuk menyanggupi permintaan tampil, dengan tentunya menyajikan permainan yang bagus, para anggota Lion Dance Hoo Hap Hwee perlu latihan dengan disiplin.
BACA JUGA : Cerita Tim Barongsai DIY Tuntaskan 22 Rintangan Tanpa Kesalahan, Raih Emas di PON XXI
Seperti pada Selasa malam itu, kelompok-kelompok kecil latihan terbagi di sudut-sudut aula Sekretariat Perkumpulan Budi Abadi. Ada yang belajar angkat beban. Peserta lainnya berlatih menyeimbangkan kaki. Di pojok aula lainnya, ada anak yang belajar meloncat dengan membawa kerangka kepala barongsai. Sementara kelompok kecil lainnya melatih keharmonisan gerakan membawa barongsai.
Mewujudkan Permintaan Nenek
Aryananda Alfino kini berusia 16 tahun. Dia salah satu anggota Lion Dance Hoo Hap Hwee. Sudah sekitar 2,5 tahun dia rutin berlatih memainkan barongsai. Dia baru mulai tertarik berlatih barongsai sejak masuk sekolah menengah pertama (SMP).
Sebenarnya dulu neneknya sudah meminta Alfino berlatih barongsai. Namun dia belum tergerak. “Kalau saya [sebenarnya sudah tertarik dengan barongsai] dari kecil, soalnya nenek saya ada darah China-nya. Nenek yang nyuruh aku ikut barongsai,” kata Alfino.
Namun permintaan sang nenek tidak langsung diiyakan Alfino. Perlu beberapa tahun setelahnya, sampai dia masuk ke Lion Dance Hoo Hap Hwee. “Dulu waktu sekolah dasar udah sempet mau masuk, tapi aku masih nolak terus padahal udah disuruh sama nenek terus. Mulai tertarik waktu SMP, karena udah banyak lomba,” kata laki-laki yang kini sekolah di SMAN 3 Jogja tersebut.
Tidak hanya tentang cara memainkan barongsai, Alfino dan anggota Lion Dance Hoo Hap Hwee lain juga perlu melatih fisik dan pernafasan. Untuk menunjang hal tersebut, dia rutin jogging dan melatih otot di gym. Apalagi memasuki masa Imlek, penampilan yang cukup padat membutuhkan stamina yang prima juga.
“[Selama latihan barongsai, saya dapat banyak] ilmu, dan fisik bisa juga dapat dilatih dari sini. Dulu lompat enggak kaya gini, sekarang lumayan tinggi. [Latihan ini juga menambah] percaya diri [dan skill] sosialisasi,” kata Alfino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News