Krisis Pertanian dan Ekonomi, Warga Maroko Diminta Merayakan Iduladha Tanpa Menyembelih Hewan Kurban

14 hours ago 7

Krisis Pertanian dan Ekonomi, Warga Maroko Diminta Merayakan Iduladha Tanpa Menyembelih Hewan Kurban Foto ilustrasi domba Maroko. / Freepik

Harianjogja.com, JAKARTA—Warga Maroko tahun ini merayakan Iduladha dengan kondisi krisis pertanian dan ekonomi. Tradisi menyembelih hewan kurban tak lagi dilakukan oleh masyarakat pada tahun ini karena diminta oleh Kerajaan untuk menghemat.

Padahal, Iduladha identik dengan perayaan besar masyarakat muslim untuk menyembelih hewan kurban seperti kambing, domba, sapi, hingga unta.

Iduladha merupakan momen memperingati rasa ikhlas yang diajarkan Allah SWT terhadap kisah kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya atas perintah Tuhan.

Untuk pertama kalinya di bawah pemerintahan Mohammed VI, warga Maroko merayakan Iduladha tanpa ritual pengorbanan hewan.

BACA JUGA: 13 Ribu Hewan Kurban Disembelih di Bantul, 285 Berpenyakit Cacing Hati

Tak adanya penyembelihan hewan kurban ini mengikuti arahan kerajaan di tengah kesulitan ekonomi yang semakin dalam dan krisis pertanian.

Setelah tujuh tahun cuaca kering, kawanan domba Maroko telah berkurang hingga 38 persen, yang telah meningkatkan harga domba secara drastis. Tahun lalu, harga mencapai sekitar US$600 atau US$7 hingga US$7,5 per kilo.

Di sisi lain, upah minimum di kerajaan pada tahun 2025 adalah 3.100 dirham sebulan (US$335), membuat biaya domba tidak terjangkau bagi banyak orang.

Sebagai tanggapan, Raja Mohammed VI mengumumkan pada Februari lalu, melalui surat yang dibacakan oleh menteri urusan Islam bahwa keluarga harus "menjauhkan diri" dari penyembelihan domba tahun ini dan bahwa raja akan melaksanakan kurban atas nama rakyat.

"Melaksanakannya dalam keadaan sulit ini akan menyebabkan kerugian nyata bagi banyak rakyat kita, khususnya mereka yang berpenghasilan terbatas," bunyi surat tersebut, dikutip dari Middle East Eye, Jumat (6/6/2025).

Pengumuman seperti itu belum pernah dibuat sejak pemerintahan mendiang Raja Hassan, yang membatalkan kurban Iduladha tiga kali selama masa pemerintahannya karena alasan yang sama atau setelah Perang Pasir tahun 1963 dengan negara tetangga Aljazair.

Raja di Maroko memiliki otoritas tertinggi di negara tersebut. Sebagai Panglima Umat Beriman (dikenal sebagai Amir al-Muminin), ia memiliki keutamaan atas keputusan-keputusan termasuk kegiatan keagamaan.

Meskipun kegiataan penyembelihan hewan tak dilakukan pada tahun ini, namun perayaan Iduladha tetap menjadi momen sakral.

Pemerintah Maroko menetapkan hari Senin, 9 Juni 2025 sebagai hari libur khusus agar keluarga Maroko dapat memperpanjang perayaan, yang secara resmi akan berlangsung pada Sabtu, 7 Juni (10 Dzulhijjah 1446 H).

Warga Maroko menyambut keputusan ditiadakannya tradisi penyembelihan hewan dengan hormat. Meskipun disinyalir akan muncul konsekuensi seperti penurunan aktivitas dan ekonomi dari sisi pedagang kaki lima dan pekerja.

Untuk mengurangi dampaknya, pemerintah kemudian meluncurkan program bantuan senilai 3 miliar dirham, dengan suntikan tambahan sebesar 3,2 miliar yang direncanakan untuk tahun 2026, yang difokuskan pada pemulihan ternak betina untuk pembibitan, dikutip dari Atalayar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news