Kuyank Diputar di JAFF 2025, Hadirkan Horor Budaya Kalimantan

8 hours ago 2

Kuyank Diputar di JAFF 2025, Hadirkan Horor Budaya Kalimantan Kuyank, prequel Saranjana, tayang perdana di JAFF. Angkat legenda kuyang Kalimantan dengan produksi lokal dan CGI premium sebelum rilis nasional 29 Januari 2026. - Istimewa.

Harianjogja.com, JOGJA—Semesta Saranjana kembali diperluas lewat film Kuyank yang menjalani pemutaran perdana dalam Special Screening JAFF ke-20, membawa legenda kuyang Kalimantan ke panggung internasional.

Disutradarai Johansyah Jumberan, film ini menawarkan pendekatan budaya yang kuat dengan produksi 100% di Kalimantan serta penggunaan 50% Bahasa Banjar. Autentisitas lokal dipertegas lewat keterlibatan aktor, kru, dan musisi daerah yang memperkuat warna budaya film.

Kuyank juga tampil lebih besar dari pendahulunya dengan dukungan CGI berstandar premium dari LMN Studio. Film ini menggabungkan horor, drama keluarga, serta tekanan adat yang membentuk konflik emosional menjelang rilis nasional pada 29 Januari 2026.

Semesta Saranjana: Kota Gaib kembali diperluas dengan hadirnya film terbaru berjudul Kuyank, prequel resmi yang hari ini diputar perdana dalam Special Screening Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20. Film ini menjadi salah satu yang paling dinantikan setelah kesuksesan besar Saranjana yang meraih 1,2 juta penonton di Indonesia.

Kuyank menggali lebih dalam legenda ilmu kuyang, salah satu urban legend paling terkenal dan melekat di masyarakat Kalimantan. Film ini tak hanya menyajikan teror, tetapi juga menghadirkan pendekatan budaya yang kuat melalui riset mendalam dan proses produksi yang sepenuhnya dilakukan di Kalimantan.

Autentik dan Berbasis Budaya Kalimantan

Untuk menghadirkan atmosfer yang otentik, proses shooting Kuyank dilakukan 100% di berbagai lokasi di Kalimantan serta menggunakan 50% Bahasa Banjar, bahasa daerah yang banyak digunakan masyarakat Kalimantan.

Keterlibatan talenta lokal Kalimantan juga menjadi kekuatan film ini, mulai dari para aktor hingga kreator lokal. Termasuk musisi Jeff Banjar, yang kembali menciptakan soundtrack dalam Bahasa Banjar setelah lagunya di Saranjana viral secara
nasional.

Diperkuat Bintang Ternama Indonesia

Film Kuyank menampilkan deretan aktor dan aktris papan atas, antara lain: Rio Dewanto, Barry Prima, Jollene Marie, Ochi Rosdiana, Dayu Wijanto, Ananda George, dan Hazman Al Idrus, ditambah talenta-talenta Kalimantan yang
memperkaya kedalaman budaya dan karakter dalam film.

Produksi Lebih Besar dengan CGI Premium

Dibanding pendahulunya, Kuyank diproduksi dengan skala yang lebih besar, terutama pada pengerjaan visual dan efek gaib. Efek CGI film ini digarap oleh LMN Studio, salah satu studio VFX terbaik di Indonesia yang telah menangani berbagai
film besar nasional maupun internasional.

Sentuhan visual tersebut diharapkan dapat menghadirkan sosok kuyang yang lebih nyata, mencekam, dan berkualitas tinggi, sekaligus mengangkat standar film horor lokal ke level yang lebih premium.

Lebih dari Horor: Drama Keluarga dan Tekanan Adat

Di balik terpaan teror, Kuyank menyimpan cerita emosional tentang perjuangan seorang perempuan mempertahankan keutuhan rumah tangganya di tengah tekanan adat, budaya, keluarga, serta ancaman gaib yang menguji batas
ketakutannya.

Perpaduan antara horor, drama, dan budaya inilah yang membuat Kuyank hadir sebagai pengalaman sinema yang lebih kaya, bukan sekadar tontonan horor.

Tayang Perdana di JAFF ke-20

Pemutaran Kuyank di JAFF ke-20 menjadi penanda langkah penting bagi film ini sebagai karya yang mengangkat kekayaan budaya Kalimantan ke panggung internasional. Setelah penayangan perdananya di JAFF, film Kuyank akan dirilis
secara nasional mulai 29 Januari 2026 di seluruh bioskop Indonesia.

SInopsis

Tujuh tahun sebelum gerbang kota gaib Saranjana terbuka, “Kuyank” mengisahkan cinta terlarang yang perlahan berubah menjadi kengerian. Rusmiati, gadis kampung sederhana, dan Badri, lelaki terpandang, nekat menikah meski ramalan menyebut pernikahan mereka akan membawa kesialan.

Rumah tangga yang awalnya bahagia mulai goyah ketika mereka tak kunjung dikaruniai anak. Tekanan semakin memuncak ketika ibu mertua yang sejak awal menolak Rusmiati mendesak Badri untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan agar
dapat mematahkan ramalan buruk itu.

Terhimpit rasa takut kehilangan suami dan martabatnya, Rusmiati mengambil jalan gelap: mempelajari ajian Kuyang — ilmu hitam kuno yang diyakini memberi kecantikan dan keabadian. Namun keputusan itu justru memicu rangkaian teror, bayi dan perempuan hamil menjadi korban misterius.

Saat jati diri Rusmiati terbongkar, kemarahan warga tak terbendung. Di tengah ancaman amuk massa dan lenyapnya batas antara cinta dan kutukan, Badri dihadapkan pada pilihan paling pahit: melindungi perempuan yang ia cintai, atau
menyerah pada tekanan masyarakat.Mampukah cinta mereka bertahan ketika kegelapan mulai merenggut segalanya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news