Pedagang Menara Kopi Desak Penertiban Parkir Liar di Malioboro

4 hours ago 3

Pedagang Menara Kopi Desak Penertiban Parkir Liar di Malioboro PKL menutup lapaknya di tempat relokasi parkir ABA, di eks Menara Kopi Kotabaru, beberapa waktu lalu. - Istimewa.

Harianjogja.com, JOGJA—Para pedagang di kawasan Menara Kopi atau yang dikenal dengan TKP Abu Bakar Ali 2 mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja menertibkan parkir liar di Jalan Margo Utomo atau kawasan Malioboro yang dinilai menghambat arus wisatawan ke Menara Kopi. 

Pengelola Menara Kopi, Suharyanto Aqil menilai masih adanya parkir liar di Jalan Margo Utomo yang menutup peluang wisatawan datang ke Menara Kopi. Menurutnya, wisatawan lebih banyak memilih parkir di kawasan tersebut dibandingkan di kawasan Menara Kopi. Sehingga pendapatan tukang parkir dan pedagang di kawasan Menara Kopi menurun drastis dibandingkan sebelum direlokasi. 

“Dulu sudah disepakati kawasan Sumbu Filosofi, dari Tugu ke selatan, harus bebas dari bus besar. Tetapi sampai sekarang masih ada kantong parkir bus liar. Ini merugikan kami,” katanya, Rabu (15/10/2025). 

Menurut Aqil, kondisi tersebut membuat 230 orang pedagang yang direlokasi ke Menara Kopi kehilangan penghasilan.  “Sekarang wisatawan yang datang ke sini nol. Dulu bisa dapat Rp100.000–Rp200.000 per hari, sekarang sama sekali tidak ada pemasukan,” katanya.

Dia pun berharap ada langkah konkrit dari Pemkot Jogja terhadap permasalahan tersebut. Pemkot Jogja menertibkan parkir liar di Jalan Margo Utomo agar ada peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Menara Kopi. 

“Kalau sampai Minggu [19/10/2025] tidak ada kejelasan, kami sepakat akan kembali berjualan di sekitar Posko Gumatan,” katanya. 

Petugas parkir Menara Kopi Saiful Anwar menilai kawasan Menara Kopi strategis, namun kalah saing dengan parkir liar yang masih beroperasi di sekitar kawasan Malioboro. Dia menyebut saat weekend hanya ada sekitar satu hingga dua bus yang parkir di Menara Kopi. Sementara saat weekdays hampir tidak ada bus pariwisata yang parkir di sana. 

“Kami bayar pajak dan kontrak resmi, tapi justru yang liar dibiarkan. Sekarang pendapatan nol, saya bahkan terpaksa jadi tukang parkir liar di tempat lain demi bertahan hidup,” ucapnya.

Sementara pedagang pakaian, Suhadi menuturkan selama lima bulan berjualan di lokasi baru, total penghasilannya hanya sekitar Rp130.000. Padahal sebelumnya, pedapatannya mencapai Rp100.000-200.000 per hari. 

“Kami sudah nurut dipindah tanpa protes, tapi sampai sekarang tak ada pendampingan dari pemerintah. Janji menutup parkir liar pun belum terealisasi,” katanya.

Sementara Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo menuturkan pihaknya akan menertibkan parkir liar di Jalan Margo Utomo tersebut. Meski begitu menurutnya pihaknya akan mengkaji keberadaan parkir di sana. 

“Itu akan kita tertibkan, tetapi kami kaji dan diskusikan dengan banyak pihak dulu secapatnya,” katanya. 

Hasto juga akan membuat rekayasa lalu lintas di kawasan Kota Baru yang mendorong arus kunjungan wisatawan ke Menara Kopi. Pihaknya juga akan membuat halte Transjogja di depan Menara Kopi. Selain itu, ada pedestrian untuk pejalan kaki yang akan dibangun di sana. 

“Saya kira sebelum Minggu [19/10/2025] itu bisa bisa direalisasikan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news