Polisi memasang police line di lokasi ambrolnya Dam Srandakan supaya masyarakat tidak mendekat karena membahayakan. / Ist
Harianjogja.com, BANTUL—Proyek pembangunan dam permanen di Srandakan, Bantul, akan dimulai pada Agustus 2025 dan ditargetkan rampung akhir 2026.
Proyek multiyears ini dibangun di sisi hilir dam sementara yang saat ini masih dipertahankan meski telah beberapa kali jebol.
BACA JUGA: Dam Srandakan Jebol, Kerugian Rp1,5 Miliar
Pembangunan permanen ini menindaklanjuti jebolnya Groundsill atau Sabo Dam Srandakan pada Minggu (26/1/2025) lalu.
Untuk penanganan darurat sementara, BBWS Serayu Opak juga telah melakukan pemasangan material batu boulder dan karung berisi pasir, meski berulang kali dihantam arus sungai Progo yang terlalu deras.
PPK Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air II BBWS Serayu Opak, Riva Shofiarto mengatakan konstruksi dam permanen ini merupakan lanjutan dari penanganan darurat yang dilakukan sebelumnya. “Permanennya dimulai Agustus sampai akhir 2026. Dibangun di hilir dari dam sementara. Yang sementara tetap dipertahankan,” ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Ia menambahkan, pembangunan permanen akan ditangani oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (Satker PJSA) menggunakan skema pendanaan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), bukan lagi dari APBN reguler. “Kami hanya tangani tanggap daruratnya. Untuk permanennya sudah ditangani Satker PJSA, jadi saya tidak mengikuti detailnya,” ucap Riva.
Proses lelang proyek disebut sedang berjalan, dan pembangunan fisik ditargetkan mulai Agustus 2025.
Riva juga menyinggung kekeringan yang terjadi di tiga padukuhan wilayah Kalurahan Trimurti, Srandakan. Meski belum mendapat informasi resmi soal dampaknya, ia mengakui kemungkinan ada kaitan dengan jebolnya dam tersebut. “Karena damnya belum sempurna, air terus mengalir. Tidak ada tampungan, jadi mungkin itu salah satu penyebabnya,” katanya.
Sebelumnya, dam darurat sempat diperbaiki beberapa kali, termasuk sebelum dan setelah Lebaran. Namun, struktur sementara itu tetap jebol karena kuatnya arus dan minimnya konstruksi pengikat. “Itu cuma ditaruh-taruh, tidak disemen. Beratnya dua sampai tiga ton tapi tetap jebol,” jelas Lurah Trimurti, Agus Purwaka.
Agus membenarkan adanya dampak kekeringan di wilayahnya, khususnya untuk kebutuhan rumah tangga warga. “Bukan untuk pertanian, tapi air rumah tangga. Kami menunggu sosialisasi dari BBWS dan PU provinsi untuk pelaksanaan proyek permanen ini,” ujarnya.
Pemerintah setempat berharap pembangunan dam permanen bisa dipercepat mengingat pentingnya tampungan air bagi kebutuhan masyarakat setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News