Aliman saat ditemui awak media pada Kamis (3/7) di pendopo Parasamya Pemkab Bantul. Harian Jogja - Kiki Luqman
Harianjojga.com, BANTUL - Aliman anak dari Djumija Kartodiryo salah satu jemaah Haji kloter 71 DIY asal Bantul yang meninggal di Tanah Suci pada tanggal 13 Juni lalu mengaku sudah memiliki firasat sebelum ayahnya itu meninggal.
Ketika ditemui untuk menjemput sanak saudaranya yang pulang berhaji di pendopo Parasamya Kamis (3/7), kawasan Pemkab Bantul, ia bercerita bahwa tidak ada tanda-tanda bahwa ayahnya akan berpulang.
"Tidak ada tanda-tanda, cuma dulu itu waktu mau berangkat umroh (tiga tahun yang lalu) ayah saya sempat tanya biaya pemakaman di sana berapa ya," ucapnya kepada Harianjojga.com, Kamis.
"Tapi firasat saya muncul waktu komunikasi sama bapak lewat video call group pas udah dateng di sana (Tanah suci), soalnya bapak sempat drop masuk rumah sakit waktu awal-awal sampai di sana," lanjutnya.
Kata Aliman, ayahnya itu masuk rumah sakit beberapa kali hingga akhirnya meninggal dalam keadaan telah menyelesaikan semua rukun ibadah haji.
Masuk rumah sakit pertama kali saat awal tiba, kemudian setelah tawaf perpisahan.
"Bapak saya itu masuk rumah sakit tiga kali pas di sana, padahal tidak punya riwayat sakit berat apa-apa, cuma darah rendah. Tapi ya mungkin faktor usia juga ya dan kecepakan, sudah 80 tahun. Bahkan dari Dinas Kesehatan waktu tes juga lolos di embarkasi Solo juga lolos."
BACA JUGA: 444 Jemaah Haji Tiba di Kota Jogja dalam Kondisi Sehat
"Bapak meninggal hari jumat pukul 11.28 waktu Arab, di sini kurang lebih sekitar jam 3," ujarnya.
Selain itu, Aliman juga menceritakan bahwa pesan terakhir dari sang ayah adalah dia diminta untuk meneruskan usaha produksi tempe yang selama ini dibangun oleh Djumija.
"Permintaan terakhir bapak, 'Nek iso usaha tempe iki tok terus' (kalau bisa usaha produksi tempe ini diteruskan sama kamu) itu permintaan bapak yang terakhir ke saya, sama bapak minta syukuran kalau sudah balik haji," kata Aliman sambil menyeka air matanya.
Terakhir, ia berharap bisa menyambangi makam ayahnya itu di tanah suci bersama keluarganya.
Sebelumnya diketahui, sebanyak dua jemaah haji asal Bantul meninggal dunia di Tanah Suci, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bantul, Ahmad Shidqi menyebut bahwa keduanya wafat setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji.
"Benar, kami menerima informasi dari petugas yang mendampingi jemaah haji Bantul bahwa ada dua orang yang wafat," kata Shidqi, Senin (16/6/2025).
Adapun dua jemaah haji yang meninggal dunia itu yakni Djumija Kartodiryo, 80, dari Kloter 71, warga Sumbermulyo, Bambanglipuro yang wafat Jumat dini hari dan Nur Hasin, 84, dari Kloter 64, warga Krapyak, Panggungharjo, Sewon yang meninggal pada Jumat siang.
Diakui Shidqi, keduanya meninggal karena kelelahan seusai menyelesaikan seluruh tahapan ibadah haji.
"Bapak Nur Hasin meninggal di rumah sakit setelah mengalami kelelahan. Sementara Bapak Djumija wafat di kamar hotel tidak lama setelah kembali dari Mina, seusai menyelesaikan ritual utama haji," ucap dia.
“Informasi yang kami terima, kedua jemaah dimakamkan di pemakaman Syaraya, Mekah, sesuai prosedur yang berlaku bagi jemaah wafat di sana,” lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News