Para penggerobak tengah mengangkut sampah dari gerobak ke Depo Sampah Pengok. Foto diambil pada 6 Maret 2024 - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin
Harianjogja.com, JOGJA - Pemkot Jogja mengklaim titik-titik pembuangan sampah liar hingga kini sudah mengalami penyusutan.
Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo menyebut penyusutan titik sampah liar mencapai 35 persen. Beberapa ruas jalan yang rawan menjadi pembuangan sampah liar juga sudah terkondisi. Mulai dari jalan di sekitar GL Zoo, Jalan Demangan, Kali Mambu, hingga di sekitar SMKN 6 Jogja.
Ini tak lepas dari pengelolaan sampah dengan sistem transporter atau penggerobak yang mulai berjalan di sejumlah kelurahan di Kota Jogja.
Hasto mengatakan hingga kini sudah ada 15 kelurahan yang dia beri predikat hijau. Artinya, sistem pengelolaan sampah sudah baik. Sementara, kelurahan lainnya masih ada yang berpredikat kuning ataupun merah.
"Kuning dan merah itu artinya mengkondisikannya (sistem transporter) itu belum selesai," ujar Hasto saat ditemui belum lama ini.
Hasto menyebut, dia akan menggelar semacam rapotan untuk kelurahan-kelurahan di Kota Jogja setiap Selasa sore. Upaya ini juga untuk memantau sejauh mana kesiapan pengelolaan sistem transporter di masing-masing wilayah.
Bahkan, lomba kebersihan juga digelar untuk meningkatkan motivasi warga dalam menjaga kebersihan. Di sisi lain, Hasto menyebut pada 1 April nanti warga benar-benar tak boleh lagi membuang sampah di depo secara mandiri.
Sampah akan diambil dari masing-masing rumah warga oleh penggerobak untuk selanjutnya dibawa ke depo. "Warga jangan membuang sampah di depo. Harus pakai penggerobak," tegasnya.
Mantan Kepala BKKBN ini mengatakan awalnya penggerobak yang terdata hanya ada 600 orang. Lalu bertambah menjadi 700 orang, 800 orang, dan terakhir sudah mencapai 1.017 orang penggerobak yang tersebar di berbagai wilayah.
Hasto turut menggandeng para pemangku wilayah seperti ketua RT hingga RW. Tujuannya untuk mengakomodir iuran yang dilakukan oleh warga kepada penggerobak. Meski Pemkot Jogja tak mengatur secara langsung berapa besaran iuran, tapi Hasto mendorong masyarakat untuk memberikan iuran dengan nilai yang pantas.
"Saya tidak menentukan, silakan RW sama warga aja. Bukan sukarela tapi pantas. Yang menentukan adalah RW bersama RT dan warga, under supervise by lurah," tuturnya.
Hasto mengatakan kini pihaknya tengah berupaya untuk menambah fasilitas gerobak. Sebab, masih ada 600-an gerobak yang harus ditambah. Sebelumnya, dia sempat menyebut alokasi untuk membeli mobil dinas dan meubel akan dia manfaatkan untuk pengadaan gerobak. Di sisi lain, pengadaan gerobak juga dilakukan dengan skema CSR dengan perusahaan.
"Saya cicil sekarang. Meskipun sekarang belum pakai anggaran itu tapi ada CSR. Nanti kita masih mau membelikan dalam jumlah yang besar. Kalau uang sisa mau saya belikan APD (alat pelindung diri)," ungkapnya.
Sebelumnya, salah satu penggerobak di Depo Sampah Utaralaya Tupardi menyebut pihaknya siap menjalankan pengangkutan sampah. Namun, dia berharap jadwal pengangkutan sampah bisa diatur. Tupardi juga berharap Pemkot Jogja bisa memberikan fasilitas seperti armada gerobak dan APD.
"Kondisi (depo) sekarang memang kalau kosong tidak bisa, pasti ada isinya walaupun minim. Makanya yang paling dibutuhkan sekarang pengangkutan rutin. Sama misalnya alat penunjang seperti sarung tangan, sepatu dan sebagainya. Kita kan mengambil sampah itu mengobok-obok barang busuk, sehingga rentan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News