Kepala TBY, Purwiati (kiri); kurator SSAF 2025, Budi Irwanto (tengah) dan Sukri Budi Dharma (kanan) dalam konferensi pers SSAF 2025, di TBY, Kamis (15/5/2025). - Harian Jogja/Lugas Subarkah
Harianjogja.com, JOGJA—Pameran seni difabel Suluh Sumurp Art Festival (SSAF) kembali hadir di tahun ketiga. Mengusung tema Jéjér, SSAF menjadi batu loncatan bagi seniman difabel untuk meningkatkan kiprahnya dalam ajang pameran seni.
Difabel kerap kali diposisikan sebagai objek ketimbang subjek. Sebagai objek, difabel kerap menjadi sasaran belas kasihan, penerima donasi atau target dari aktivitas filantropis. Akibatnya, kebutuhan kepentingan dan aspirasi difabel dirumuskaan oleh pihak lain yang menganggap dirinya lebih mengerti ketimbang difabel itu sendiri.
Padahal, difabel merupakan subjek yang memiliki kapasitas untuk bertindak dan mengekspresikan gagasan maupun kreativitasnya. Bahkan, tak jarang difabel mampu menginisiasi perubahan. Tentu saja tak sedikit halangan bagi difabel baik dari lingkungan terdekatnya maupun faktor makro struktural, untuk mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya.
SSAF 2025 memilih tema Jéjér yang dalam bahasa Jawa berarti subjek jika dilihat dalam tata bahasa. Selain itu, jejer bisa pula berarti berdiri tegak di atas kaki sendiri. Dalam pentas wayang kulit, Jéjér berarti penanda penting bakal dimulainya adegan atau kisah.
Mengambil makna Jéjér dari khasanah bahasa dan budaya Jawa, Suluh Sumurup diharapkan memberikan ruang bagi seniman disabilitas untuk menegaskan dirinya sebagai subjek yang aktif dan kreatif sebagaimana ditunjukkan lewat karya yang dipamerkan.
Salah satu kurator SSAF 2025, Budi Irwanto, menjelaskan Jéjér merupakan penegasan bahwa difabel adalah subjek yang memiliki kapasitas untuk bertindak.
“Bukan saja subjek yang aktif, tapi juga kreatif,” ujarnya dalam konferensi pers SSAF 2025, di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (15/5/2025).
SSAF 2025 digelar pada 15-23 Mei 2023 di TBY. Pameran ini menampilkan sebanyak 193 karya seni rupa dari 131 peserta perorangan, komunitas atau sanggar dan sekolah. “Tahun ini pesertanya ada dari 15 provinsi di Indonesia mulai dari Sumatera Utara sampai Papua,” katanya.
Karya-karya yang dipamerkan terdiri dari karya dua dimensi, tiga dimensi dan audiovisual. Mulai dari seni lukis, patung, instalasi, seni video dan sebagainya.
Peserta juga mewakili spektrum difabel yang beragam, yakni tuna rungu dan tuna wicara, autis, downsyndrome dan sebagainya.
Inklusif dan aksesibel, diusung sebagai konsep pameran. Karya-karya yang dipamerkan, dapat diakses dan dinikmati dengan mudah oleh semua. “Selama penyelenggaraan pameran akan disediakan juru bisik bagi pengunjung tuna netra dan juru bahasa isyarat bagi pengunjung tuli,” katanya.
kurator SSAF 2025 lainnya, Sukri Budi Dharma, menuturkan event ini untuk mengangkat potensi difabel yang selama ini belum mendapatkan ruang. Selain pameran, dalam Suluh Sumurup 2025 juga digelar beberapa kegiatan workshop, di mana mentornya adalah difabel.
“Di dalam program harian ada beberapa workshop, di antaranya workshop literasi sastra, workshop p batik perintang tepung, workshop bahasa isyarat dan workshop gallery sitter. Itu pematerinya adalah dari difabel. Kami mencoba komitmen difabel sebagai subjek, pelaku dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam Suluh Sumurup,” kata dia.
Di samping menjadi penegasan dan ekspresi dirinya sebagai subjek, SSAF menurutnya juga menjadi sebuah batu loncatan bagi seniman-seniman difabel untuk terus meningkatkan kiprah keseniannya.
“Beberapa yang sudah ikut dua tahun pelaksanaan sebelumnya, sekarang sudah mulai ikut ke ranah-ranah pameran seni yang lebih besar dan umum,” ungkapnya.
Suluh Sumurup merupakan tempat belajar para seniman difabel dalam mengikuti pameran seni. Beberapa problem yang kerap ditemui seniman difabel untuk mengikuti pameran umum di antaranya aspek teknis yang kurang ramah difabel.
“Contohnya difabel tuli-wicara umumnya kosakatanya sangat minim. Sehingga MoU yang sangat panjang, mereka untuk dipahami sangat susah. Lalu difabel netra, ketika diundang formulirnya print. Itu sangat tidak membantu difabel,” ujarnya.
Seniman-seniman difabel yang rajin mengikuti SSAF menurutnya memiliki potensi yang besar untuk terus berkembang. “Di Jogja ada seniman bernama Edi, dia terakhir membuat mural di kedutaan Inggris di Jakarta. Jadi ini [SSAF] menjadi projek belajar seniman difabel untuk melangkah lebih lanjut,” katanya.
Merespons Difabel
Kepala TBY, Purwiati, mengatakan SSAF 2025 merupakan yang ketiga diselenggarakan di TBY. SSAF pertama digelar pada 2023 dengan tema Gegandengan, yang kedua pada 2024 dengan tema Jumangkah dan yang ketiga pada 2025 dengan tema Jejer.
“Harapan kami ke depan akan tambah besar lagi, lebih merespons difabel untuk bisa berpameran di galeri TBY. Karena mereka butuh ruang-ruang ini untuk mempresentasikan karya mereka. Sehingga akan tumbuh kepercayaan diri, dari ruang pameran ini mereka akan berkembang ke pameran-pameran selanjutnya,” ungkapnya.
Karya-karya dari SSAF nantinya juga akan dipamerkan pada event Pasar Kangen untuk dijual. “Kelanjutannya setelah selesai Pasar Kangen akan kita masukkan di ruang khusus yang kita buka setiap hari, ada seperti merchandise, sovenir, lukisan, batik dan sebagainya. Harapannya TBY di samping sebagai pusat pengembangan pengelolaan seni budaya, juga menjadi sarana untuk pemberdayaan ekonomi,” kata dia.
Selain workshop, dalam SSAF ini juga ada UMKM Suluh Sumurup, yang menjual produk dari disabilitas pelaku usaha kerajinan, sablon, batik, rajut, dan lainnya dari Jogja. Sistem yang digunakan adalah penyelenggara memasarkan dan menjualkan produk-produk dari difabel.
Lalu ada pertunjukan yang menampilkan potensi pemusik dan band difabel yang terbagi untuk tampil dalam pembukaan pameran dan pertunjukan harian. Kemudian Galeri Tour yang mengundang berbagai sekolah dan kelompok masyarakat umum agar dapat mengetahui potensi-potensi disabilitas.
Artis Talk juga akan digelar untuk memberikan seniman difabel untuk diskusi dan berbagi pengalaman proses kreatif yang telah dilakukan. Terakhir, pemutaran film pendek yang dibuat oleh difabel atau tentang difabel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News