9 Warga di Gunungkidul Terjangkit Leptospirosis, Nihil Kematian

9 hours ago 5

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat ada sembilan kasus leptospirosis hingga akhir Juni 2025. Meski terdapat temuan kasus, tapi belum ada laporan korban meninggal dunia akibat serangan penyakit ini.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono mengatakan, ada tren penurunan kasus leptospirosis. Pasalnya, hingga semester pertama 2025 ada delapan warga yang terserang leptospirosis.

BACA JUGA: Koperasi Desa Merah Putih di Sleman Segera Akuisisi Puskesmas Pembantu

“Warga yang terserang kebanyakan adalah petani,” kata Ismono kepada wartawan, Kamis (3/7/2025).

Dia menjelaskan, penyebaran penyakit ini erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Adapun penyebarannya banyak disebabkan karena terkontaminasi air kencing tikus.

“Gejala penyakit ini mulai dari tubuh panas, demam, pusing, mata memerah. Lebih spesifik di pada bagian luka juga terjadi nyeri,” ungkapnya.

Hingga saat ini, Purwono memastikan tidak ada penderita yang meninggal dunia karena leptospirosis. Meski demikian, serangan tidak boleh disepelekan karena jika tidak ditangani secara serius bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti gagal ginjal sehingga rutin melakukan cuci darah.

“Yang paling fatal, penderita bisa meninggal dunia. Tapi, di tahun ini belum ada kasus sampai meninggal korbanya,” ungkapnya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Zoonosis, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Yuyun Ika Pratiwi mengatakan, penyebaran leptospirosis ada tren penurunan. Sebagai contoh, pada 2022 tercatat ada 34 kasus, dengan kematian akibat leptospirosis sebanyak lima orang.

Setahun berikutnya, tercatat ada 84 kasu dengan empat kematian. Namun, sambung dia, di 2024 jumlah kasus menurung drastic karena hanya ditemukan 29 warga yang terjangkit penyakit yang sering disebabkan oleh air kencing tikus ini.

“Tahun lalu juga tidak ada korban jiwa karena leptospirosis,” katanya.

Menurut Yuyun, turunnya kasus maupun angka fatalitas terjadi karena optimalisasi layanan di setiap puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Ia memastikan, seluruh fasilitas kesehatan yang ada (seluruh puskesmas dan rumah sakit) sudah bisa melakukan deteksi dini dan pengobatan secara langsung terhadap pasien suspek leptospirosis.

“Jadi dengan bisa penangnaan sejak awal, maka juga berdampak terhadap turunnya angka kematian. Alhamdulillah hingga sekarang belum ada korban jiwa karena leptospirosis,” katanya.

Meski demikian, Yuyun meminta setiap fasilitas kesehatan di Gunungkidul untuk meningkatkan awarenest terhadap gejala, tanda dan diagnosis leptospirosis. “Ini penting untuk bagian deteksi dini sehingga penangnaan bisa dilakukan cepat dan efektif,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news