Suasana sarasehan bertajuk Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik digelar pada Minggu (6/7/2025) dengan menghadirkan seniman Mohammad Dhani Febriadi atau yang akrab disapa Momo. - Ist
Harianjogja.com, JOGJA – Sarasehan bertajuk “Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik” digelar pada Minggu (6/7/2025) dengan menghadirkan seniman Mohammad Dhani Febriadi atau yang akrab disapa Momo. Dalam forum tersebut, Momo menyoroti peran seni sebagai benteng terakhir dalam menjaga kebebasan berpikir di tengah derasnya arus informasi.
Menurut Momo, meski musik kini semakin dikendalikan oleh tren dan algoritma, masih ada ruang bagi pelaku seni untuk menyampaikan kritik dan pemikiran. “Seni, nggak cuma musik ya hari ini masih bisa jadi tameng terakhir kebebasan berpikir. Walaupun sudah mulai kelihatan arah setirnya, kritik sosial masih bisa lewat situ,” ujarnya.
Dalam konteks karakter pemuda, eks vokalis Captain Jack itu menilai generasi saat ini banyak yang kehilangan suara pribadi akibat dominasi media sosial dan budaya FOMO (fear of missing out). “Tantangan kita hari ini adalah membentuk karakter yang tidak ikut-ikutan. Anak muda harus punya wawasan dan suara sendiri. Karakter itu esensial,” ujarnya.
BACA JUGA: 20 SMP di Gunungkidul Tak Mendapatkan Siswa Baru di SPMB 2025
Ia juga menyinggung peran media sosial yang kerap hanya dijadikan alat validasi diri, bukan ruang aktualisasi. “Sosial media itu alat. Bisa dipakai untuk jadi sesuatu yang baik, tapi juga bisa jadi penjara buat diri sendiri. Masalahnya, kebanyakan orang cuma cari validasi,” tambahnya.
Momo menggarisbawahi pentingnya pemahaman terhadap akar persoalan sebelum bicara soal solusi. “Kita belum perlu bahas solusi dulu, yang penting tahu dulu masalahnya anak muda sekarang terlalu gampang disetir informasi,” ungkapnya.
Menanggapi peran pemerintah, Momo bersikap kritis. Ia menyebut bahwa di satu sisi, pemerintah diuntungkan dengan masyarakat yang mudah diarahkan. “Kalau masyarakat bisa disetir, ya tentu menguntungkan pihak tertentu. Namun yang harus kita perjuangkan adalah jadi manusia yang pikirannya merdeka,” ujarnya.
Sarasehan ini digagas oleh Dahana Pramoda dengan dukungan berbagai pihak dan mendapat apresiasi karena mengangkat diskusi yang jarang muncul di ruang publik. Momo berharap kegiatan serupa bisa terus diadakan demi membangun kesadaran kritis generasi muda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News