Bigcity Noise Club Usung Konsep Okupasi yang Memadukan Musik, Teater, dan Seni Lukis di Artjog 2025

4 hours ago 3

Bigcity Noise Club Usung Konsep Okupasi yang Memadukan Musik, Teater, dan Seni Lukis di Artjog 2025 Bigcity Noise Club tampil dalam Artjog 2025 pada Sabtu (2/8/2025). - Harian Jogja / Stefani Yulindriani

Harianjogja.com, JOGJA–Bigcity Noise Club kembali tampil di Artjog 2025. Kali ini, Band-band  asal Kotagede tersebut mengusung konsep bertajuk Bigcity Okupasi dengan menggabungkan musik, teater dan seni rupa dalam satu panggung.

Manager Bigcity Noise Club, Luqman Mahdiez menyampaikan pertunjukan tahun ini merupakan pengembangan dari konsep tahun lalu yang sempat mereka bawa ke gelaran Artjog. 

“Kalau tahun lalu, konsepnya lebih ke memindahkan gigs ke ruang seni. Tahun ini, kita bawa sesuatu yang berbeda lewat Okupasi. Kami ingin menegaskan Bigcity Noise Club bukan cuma soal musik, tapi juga pengalaman artistik yang utuh,” katanya, Sabtu (2/8/2025)..

Dia menuturkan konsep Bigcity Okupasi terbagi dalam tiga fase yaitu permulaan, fase sulit, dan kehancuran. Dalam penampilan tersebut, masing-masing fase direpresentasikan oleh tiga band asal Kotagede, yaitu Pura-pura Hidup, The Kick dan The Peal. 

“Mereka mewakili perjalanan hidup. Mulai dari permulaan yang bisa diibaratkan lahir atau pernikahan, fase sulit di mana hidup terasa berat karena realita pekerjaan dan kuliah, hingga fase kehancuran yang bisa meliputi apa saja, bahkan negara,” katanya. 

BACA JUGA: 18 Agustus Jadi Libur Nasional, Wisatawan ke DIY Diprediksi Naik 30 Persen

Pertunjukan tersebut disajikan dengan teater yang minim dialog. Di sana, tiga band asal Kotagede tampil bergantian. Sementara seorang seniman seni rupa melukiskan salah satu adegan yang ada dalam penampilan tersebut. 

“Kami ingin keluar dari pakem pertunjukan musik biasa. Kalau tahun lalu masih cenderung gigs di ruang seni, kali ini kami benar-benar membangun narasi dan pengalaman multisensori,” katanya.

Pertunjukan tersebut menampilkan kisah Aan yang melewati tiga fase dalam konsep Bigcity Okupansi. Di fase pertama, Aan tampil sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sedang memiliki permasalahan dengan ayahnya. 

Kemudian, pada fase kedua, dia yang mulai menapaki kehidupan mahasiswa, mengalami tekanan dengan tugas akhir yang dihadapi. Dan di fase terakhir, dia tampil sebagai figur yang memiliki berbagai permasalahan dalam hidup. 

“Bisa dibilang ini bukan teater dalam arti konvensional. Dialognya sedikit, tapi kuat secara ekspresi. Aan menjadi semacam penghubung emosional dari ketiga segmen yang kami sajikan,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news