Jogja Berjuang Turunkan Angka Perokok Anak dan Remaja

6 hours ago 5

JOGJA– Pemerintah Kota Jogja kian serius untuk menurunkan angka perokok anak yang semakin mengkhawatirkan, apalagi semakin meningkatnya konsumsi rokok elektronik di kalangan anak muda.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan persentase perokok di Jogja yang berusia 15 tahun ke atas yakni 25,18% pada 2024, artinya dari 4 pemuda, ada 1 perokok di antaranya. Persentase ini naik, dari posisi 24,82 pada 2023.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan angka kenaikan ini harus ditanggapi secara serius. Pihaknya juga melakukan berbagai langkah untuk menurunkan angka perokok remaja dan anak-anak.

"Di Puskesmas, kami juga sudah membuka klinik konsultasi berhenti merokok. Ada 18 puskesmas di Kota Yogyakarta membuka layanan berhenti merokok dan tidak berbayar," ungkapnya, saat Diskusi Buku Giant Pack of Lies 2 di Yogyakarta, Sabtu (26/4/2025).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Jogja mencatat, pada 2023, dari 5.862 pelajar berusia 10–18 tahun yang disaring, ditemukan 640 orang atau 9,6 persen merupakan perokok aktif. Tahun 2024, dari 2.999 responden, jumlah tersebut menurun menjadi 249 anak, atau 7,9 persen. Meski ada tren positif, angka itu masih di atas target nasional sebesar 7,3 persen.

"Penurunan ini patut diapresiasi, tetapi belum cukup. Kami menargetkan pada 2025, angka perokok muda dapat ditekan hingga 7,3 persen," kata Emma.

BACA JUGA: 90 Persen Dispensasi Menikah di Sleman Disebabkan Hamil di Luar Pernikahan

Emma mengungkapkan, untuk mempercepat penurunan tersebut, berbagai langkah telah ditempuh. Antara lain, memperkuat edukasi bahaya rokok di sekolah-sekolah dengan melibatkan kader kesehatan sekolah, memperluas kerja sama antara Dinas Kesehatan, sekolah, dan puskesmas, serta membuka klinik konsultasi berhenti merokok di 18 puskesmas yang dapat diakses secara gratis.

"Anak-anak perlu mendapatkan informasi yang benar tentang bahaya rokok. Kami berharap dengan pendekatan yang lebih dekat dengan mereka, angka ini dapat terus ditekan," ujarnya.

Dinas Kesehatan juga berencana mengusulkan agar iuran BPJS kelas 3 bagi perokok tidak lagi ditanggung pemerintah daerah. Langkah ini diharapkan bisa menjadi insentif bagi masyarakat untuk berhenti merokok.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Yayi Suryo Prabandari, menyoroti faktor lain yang tak kalah penting dalam meningkatkan angka perokok muda: paparan iklan rokok.

"Penelitian saya menunjukkan ada hubungan kuat antara iklan rokok dan perilaku merokok di kalangan anak-anak dan remaja. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Yayi.

Yayi menjelaskan, meskipun iklan rokok di media utama sudah dibatasi, bentuk-bentuk pemasaran terselubung seperti sponsorship acara musik, iklan di media sosial, hingga promosi di titik penjualan masih sangat masif. Dia berharap agar pemerintah juga bisa bersikap tegas terhadap iklan di media sosial untuk mencegah anak terpapar dari rokok.

Diskusi Buku Giant Pack of Lies 2 dilaksanakan di Yogyakarta pada Sabtu, 26 April 2025 merupakan kolaborasi AJI Jakarta dan AJI Yogyakarta. Selain diskusi, penulis buku dan ratusan pemuda di Yogyakarta melakukan jalan bersama saat car free day (CFD) pada Minggu, 27 April 2025 sebagai bentuk kepedulian terhadap pemuda dan kawasan tanpa rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news