Ilustrasi. - Freepik
Harianjogja.com, BANTUL–Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bantul mencatat tingkat keterisian hunian (okupansi) penginapan di Bantul hampir penuh selama long weekend hari raya Isra Mi'raj dan Imlek 2025. Tingkat keterisian hunian tersebut pun lebih tinggi dibanding dengan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun 2025.
Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra menyebut rata-rata tingkat keterisian hunian penginapan hotel dan villa di Bantul sekitar 90-95%. Tingginya tingkat keterisian hunian tersebut pun melebihi capaian pada libur Nataru 2025 yang hanya mencapai 75%.
Selama long weekend, beberapa hotel tingkat keterisian hunian mencapai 100% antara lain Hotel Grand Rohan Jogja, Ros-In Hotel Jogja, dan Adinda Hotel. Kemudian ada pula beberapa villa yang tingkat keterisian huniannya mencapai 100% antara lain Astuti Gallery Homestay.
“Tetapi ada juga yang [penginapan] tidak full [dipesan]. Karena segmentasi tamunya berbeda,” ujarnya, Rabu (29/1/2025).
Menurut Hendra, beberapa penginapan di sisi selatan Bantul tingkat huniannya masih belum terpenuhi. Menurutnya, wisatawan saat ini cenderung memilih menginap di hotel atau villa yang sekitar Kota Jogja.
“[Penginapan di] Ring satu dan dua di Kota [Jogja] dan Sleman sudah tidak ada yang kosong. Akhirnya [wisatawan menginap] di hotel yang di dekat Kota Jogja,” ujarnya.
Dia menilai kunjungan wisatawan ke DIY masih berpusat di beberapa destinasi wisata di Kota Jogja. Karena itu, tingkat keterisian hunian di sekitar wilayah tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.
Dia pun berharap tingkat keterisian hunian tersebut dapat berlangsung hingga akhir pekan ini.
“Harapan kami sampai besok Sabtu masih bisa ramai terus, tapi jalan sudah mulai sepi,” ujarnya.
BACA JUGA: Volume Sampah di Pantai Selatan Bantul Naik 25 Persen di Libur Isra Miraj dan Imlek 2025
Selama long weekend, Hendra menyebut ada kenaikan tarif sewa kamar hotel. Hal itu lantaran jumlah kamar hotel yang ada terbatas, sementara animo masyarakat untuk menginap tergolong tinggi.
“[Kenaikan harga] Pasti ada, rata-rata kenaikan [tarif sewa kamar hotel] sekitar 10-20%. Karena ini kesempatan bagi manajemen untuk menaikan harga kamar,” ujarnya.
Hendra mengimbau kepada manajemen hotel dan villa yang ada di Bantul agar kenaikan tarif sewa kamar tersebut dibarengi dengan peningkatan fasilitas. Dia pun mengimbau agar manajemen hotel dan villa di Bantul menerapkan pelayanan prima kepada wisatawan agar kenyamanan wisatawan dapat terjaga.
“Kepada anggota [PHRI Bantul dihimbau] agar tidak sembarangan menaikkan harga, tetapi juga memberikan value tambahan kepada konsumen,” ujarnya.
Lebih lanjut, menurut Hendra, meski tingkat keterisian hunian tinggi, namun lama tinggal wisatawan (length of stay) selama long weekend tidak terlalu tinggi. Menurut Hendra, wisatawan masih menginap di Bantul selama satu hari.
“Lama tinggal [wisatawan] tidak ada bedanya satu hari, [selama long weekend] karena tidak banyak variasi hotel di Bantul. Berbeda dengan [lama tinggal wisatawan di [Sleman dan Kota [Jogja]. Mereka [wisatawan] bisa berpindah-pindah [dari satu hotel ke hotel lain], karena di hari berikutnya tidak dapat kamar atau ingin merasakan menginap di hotel lainnya,” ujarnya.
Dia pun berharap agar lama tinggal wisatawan di Bantul tahun ini dapat meningkat. Dia mendorong agar Pemkab Bantul menggencarkan promosi dan kerjasama dengan pelaku pariwisata lain untuk mempromosikan potensi wisata di Bantul sehingga lama tinggal wisatawan dapat meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News