Mahasiswa UGM Ubah Tanaman Liar Jadi Teh Kemasan untuk Oleh-Oleh Wisatawan

23 hours ago 5

Harianjogja.com, SLEMAN—Berasal dari dedaunan yang tumbuh di antara belukar ladang Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, mahasiswa KKN-PPM UGM Menoreh Mandeh membantu masyarakat meramu karamunting menjadi seduhan teh istimewa. Lewat berbagai riset dan percobaan, teh karamunting jadi asa baru buah tangan khas Sungai Nyalo Mudiak Aia, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Menyuguhkan panorama indah suasana teluk, pemandangan indah Pantai Paku di Sungai Nyalo Mudiak Aia seakan memaksa orang-orang di sekitarnya untuk menjeda segala aktivitas untuk menyaksikan senja. Disusul embusan angin laut yang mengiringi, suasana Pantai Paku kala senja selalu berhasil menjadi magnet para pengunjungnya. 

Selain potret foto atau memori tentang keindahan Pantai Paku, tak banyak benda yang bisa di bawa pulang untuk menjadi buah tangan. Pelancong bak pulang dengan tangan kosong ini.

Berawal dari itulah mahasiswa KKN-PPM UGM Menoreh Mandeh mencoba menggali potensi Sungai Nyalo Mudiak Aia yang bisa dijadikan buah tangan khas yang tak hanya bisa dibawa wisatawan tapi manfaatnya bisa dirasakan warga. Lalu, ditemukan lah daun karamunting. 

BACA JUGA: Korupsi Kuota Haji: KPK Usut SK Diterbitkan Eks Menag Yaqut

"Kami melihat di desa Sungai Nyalo ini banyak sekali tumbuh liar sebenarnya daun karamunting ini. Terus akhirnya kami mengkaji, ternyata banyak bagian dari tumbuhan ini yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya dari daunnya," kata Koordinator Program Kerja Teh Karamunting KKN Menoreh Mandeh, Desti Balqis pada Jumat (1/8/2025).

Tak sembarangan daun karamunting dipilih. Selain tanamannya yang tergolong melimpah di Sungai Nyalo, daun karamunting menjadi sumber daya paling mudah diolah dengan ragam manfaatnya. Tim, selanjutnya berkonsultasi dengan dosen farmasi terkait kandungan maupun khasiat yang tersimpan dalam daun karamunting.  "Setelah itu untuk pengolahannya juga kami uji coba," ujarnya. 

Beragam percobaan dan riset harus dilalui tim untuk meracik sajian karamunting yang sedap disuguhkan. Butuh waktu dua pekan untuk melakukan berbagai riset dan percobaan untuk menghasilkan teh karamunting terbaik. Entah sudah berapa jurnal mereka baca dan entah berapa percobaan mereka lakukan hingga terciptanya teh karamunting yang mereka beri nama Karamuntea.

Proses pembuatan teh karamunting juga tidak sebentar. Awalnya daun karamunting dipetik dan dikeringkan. Daun yang diambil adalah lima daun teratas dari pucuk. Pengeringannya, tak bisa dibilang terbuka namun tak bisa dibilang tertutup. 

"Pertama dipetik, terus dibersihkan, dicuci dulu dengan air bersih. Lalu setelah itu dikeringkan, tapi dijemurnya itu ditutupi dengan kain hitam. Jadi enggak langsung," ungkapnya. 

Pengeringan sangat tergantung dengan panas sinar matahari. Bila matahari bersahabat, setidaknya butuh waktu empat hari karamunting dikeringkan. Tandanya daun karamunting siap diolah ke tahap berikutnya yakni ketika daun hancur ketika diremas.

"Sampai kering banget. Jadi ketika diremas itu bisa langsung hancur. Kalau kemarin kami empat hari jemurnya," imbuhnya. 

Setelah dikeringkan, untuk menyeduhnya daun karamunting ada dua cara. Pertama, daun yang diremas langsung diseduh. Cara lainnya, daun karamunting kering diolah dijadikan bubuk.

"Bisa juga dijadikan bubuk. Kalau dijadikan bubuk mungkin bisa pakai alat gitu, alat untuk bikin jadi bubuknya. Tapi karena kami di sini enggak ada, akhirnya kami pakai cara yang pertama tadi," ujarnya. 

Daun karamunting yang telah hancur selanjutnya dimasukan ke dalam tea bag atau kantong teh berpori. Biasanya kantong ini lah yang dicelupkan dan diseduhkan dalam cangkir. 

BACA JUGA: Daftar Peretas Paling Mengancam Rahasia Negara di Asia Pasifik

Satu daun bisa jadi satu tea bag. Satu kemasan Karamuntea berisi 10 tea bag. Untuk harganya, mahasiswa masih berdiskusi dengan masyarakat agar tetap mendapatkan untung tapi ramah di saku para pelancong. Selain itu Desti masih harus menghitung biaya budi daya karamunting.

Dari segi khasiat, teh karamunting mengandung senyawa flavonoid yang bisa membantu menurunkan kadar gula dalam darah. "Kalau dari kandungannya sendiri kan ada kandungan yang namanya flavonoid. Itu menurunkan kadar gula dalam darah. Itu yang pertama," terang Desti.

Tak hanya punya khasiat khusus, teh daun karamunting juga punya rasa unik yakni perpaduan asam dan sepat. "Kalau secara rasa, itu nanti dia ada asam-asamnya dikit. Mungkin agak sepat juga sih," lanjutnya. 

Melihat karamunting yang banyak tumbuh di Sungai Nyalo Mudiak Aia, Desti melihat karamunting punya potensi menjadi oleh-oleh khas Sungai Nyalo Mudiak Aia atau Pantai Paku.

"Karena ketersediaannya di sini banyak. Mungkin minusnya adalah di sini belum ada budidayanya [masih ditanam liar]," ujarnya. 

Selain membantu meraciknya, Desti bersama tim KKN langsung mencoba menyosialisasikan temuannya ini. Ibu-ibu PKK Sungai Nyalo Mudiak Aia diundang dan dilatih untuk membuat teh karamunting ini. Belasan orang hadir kata Desti dalam pelatihan. Beberapa di antaranya bahkan berencana melanjutkan temuan ini sebagai usaha oleh-oleh. 

"Dari karamunting ini harapannya mungkin bisa diuji coba lebih lanjut lagi. Terus mungkin dari masyarakatnya jika memang tertarik, kan bisa meneruskan. Karena dari tim kami juga sudah mengajarkannya selain dari pengelolaannya juga bagaimana memasarkannya, mengemasnya," iucapnya. 

Tanaman Liar

Salah satu warga yang teratarik melanjutkan usaha ini adalah Osri, 39. Menurut Osri ide teh karamunting ini sangat bagus untuk diteruskan. "Bagus, selama ini di kampung enggak tahu kalau ada kegunaannya ini. Kalau di kampung ini namanya daun keduduk," ujarnya. 

Sambil bercerita, Osri meminta para pengunjung yang mampir dalam Festival Menoreh Mandeh. Dia sangat tertarik meneruskan usaha ini. "InsyaAllah tertarik, karena kayaknya belum ada di sini, cuma anak KKN yang mengajarin," tuturnya. 

Ia bersama warga lainnya diajari cara memetik daunnya, cara mengeringkannya, hingga cara menyeduhnya. Kata Osri rasa teh karamunting berbeda dengan teh yang dijual di warung-warung. 

"Beda rasa kaya yang dibeli di teh warung-warung. Ini kan enggak ada, belum ada yang buat. Ini jan ada rasa asam-asamnya," katanya.

Karamunting disebut Osri melimpah di belakang rumahnya. Selama ini daun digunakan sebagai tambahan rempah dalam masakan seperti gulai ikan. "Enggak ditanam, ini tanaman liar sebenarnya," katanya.

BACA JUGA: Kemnaker Siapkan 59 BLK Pusat dan Daerah untuk Sekolah Rakyat

Osri optimis teh daun karamunting ini bisa jadi oleh-oleh layaknya bakpia atau oleh-oleh khas daerah lainnya. "Bisa sih, karena enggak ada [di tempat lain]," ujarnya.

Bahkan Osri sudah memikirkan cara pemasarannya. Sehari-hari dia menitipkan peyek dari warung ke warung. Nantinya dia ingin menitipkan teh karamunting ini dari warung-warung pula di sekitar lokasi wisata.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news