Kapolres Gunungkidul, AKBP Ary Murtini dengan balutan busana batik yang kerap dikenakannya pada acara formal maupun semi formal belum lama ini. Dok. Ist
Harianjogja.com, JOGJA - Kabupaten Gunungkidul memiliki sosok pemimpin baru yang membawa warna berbeda. AKBP Ary Murtini, seorang Polwan tangguh yang sejak Juli 2024 lalu menjabat sebagai Kapolres Gunungkidul, DIY tidak hanya mengukir sejarah sebagai Kapolres perempuan pertama di wilayah tersebut, tetapi juga dikenal sebagai figur inspiratif yang memiliki kecintaan mendalam terhadap budaya batik, khususnya batik tulis.
Ary Murtini resmi dilantik menggantikan AKBP Edy Bagus Sumantri yang kini menjabat sebagai Kapolres Purworejo, Jawa Tengah. Sebelum menempati posisi ini, Ary menjabat sebagai Gadik Madya Pusdik Binmas Lemdiklat Polri. Keberadaannya di Gunungkidul menjadi tonggak baru dalam sejarah, menandai era baru di mana kepemimpinan perempuan mulai semakin diakui dalam institusi Polri.
Sebagai Kapolres, Ary berkomitmen untuk melayani dan mengabdikan dirinya kepada masyarakat Gunungkidul. Ia mengajak semua pihak untuk berpartisipasi menjaga kondusivitas dan keamanan masyarakat. Namun, di balik ketegasan dan kewibawaannya, Ary memiliki sisi yang lembut sebagai pencinta dan pendukung pelestarian batik.
Kecintaan Ary terhadap batik dimulai sejak ia menjadi Polwan pada tahun 1996. Namun, kecintaan itu semakin mendalam ketika ia menjabat sebagai Wakapolres Madiun pada 2016. “Waktu itu saya mulai suka koleksi batik, terutama Batik Sogan. Pas sekali, saya sudah berhijab dan banyak gamis berbahan batik yang cocok untuk saya,” ungkapnya, Kamis (23/1/2025).
Ary sering menggunakan batik untuk berbagai kesempatan, baik formal maupun semi-formal. Baginya, batik bukan sekadar pakaian, tetapi juga simbol budaya yang membanggakan. “Dulu pas sekolah kan ada hari wajib pakai batik. Sekarang, kalau lebaran atau acara resmi, saya selalu pakai batik. Saya suka motif-motifnya yang lebih kekinian dan enak dipandang. Jangan malu pakai batik, justru malah keren,” tambahnya.
Sebagai seorang Kapolres, Ary tetap menjunjung tinggi budaya Indonesia dengan mengenakan batik dalam perjalanan dinasnya. Bahkan, saat bepergian naik kereta api, ia sering memakai gamis berbahan batik karena praktis dan nyaman untuk digunakan, terutama untuk beribadah.
Salah satu alasan Ary mencintai Batik Sogan adalah karena brand tersebut memiliki kepedulian terhadap kaum disabilitas. “Mereka memberdayakan masyarakat berkebutuhan khusus untuk ikut terlibat dalam proses pembuatan batik. Itu luar biasa. Saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus harus dirangkul dan didukung, termasuk di Polri. Kami juga sudah mulai membuka kesempatan bagi disabilitas untuk bergabung,” jelasnya.
Ary percaya bahwa batik memiliki nilai lebih dari sekadar busana. Ia menyebut batik sebagai identitas bangsa yang wajib dilestarikan. “Batik itu warisan budaya dunia. Kita sebagai orang Indonesia harus bangga, melestarikan, dan terus memakainya di berbagai kesempatan,” ungkap dia.
Selain kecintaannya pada batik, Ary juga menunjukkan antusiasme saat ditawari menjadi model fashion show batik. “Kalau ada fashion show batik, tentu saya mau sekali ikut. Itu akan jadi pengalaman menyenangkan,” katanya sambil tertawa. Hal ini menunjukkan sisi lain dari Ary yang tidak hanya berfokus pada tugas kepolisian, tetapi juga mendukung pelestarian budaya melalui cara yang kreatif.
Sebagai perempuan asli Semarang yang kini berdomisili di Banyuwangi, perjalanan Ary Murtini menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam berbagai bidang, termasuk di institusi kepolisian. Sosoknya yang tegas, humanis, dan mencintai budaya menjadi inspirasi tidak hanya bagi masyarakat Gunungkidul, tetapi juga bagi perempuan di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News