Suasana pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Sinduadi Timur pada Jumat (17/1/2025). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati
Harianjogja.com, JOGJA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah tengah menjadi sorotan di kalangan siswa, tak terkecuali di SMKN 4 Jogja. Murid di sekokah itu mengaku sudah menunggu program itu terealisasi tapi tak kunjung terlaksana.
Siska Rahmadani, salah satu murid kelas XI jurusan kuliner mengungkapkan bahwa program MBG sangat membantu terutama saat jam praktek yang cukup panjang. “Karena nanti kan kami pasti sampai sore juga prakteknya, jadi program ini mungkin bisa membantu untuk menahan lapar,” ujarnya, Senin (20/1/2025).
Siska juga berharap program ini bisa segera terlaksana, mengingat murid di sekolah lain sudah lebih dahulu mendapatkan manfaatnya. “Adik saya saja yang SD sudah dapat. Harapannya, semoga bisa segera ada, entah dari pusat atau dari sekolah sendiri,” tambahnya.
Senada dengan Siska, Arga Fikri Julianto juga merasa senang dengan adanya program MBG. Ia berharap menu yang disediakan bisa bervariasi dan bergizi. “Menunya kalau bisa yang variatif, jangan yang digoreng semua kalau bisa ada yang kuahnya,” ungkapnya.
Menariknya, para murid jurusan kuliner melihat potensi program MBG untuk dijadikan sebagai sarana pembelajaran. “Sebenarnya mikir ke sana juga untuk penyediaan makanan dipasrahkan ke sekolah yang ada jurusan kuliner, murid bisa juga sekalian belajar dan praktik,” ungkap Arga.
Sementara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 4 Jogja, Widiatmoko Herbimo menjelaskan bahwa pihak sekolah telah mulai mendata siswa untuk keperluan program MBG. “Kami mendata murid, mulai dari alamat, tinggi badan, kondisi kesehatan, hingga alergi. Dari 1.900 siswa, baru 1.200 yang terdata karena siswa kelas 3 sedang PKL,” ungkapnya.
BACA JUGA: MBG di Kota Jogja Belum Juga Bergulir, DPRD: Pendistribusian Wajib Tepat Waktu
Namun, hingga saat ini, pihak sekolah belum mendapatkan kejelasan terkait teknis pelaksanaan program. “Kami belum tahu format penyajian, apakah anak-anak mengambil makanan di satu tempat atau dibagikan langsung ke kelas. Juga soal pengelolaan sampah sisa makanan, kami tidak mau bebannya ada di sekolah,” tambah Widiatmoko.
Program ini sempat menuai penolakan dari kepala sekolah karena dikhawatirkan dapat mengurangi pendapatan kantin sekolah. Namun, Disdikpora mewajibkan sekolah untuk menerima program ini. “Kami membutuhkan kejelasan konsep dan menu, karena selama ini informasi yang kami dapatkan masih sangat minim,” tegasnya.
Program MBG dianggap berpotensi besar dalam mendukung kebutuhan gizi siswa. Dengan melibatkan jurusan kuliner, siswa tidak hanya akan mendapatkan makanan bergizi tetapi juga pengalaman praktik yang berharga. Namun, agar program ini berjalan optimal, diperlukan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, sekolah, dan penyedia makanan.
“Harapannya, ada kerja sama yang melibatkan sekolah, terutama jurusan kuliner, sehingga kualitas makanan bisa terjamin. Jangan sampai makanan yang disediakan kurang bergizi,” kata Widiatmoko.
Saat ini, pihak sekolah masih menunggu kejelasan dari pihak terkait mengenai jadwal pelaksanaan, konsep teknis, dan pendanaan program MBG. Semua pihak berharap agar program ini dapat segera terlaksana dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News