Pedagang cabai rawit merah. - Foto ilustrasi - Antara
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mencatat produksi cabai rawit di Sleman menyentuh 40.138,60 kuintal atau 4.013.860 kilogram (kg). Capaian hampir dua kali lipat daripada produksi periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA: Cabai Rawit dari Sleman Diekspor ke Jepang
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan DP3 Sleman, Eko Sugianto Ngadirin, mengatakan produksi cabai rawit semester I 2024 hanya 26.407,15 kuintal atau 2.640.715 kg.
Ditinjau dari lahan panen, luas panen semester I 2025 yaitu 1.172,45 ha dan semester I 2024 yaitu 1.309,16. Lahan panen cabai rawit tahun lalu justru lebih luas, ada selisih 136,71 ha.
Dengan begitu, produktivitas cabai rawit per ha pada 2025 sekitar 34,23 kuintal dan pada 2024 sekitar 20,17 kuintal.
Selama periode itu, Kapanewon Pakem menjadi penyumbang produksi paling banyak dengan 7.288,50 kuintal pada 2025 dan 4.809,50 kuintal pada 2024.
Adapun produksi cabai merah keriting pada semester I 2025 mencapai 20.013,40 kuintal dengan luas panen 631,8 ha. Sedangkan, produksi cabai merah keriting pada periode yang sama tahun lalu mencapai 11.370,10 dengan luas panen 554,9 ha.
Produktivitas cabai merah keriting per ha pada 2025 sekitar 31,68 kuintal dan pada 2024 sekitar 20,49 kuintal.
“Panen semester I tahun ini memang lebih banyak soalnya ada tanaman sisa tahun sebelumnya,” kata Eko dihubungi, Selasa (12/8/2025).
Eko mengaku panen cabai dilakukan tiap tiga bulan sekali. Tanaman yang ditanam pada November 2024 akhirnya dipanen pada Januari 2025. Cabai rawit pada khususnya di Sleman surplus setiap tahun. Sleman hanya kekurangan cabai besar.
Saat ini DP3 sedang mempersiapkan untuk membuka lahan pertanian cabai besar. Ihwal upaya peningkatan produksi cabai, DP3 memberi bantuan pupuk dan obat pengendali hama.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kalurahan Glagaharjo dan Kepuharjo, Deni Nur Fitriyanto, mengatakan luas lahan pertanian cabai di dua kalurahan itu terus bertambah lantaran pengembangan cabai rawit baru mulai.
Saat ini luas pertanian cabai di Glagaharjo sekitar 20 ha dan Kepuharjo 9 ha. Berbeda dengan wilayah dataran rendah, Glagharjo dan Kepuharjo yang berada di kaki Gunung Merapi memiliki iklim yang lebih dingin. Hal ini memengaruhi masa panen. Panen menjadi lebih lama 15 hari.
Selain masa panen mundur, hujan dan kabut tebal meningkatkan potensi hama dan penyakit. Daun cabai menjadi keriting.
“Kalau pemasaran ikut Perkumpulan Petani Holtikultura Puncak Merapi. Ada lelang cabai juga untuk pemasarannya. Paska panen tidak susah di sini. Pasti terjual,” kata Deni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News