Serangan udara Israel di wilayah Gaza, Palestina, beberapa waktu lalu. / Antara
Harianjogja.com, GAZA—Pasukan Israel melancarkan lebih dari 150 serangan udara dan artileri terhadap Kota Gaza dalam dua hari terakhir.
Kondisi ini menunjukkan serangan militer Israel ke Gaza semakin brutal. Serangan pada Rabu (17/9/2025) tersebut diklaim sebagai bagian dari penyerbuan darat yang diperluas untuk menduduki pusat perkotaan terbesar di Jalur Gaza itu.
Rekaman yang dirilis militer menunjukkan pasukan Israel berada di dalam kota saat para komandan mengumumkan dimulainya fase baru serangan, Selasa.
BACA JUGA: Sejuta Lebih Warga Palestina Menolak Dievakuasi ke Wilayah Selatan Jalur Gaza
Namun, saksi mata dan sumber setempat mengatakan kepada Anadolu bahwa belum ada invasi besar-besaran, melainkan peningkatan penembakan artileri, serangan drone, dan bahan peledak kendali jarak jauh yang memaksa ribuan warga mengungsi.
Pejabat militer Israel menyebut Divisi ke-98 dan 162 tengah “memperdalam manuver” dalam Operasi Gideon’s Chariots 2. Mereka memperingatkan bahwa dorongan masuk ke Kota Gaza bisa berlangsung berbulan-bulan.
Di saat bersamaan, penyedia telekomunikasi Palestina, Paltel, mengonfirmasi terputusnya layanan internet kabel dan telepon tetap di Kota Gaza serta wilayah utara Gaza setelah serangan Israel merusak jalur jaringan utama.
“Tim kami bekerja sepanjang waktu untuk memperbaiki jalur di bawah kondisi berbahaya,” kata perusahaan tersebut. Warga melaporkan pemadaman luas di sejumlah kawasan.
Serangan militer di Kota Gaza berlangsung beberapa pekan setelah pemerintah Israel menyetujui rencana pemimpin otoritas Benjamin Netanyahu untuk kembali menduduki seluruh Jalur Gaza, dimulai dari kota padat penduduk tersebut.
Sejak awal Agustus, pasukan Israel menggempur menara hunian dan blok apartemen dengan menggunakan artileri, serangan drone, serta robot yang dipasangi bom.
Di dalam negeri, pemimpin oposisi dan keluarga sandera menuduh Netanyahu memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya. Mereka memperingatkan bahwa setiap penarikan dari Gaza bisa menggoyahkan koalisinya.
Sejumlah kelompok internasional juga menyuarakan keprihatinan atas dampak bencana bagi warga sipil.
Militer Israel telah menewaskan hampir 65.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza sejak Oktober 2023. Gempuran tanpa henti itu membuat wilayah tersebut tidak layak huni, memicu kelaparan, serta menyebarkan penyakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara