Sekolah Lapang Iklim BMKG Dorong Petani Tangguh Menghadapi Cuaca Ekstrem

3 hours ago 2

Sekolah Lapang Iklim BMKG Dorong Petani Tangguh Menghadapi Cuaca Ekstrem Sekolah Lapang Iklim Tematik BMKG di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (22/9/2025). Antara - Kominfo Gunungkidul

GUNUNGKIDUL—Sekolah Lapang Iklim (SLI) 2025 yang dilaksanakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Klimatologi di Balai Kelurahan Pilangrejo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong petani daerah itu semakin tangguh dalam menghadapi cuaca ekstrem maupun perubahan cuaca.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka SLI Tematik 2025 di Gunungkidul, Senin, menekankan pentingnya kesiapan petani menghadapi fenomena cuaca ekstrem, sebab intensitas cuaca ekstrem, baik basah maupun kering semakin meningkat dari tahun ke tahun.

"Cuaca ekstrem sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya. Petani perlu terbiasa membaca informasi cuaca, bahkan cukup lewat gawai, untuk menyesuaikan pola tanam. Dengan cara ini, kerusakan tanaman dapat diminimalisasi, hasil panen lebih optimal, dan ketahanan pangan semakin kuat," katanya.

Menurut dia, kemampuan petani dalam memahami iklim akan berkontribusi pada keberhasilan swasembada pangan dan pengendalian inflasi.

Oleh karena itu, kata dia, dengan kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul.

Sementara itu, Ketua penyelenggara SLI Anita Windrati mengatakan sekolah lapang ini bertujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya informasi cuaca dan iklim bagi para petani, khususnya petani hortikultura bawang merah dan petani cabai.

Kegiatan bertema "Implementasi Program Unggulan GNPI melalui Sinergi Pertanian Berkelanjutan: Paham Iklim, Petani Tangguh" tersebut diikuti 60 peserta terdiri atas petani hortikultura dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT).

"Materi utama meliputi pemanfaatan informasi cuaca, pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, serta pemahaman analisis iklim. Harapannya, petani bisa lebih adaptif dalam menghadapi dinamika cuaca ekstrem," katanya.

Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto mengatakan pertanian adalah tulang punggung perekonomian daerah, namun rentan terhadap perubahan iklim. Oleh sebab itu, program SLI dinilai sangat penting untuk memperkuat kemampuan adaptasi petani.

"Apresiasi BMKG Stasiun Klimatologi DIY yang terus mendampingi petani melalui metode learning by doing. Dengan begitu, para petani tidak hanya paham teori, tetapi juga langsung mempraktikkan bagaimana menganalisis dan menerapkan informasi iklim dalam usaha tani," katanya. (Antara)

Sumber : Antara

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news