Harianjogja.com, BEIJING—Tencana evakuasi masyarakat sipil dari Jalur Gaza, Palestina oleh pemerintah Indonesia bukanlah langkah untuk melakukan relokasi. Hal ini ditegaskan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
"Apa yang dilakukan pemerintah adalah evakuasi bukan berarti relokasi masyarakat Palestina ke Indonesia, mereka dievakuasi ke Indonesia untuk menjalani pengobatan tapi bila sudah pulih maka akan kembali ke Palestina," kata Menhan Sjafrie di Wisma Negara Diaoyutai, Senin (21/4/2025).
Menhan Sjafrie menyampaikan itu dalam 2+2 Pertemuan Tingkat Menteri Pertama China-Indonesia bersama dengan Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Pertahanan China Dong Jun.
"Kami mengecam keras apa yang terjadi atas masyarakat Palestina di Jalur Gaza dan harus diselesaikan dengan mekanisme negosiasi yang bermanfaat bagi semua," kata Sjafrie.
Sedangkan Menlu Sugiono mengatakan Presiden Prabowo dalam lawatan kenegaraan terakhir telah berbicara dengan beberapa negara Timur Tengah mengenai Palestina.
"Kami dalam posisi terbuka untuk memberikan dukungan kemanusiaan kepada Palestina dan mengapresiasi China karena terus mendukung kemerdekaan Plestina dan solusi Dua Negara, termasuk juga mendukung gencatan senjata dan rekonstruksi," ungkap Menlu Sugiono.
Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi warga sipil dari Jalur Gaza yang menjadi korban dalam perang dengan Israel. Indonesia disebut siap menampung sekitar 1.000 warga Gaza dalam gelombang pertama evakuasi kemanusiaan.
Mereka yang akan dievakuasi terutama para korban luka-luka, anak-anak yatim piatu, dan mereka yang mengalami trauma berat akibat agresi militer Israel.
"Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk mengangkut mereka. Kami perkirakan jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama," kata Presiden Prabowo kepada pers sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab, Rabu (9/4/2025).
Prabowo menegaskan bahwa evakuasi ini bersifat sementara dan bukan bentuk permukiman permanen. Setelah pulih dan kondisi Gaza memungkinkan, para pengungsi akan dikembalikan ke tanah asal mereka.
Di Gaza, 2,1 juta warga masih terjebak tanpa pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Serangan terbaru Israel di kawasan pada Rabu (9/4/2025) menewaskan setidaknya 35 orang dan melukai puluhan lainnya.
Lebih dari 50.000 warga Gaza telah meninggal sejak perang meletus pada Oktober 2023. Selain Indonesia, belum banyak negara yang secara terbuka menawarkan evakuasi atau penampungan bagi warga Gaza. Rencana Indonesia sejauh ini menjadi salah satu upaya konkret yang ditawarkan oleh negara di luar Timur Tengah.
Dalam lawatannya ke UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania, Prabowo mencari dukungan dan koordinasi agar rencana ini dapat berjalan tanpa hambatan diplomatik.
"Syaratnya adalah semua pihak harus menyetujui hal ini. Kedua, mereka di sini hanya sementara sampai pulih kembali, dan pada saat pulih dan sehat kembali, kondisi Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka berasal. Saya kira itu sikap Pemerintah Indonesia. Untuk itu, saya harus konsultasi kepada pemimpin daerah tersebut," kata Prabowo.
Namun, banyak negara di kawasan Timur Tengah yang menolak rencana relokasi permanen karena khawatir langkah itu akan melegitimasi pengusiran paksa warga Palestina dari Tanah Air mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara