Sultan Minta Kasus Keracunan MBG Tidak Terulang Lagi

4 hours ago 2

Sultan Minta Kasus Keracunan MBG Tidak Terulang Lagi Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, saat memberikan sambutan dalam Launching Gerakan Pangan Murah di halaman kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Jumat (26/9/2025). - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Harianjogja.com, JOGJA—Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, meminta agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak lagi menimbulkan keracunan. Sistem pengolahan makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus diperbaiki.

Hal ini disampaikannya di depan Bupati/Wakil Bupati Sleman, Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul, dalam Launching Gerakan Pangan Murah di halaman kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Jumat (26/9/2025).

“Saya mohon kepada tim yang menyajikan makanan bagi para anak-anak pelajar kita. Saya mohon yang terakhir kemarin keracunan lagi di Sleman. Hal-hal seperti ini jangan terulang,” ujarnya.

Ia menceritakan dari awal Sultan sudah menegaskan siapa yang akan mengolah paket MBG, apakah dari catering atau sekolah, atau pihak lainnya. “Kalau catering, dilihat kapasitas berapa dia setiap hari membuat paket. Kalau paketnya itu hanya 50 porsi, disuruh 100 porsi, enggak bisa,” katanya.

Jika jumlah produksi di luar kapasitas catering maka akan mengakibatkan waktu pengolahan semakin lama. “Kalau 50 porsi itu 04.30 pagi sudah masak untuk dimakan jam 08.00 atau jam 10.00. Nah, kalau jadi 100 putus. Masaknya mungkin jam setengah dua malam. Dimakan jam 10.00, mesti keracunan,” paparnya.

BACA JUGA: SPPG Wonosari Gunungkidul Pasok MBG untuk Ibu Hamil dan Balita

Dari pengalaman DIY membuka dapur umum untuk pengungsian baik Erupsi Merapi 2010 maupun gempa bumi 2006, DIY sudah belajar bagaimana mengelola produksi makanan secara masal. Salah satunya yakni memasak sayur belakangan.

“Bisa enggak jam 02.00 itu jangan masak sayur? Tapi sudah pagi, baru masak sayur, toh dimakan jam 08.00 atau jam 10.00. Yang lain kira-kira digoreng dengan masak dan sebagainya, itu didulukan. Sayurnya di belakang, jangan yang di muka. Kalau di muka jam setengah dua ya mesti wayu,” katanya.

Dalam pengadaan makanan di dapur umum itu, khususnya pada bencana Erupsi Merapi 2010, menu makanan diserahkan kepada mereka yang akan mengkonsumsinya. “Saya hanya mengatakan, pokoknya ada telur atau daging atau ayam, pokoknya tiap hari, itu harus tiap makan harus ada, terserah variasinya,” paparnya.

Maka pada program MBG ini selama sistem pengolahan makanan di SPPG tidak diperbaiki akan terus timbul korban. “Jadi, korban itu tidak akan berkurang selama pola masaknya tidak berubah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news