Tidak Hanya Remaja, Orang Tua Juga Alami Krisis Hidup

12 hours ago 6

Harianjogja.com, JOGJA—Krisis hidup tidak hanya dialami oleh remaja. Ada istilah midlife crisis, sebuah krisis emosional yang umumnya berlangsung pada usia 40 hingga 60 tahun. Orang-orang yang mengalami krisis ini bisa tiba-tiba ingin mengubah hidup.

Umumnya, orang yang mengalami midlife crisis bisa dilihat dari perubahan secara tiba-tiba. Terdapat pula kesadaran yang tinggi akan kematian pada orang tersebut. Namun hal tersebut merupakan ciri-ciri pada mayoritas kasus, meski tidak semuanya seperti itu.

Bagi orang yang memahami kondisinya sedang masuk dalam midlife crisis, mereka akan mulai memaksimalkan perawatan-perawatan tubuh agar semakin sehat. Mereka juga semakin memaksimalkan waktu untuk mencari kebahagiaan hidup.

Terapis, Krystal Jackson, mengatakan bahwa midlife crisis dapat disebabkan peristiwa-peristiwa yang dapat mengguncang kondisi mental seseorang. "Seperti perceraian, kematian orang tercinta, hingga kebosanan. Tapi faktor utamanya adalah bertambah umur," katanya, dikutip dari Forbes.

BACA JUGA: 8 Hikmah Peringatan Hari Paskah, Simbol Pembebasan dari Penderitaan

"Contoh lainnya adalah bertambah atau berkurangnya kewajiban seseorang, seperti menyadari anak telah tumbuh menjadi orang dewasa atau kewajiban untuk merawat orang tua."

Tanda-tandanya

Pegiat kesehatan, Michael Wetter, mengatakan kasus-kasus midlife crisis tidak menunjukkan tanda-tanda yang pasti. Beberapa kasus menunjukkan pertanda yang minimal. Sementara sebagian lainnya telah melakukan hal-hal yang akan berakibat buruk pada diri mereka.

Pertanda umum yang dapat dilihat berupa kecemasan yang tinggi, perubahan karir atau gaya hidup, perubahan perilaku atau penampilan, kebiasaan nostalgia yang tiba-tiba dan berlebihan, depresi, serta hypochondria atau kecemasan akan kesehatan berlebihan.

"Selain itu, membuat keputusan untuk masa depan yang berlebihan, pola tidur yang berubah, naik atau turun berat badan, dan perubahan rutinitas. Tanda yang paling mudah dilihat adalah perubahan penampilan dan sifat seseorang," kata Wetter.

Midlife crisis bukan kondisi yang membutuhkan bantuan medis. Tidak ada obat atau perawatan untuk menyembuhkan seseorang dari krisis ini. Ada banyak pilihan untuk membantu seseorang yang mengalami krisis ini dengan baik.

Beberapa cara untuk menemukan ketenangan pada seseorang bisa dari meningkatkan aktivitas fisik, mengobrol panjang dengan orang lain (teman atau profesional), dan mengubah cara pikir tentang menjadi tua. Ketika anggota keluarga atau teman-teman tepercaya kurang dapat menjadi pendukung terbaik, lanjut Wetter, kunjungan ke psikolog dapat menjadi pilihan terbaik.

Jackson menjelaskan, kunci utamanya menghadapi midlife crisis adalah mengubah pola pikir orang tersebut. Seseorang dengan midlife crisis cenderung menjatuhkan harga diri, sehingga perlu membantu mereka untuk membongkar pola pikir itu. "Membantu seseorang untuk menemukan rutinitas baru yang mendukung kesehatan mental dan fisik akan sangat menolong mereka," katanya.

Berkontribusi pada Lingkungan

Diskriminasi pada orang yang tua berdampak negatif pada kehidupannya. Perspektif bahwa orang yang tua tidak bisa berbuat banyak hal, bisa berdampak pada keberlangsungan kehidupannya.

Hal ini merupakan temuan dari penelitian berjudul "A Social Psychological Perspective on the Stigmatization of Older Adults". Penelitian karya Jennifer A. Richeson dan J. Nicole Shelton terbit di National Research Council (US) Committee tahun 2006.

BACA JUGA: PBB: Serangan Israel di Gaza Picu Krisis Kemanusiaan

Dalam temuannya, penelitian ini mengungkapkan bahwa diskriminatif terhadap usia dapat memengaruhi hasil hidup orang tua. Dampak negatif dari diskriminasi tentang usia, terjadi secara langsung maupun melalui efek harapan dan stereotip diri.
Di samping itu, penelitian menunjukkan kompleksitas dan pentingnya dari stigma usia. Misalnya, ada anggapan bahwa pembedaan perlakuan di ranah publik pada orang tua, seringkali dianggap diskriminasi. Namun dalam konteks tertentu, pembedaan fasilitas untuk orang tua justru bisa bermanfaat untuk orang tua.

"Lebih jauh, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang tua sangat tangguh dalam menghadapi stereotip negatif, menggunakan berbagai strategi penanganan yang dirancang untuk melindungi harga diri dan kesejahteraan mereka," tulis dalam laporan tersebut.

Seiring dengan meningkatnya harapan hidup, tidaklah adil dan tidak diinginkan bagi masyarakat untuk melemahkan efektivitas komponen populasi orang tua yang begitu besar. Maksudnya, saat orang tua mendapat stereotip di lingkungan tertentu, sehingga membuat mereka tidak lagi berkegiatan di ruang tersebut. Hal ini justru memberikan banyak kerugian bagi masyarakat.

"Orang tua kehilangan kebebasan untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat, dan masyarakat kehilangan kontribusi unik yang potensial pada domain tersebut," tulisnya.

Sebagai informasi, penelitian berjudul "A Social Psychological Perspective on the Stigmatization of Older Adults" ini menggunakan metode kajian literatur.

Era Penuaan Penduduk

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan saat ini Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population. Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes RI, Nida Rohmawati, mengatakan masyarakat Indonesia mulai menua.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan batasan sebuah negara dikatakan memasuki era aging population. Batasan itu apabila di suatu negara terdapat lebih dari 10% penduduknya yang berada dalam kategori lansia.

Indonesia sendiri, lanjut Nida, berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2023 memiliki hampir 12 persen penduduk lansia. "Artinya masyarakat kita mulai menua. Dulu diagramnya terlihat seperti piramida, dari yang tertua paling sedikit, hingga termuda paling banyak. Sekarang sudah mulai bergeser menjadi seperti vas bunga," katanya, beberapa waktu lalu, dikutip dari Antara.

Nida mengatakan hal tersebut juga meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Sebelumnya, angka harapan hidup di Indonesia yaitu 68,2 tahun. Memasuki tahun 2022, angka harapan hidup menjadi 74 tahun. Hal ini bisa diartikan membaiknya akses kesehatan di Indonesia.

Meski demikian, lanjutnya, torehan tersebut bukan tanpa catatan. Ia menyebut pada usia harapan hidup 68 tahun, masyarakat lansia Indonesia pada umumnya hanya mengalami masa sakit sebelum meninggal selama 8 tahun. Angka ini lebih kecil dibandingkan era sekarang yang memiliki angka harapan hidup hingga 74 tahun, dengan masa sakit sebelum meninggal pada umumnya selama 11 tahun.

BACA JUGA:Hari Pangan Sedunia, Walhi Jogja Sebut DIY Perlu Sistem Pangan Berkelanjutan

"Meskipun hidupnya tambah lama, tapi juga tambah menderita. Berusia panjang, tapi sakit-sakitan, itu yang kita cegah sekarang," katanya.

Karena itu, Nida menyatakan Kemenkes telah berupaya dalam meningkatkan taraf hidup para lansia, agar selain berusia panjang, para lansia juga memiliki kualitas hidup yang baik. Salah satunya melalui Program Puskesmas Santun Lansia, yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pra-lansia dan lansia.

Program ini meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang merupakan bagian dari transformasi kesehatan yang dilakukan oleh Kemenkes RI. Kepada masyarakat, Nida berpesan untuk merawat para lansia dengan baik. Hal ini karena jika diperlakukan dengan baik, para lansia juga bisa menjadi produktif sebagaimana masyarakat pada umumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news