Harianjogja.com, JAKARTA—Sejumlah Senator Partai Demokrat Amerika Serikat pada Senin (12/5) mengatakan bahwa niat Presiden Donald Trump untuk menerima jet mewah senilai 400 juta dolar AS (Rp6,6 triliun) dari Qatar adalah langkah bahaya bagi AS.
Niat Trump untuk mengubah jet mewah yang merupakan hadiah dari keluarga kerajaan Qatar itu menjadi pesawat resmi kepresidenan AS dinilai para senator Demokrat mengancam keamanan nasional serta bertentangan dengan Konstitusi AS.
BACA JUGA: Baciro Kini Jadi Kelurahan Hijau di Jogja karena Berhasil Mengelola Sampah dengan Baik
"Setiap presiden yang menerima hadiah semacam ini, senilai 400 juta dolar AS, dari pemerintah asing menciptakan konflik kepentingan yang jelas, menimbulkan pertanyaan keamanan nasional yang serius, mengundang pengaruh asing, dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah kita," kata senator Demokrat Chris Coons, Brian Schatz, Cory Booker, dan Chris Murphy dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir Antara, Selasa (13/5/2025).
Para senator menekankan bahwa Air Force One (pesawat resmi kepresidenan AS) merupakan simbol kepresidenan dan Amerika Serikat sendiri. Mereka juga mengatakan bahwa Konstitusi AS melarang pejabat terpilih menerima hadiah besar dari pemerintah asing tanpa persetujuan Kongres.
Para anggota legislator AS itu telah berjanji untuk meminta Senat guna membahas masalah tersebut pada pekan ini. Sebelumnya pada hari yang sama, Trump mengatakan bahwa "bodoh" untuk menolak pesawat gratis dari Qatar dan menyebut kemungkinan hadiah itu sebagai "isyarat yang hebat."
Presiden AS mengatakan dia tidak berencana untuk menggunakan pesawat itu untuk kebutuhan pribadinya setelah masa jabatannya berakhir.
Trump menjelaskan bahwa merawat pesawat kepresidenan yaitu Boeing 747 yang berusia 40 tahun saat ini membutuhkan biaya perawatan yang "sangat besar".
Axios melaporkan bahwa diskusi tengah berlangsung antara Kementerian Pertahanan Qatar dan Pentagon mengenai pengalihan pesawat tersebut ke AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara