Proses pelaksanaan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami di Kalurahan Glagah, Kulonprogo pada Selasa (23/9 - 2025). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memaparkan sambutannya terkait tujuan dan harapan sekolah lapang gempa bumi
Harianjogja.com, KULONPROGO—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengadakan sekolah lapang gempa bumi di Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kulonprogo pada Selasa (23/9/2025).
Sebanyak 55 peserta ikut sekolah lapang gempa bumi atau dikenal SLG dari 11 kalurahan pesisir di Kulonprogo termasuk Glagah. Program tersebut sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir Kulonprogo dalam menghadapi potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami. Sebab gempa bumi di pesisir laut sangat rentan terhadap tsunami.
BACA JUGA: Disnaker Imbau Pekerja Migran dari Kulonprogo Berhati-hati Memilih Penyalur
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, SLG upaya untuk membiasakan masyarakat pesisir untuk berlatih. Tidak hanya sekadar memahami tetapi praktik agar terampil kalau sewaktu-waktu terjadi gempa bumi bahkan menimbulkan tsunami.
"Diharapkan dari SLG ini masyarakat sudah cekatan dalam menolong dirinya sendiri bahkan menolong anggota keluarganya ataupun tetangga dan teman-temannya sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Tujuannya itu," katanya kepada wartawan, Selasa (23/9/2025).
Siaga tsunami menjadi penting bagi masyarakat pesisir karena rawan tsunami. Dwikorita mengungkapkan, Kalurahan Glagah sudah memiliki kesiapan dalam menghadapi gempa bumi yang menimbulkan tsunami. Menurutnya kesiapan itu terukur dalam beberapa indikator.
"Ada 12 indikator terutama terkait dengan kesiapan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kesiapan peta bahaya tsunami, kesiapan jalur tsunami dan kesiapan pemerintahnya sudah memenuhi standar sesuai penilaian Unesco," ungkapnya.
Standar Kalurahan Glagah ini akan ditularkan ke 10 kalurahan lainnya yang berada di pesisir Kulonprogo.
Kepala BPBD Kulonprogo, Setiawan Tri Widada menambahkan, adanya SLG dapat mengetahui gejala-gejala kebencanaan gempa bumi dan tsunami kepada warga. Menurutnya kesiapan warga lebih penting karena Kulonprogo hanya memiliki dua EWS tsunami saja di Glagah dan Karangwuni.
Pemahaman tanda-tanda terhadap gempa bumi dan tsunami akan sangat berarti masyarakat agar lebih peka terhadap tanda-tanda. "Kami terima kasih kepada BMKG atas pelaksanaan ini. Harapannya warga pesisir Kulonprogo dapat mengetahui gejala atau tanda-tanda gempa bumi dan tsunami sehingga bisa melakukan upaya penyelamatan dengan baik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News