Wow! Nilai Ekspor Sleman Sepanjang 2024 Menyentuh Rp1,5 Triliun

18 hours ago 9

Wow! Nilai Ekspor Sleman Sepanjang 2024 Menyentuh Rp1,5 Triliun Ilustrasi suasana aktivitas di pelabuhan yang menjadi salah satu pelabuhan kelolaan PT Pelindo Regional 4 di kawasan Timur. Antara - HO/Pelindo Regional 4\\r\\n

Harianjogja.com, SLEMAN—Realisasi ekspor bermacam komoditas Sleman sepanjang 2024 menyentuh 96 Juta USD atau Rp1,5 triliun dengan kurs saat itu. Capaian ini berpotensi anjlok apabila Presiden Donald Trump benar-benar menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia.

Ketua Tim Kerja Distribusi dan Pemasaran Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Sleman, Fitriana Nurhayati, mengatakan komoditas sarung tangan sintetis, garmen, furniture, dan kerajinan menyumbang nilai paling besar dibandingkan komoditas lain.

BACA JUGA: HUT Kabupaten Sleman ke 109, Pemkab Gelar Sunatan Massal, Operasi Katarak, Pembagian Sembako hingga Kirab Budaya

Adapun tiga negara utama tujuan ekspor asal Sleman meliputi Amerika, Jepang, dan Korea Selatan. Menurut Fitriana, nilai ekspor selalu naik setiap tahunnya namun ada penurunan secara pertumbuhan atau peningkatan nilai atau volume barang dan jasa yang diekspor dari suatu negara ke negara lain dalam periode waktu tertentu.

“Teman-teman eksportir sempat terdampak ketika Amerika Serikat mengumungkan tarif resiprokal,” kata Fitriana ditemui di Setda Kabupaten Sleman, Rabu (30/4/2025).

Fitriana menambahkan segera setelah pengumungan tersebut, ada penundaan pengiriman komoditas. Sebelum ada pengumunan penundaan tarif resiprokal, ada eksportir asal Sleman yang hanya bisa mengekspor dua dari tujuh kontainer.

Kata dia, sebanyak 30% komoditas diekspor ke Amerika Serikat. Dengan begitu, ketika ada penerapan tarif baru dari Amerika Seriat untuk komoditas ekspor asal Indonesia, otomatis ada penyesuaian/ negosiasi lagi antara eksportir dengan importir. “Ada pengaruh dengan harga dan daya saing produk dalam negeri nantinya,” katanya.

Disinggung ihwal kemungkinan distribusi komoditas di dalam negri, Fitriana mengaku produk impor yang berada di Indonesia sangat berlimpah. Banyaknya produk impor menjadi kendala pemasaran. Akan ada persaingan. Apalagi jika produk impor memiliki harga yang lebih murah.

Selain tarif resiprokal, ada aturan lain yang berpotensi menurunkan kuantitas ekspor, yaitu karantina. Komoditas ekspor yang berbahan baku tumbuhan dan hewan harus melalui tahap karantina tersebut dahulu. Sebab itu, rantai ekspor akan semakin panjang dan ada potensi gagal ekspor.

“Ekspor ke Amerika Serikat itu berkontribusi cukup tinggi yaitu sebesar 30 persen terhadap total nilai ekspor Kabupaten Sleman pada 2024. Terhadap pelaku usaha dampaknya saat ini bervariasi ada yang sudah langsung mengalami penundaan pengiriman namun ada beberapa juga sampai saat ini belum berdampak,” katanya.

Lebih jauh, Fitriana mendorong agar eksportir memperluas pasar, utamanya di dalam negeri. Sebagai contoh, eksportir furniture dapat menjalin kerja sama dengan Pemerintah apabila ada program pengadaan barang dan jasa.

Disperindag juga terus mendampingi eksportir, termasuk eksportir baru. Tahap ekspor yang panjang memerlukan kompetensi yang mumpuni agar mendapat keuntungan.

“Kami ada pelatihan dan pendampingan ekspor sampi pemasaran. Business matching juga ada. Pameran skala ekspor juga. Segmented. Produk furniter dan craft kan ada pamerannya,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news