Penyaluran air bersih dari BPBD Bantul ke warga Kalurahan Trimurti, Srandakan Bantul yang mengalami kekeringan belum lama ini. Dokumentasi Istimewa (email)
Harianjogja.com, BANTUL – Warga Dusun Nengahan, Kalurahan Trimurti, Kapanewon Srandakan, Bantul mesti mengandalkan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat krisis air bersih sejak sepekan terakhir.
Jebolnya DAM Srandakan menyebabkan penurunan drastis air permukaan Sungai Progo, hingga mengeringkan sumur-sumur warga di sekitar aliran sungai.
BACA JUGA: Ini Pemicu Seluruh Warga Kampung Cigintung di Purwakarta Dievakuasi
Ratip, 60, warga Nengahan, mengaku sumur di rumahnya yang biasanya mencukupi kebutuhan sehari-hari kini kering total. Ia bahkan harus menggali ulang sumur hingga dua meter lebih dalam, tapi hasilnya nihil. “Sudah digali 1 sampai 2 meter, tapi airnya nggak awet. Baru kali ini sumur sampai kering,” ungkapnya, Sabtu (5/7/2025).
Setiap hari, Ratip harus mendorong gerobak untuk mengambil air dari bantuan yang disediakan pemerintah, biasanya hanya dua ember besar untuk seluruh keperluan rumah tangga. Penampungan air sementara dari PMI kini menjadi andalan warga untuk bertahan.
Kondisi serupa dialami Wahyu Rubianto, 49, warga lain yang melihat penurunan debit air sumur sejak akhir Mei. Meski rumahnya masih memiliki sambungan PDAM sejak dulu, ia menyadari banyak tetangganya tak seberuntung itu.
“Di sini krisis air. Warga sudah gali sumur sejak awal Juni, tapi sekarang kering juga. Alhamdulillah saya masih ada PDAM,” katanya.
BACA JUGA: Tingkatkan Kesiapsiagaan, Sukarelawan FKPB Mlati Sleman Dilatih Penanganan Bencana
Lurah Trimurti, Agus Purwaka membenarkan bahwa kekeringan melanda beberapa wilayah yang dekat dengan Sungai Progo, terutama di Pedukuhan Bendo (RT 98), Nengahan (RT 87, 88, 89), dan Srandakan (RT 1, 5, 6). “Air sungai turun drastis sejak DAM Srandakan jebol. Air tanah ikut turun, jadi warga di pinggir sungai paling terdampak,” jelasnya.
Meski upaya perbaikan DAM telah dilakukan secara darurat, bendungan tersebut kembali jebol. Agus berharap pembangunan permanen segera dilakukan untuk menghindari krisis berulang.
Pihak Kalurahan bersama BPBD dan PMI telah melakukan survei dan memetakan wilayah terdampak. Hasilnya, sejumlah titik sumber air memang mengalami kekeringan. “Kami langsung ajukan bantuan air bersih dan bak penampungan. Alhamdulillah sekarang BPBD sudah rutin mendrop air bersih,” ujarnya.
Droping air dilakukan setiap hari dengan kapasitas satu tangki berisi 5.000 liter per pedukuhan yang disalurkan ke penampungan di masing-masing lokasi. Bantuan ini diharapkan cukup untuk sementara waktu sambil menunggu solusi jangka panjang atas kerusakan DAM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News