Berada di Lokasi Terpencil, 9 Kelompok Masyarakat Ini Alami Isolasi Genetik

4 weeks ago 22

Berada di Lokasi Terpencil, 9 Kelompok Masyarakat Ini Alami Isolasi Genetik Suku Inuit. - Instagram

Harianjogja.com, JAKARTA—Variasi genetik menjadi gambaran perbedaan genetik yang terjadi secara alami di antara individu-individu dari spesies yang sama. Variasi ini memungkinkan fleksibilitas dan kelangsungan hidup suatu populasi dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Ternyata di dunia ini ada kelompok populasi manusia yang paling terisolasi secara genetik. Berikut beberapa kelompok manusia modern yang paling terisolasi secara genetik:

Kaum Anabaptis, Amish, Mennonit, dan Hutterites

Kelompok ini berasal dari abad ke-16 dan banyak yang pindah ke Amerika pada abad ke-17, serta menetap di sebuah pedesaan yang bernama Pennsylvania Tenggara.

Populasi ini memiliki hambatan genetik yang signifikan selama beberapa abad terakhir. Misalnya, hanya 67 orang yang memiliki modern Hutterite yang telah menghasilkan tingkat fibrosis yaitu lebih tinggi dari rata-rata populasi.

Parsi

Parsi adalah komunitas Zoroaster yang bermigrasi dari Persia ke India pada abad ke-7. Suku Parsi secara tradisional tidak menyetujui pernikahan di luar agama yang mungkin menyebabkan isolasi.

Para ahli genetika khususnya tertarik pada umur panjang orang-orang yang memiliki varian genetik yang berkolerasi hingga usia 90 tahun, meskipun tingkat kanker di kalangan wanita di atas rata-rata.

Sebuah studi 2021 yang diterbitkan di Meta Gen menemukan bahwa praktik endogami Parsi, menikah dengan sesama kelompok mereka, kemungkinan besar menjadi alasan dari sifat-sifat khusus tersebut.

Sherpa

Para Sherpa di pegunungan Nepal telah bertahan secara genetis selama berabad-abad, mungkin sebagian karena adanya larangan untuk mereka menghuni di satu tempat.

Kelompok Sherpa meninggalkan Tibet 400 dan 600 tahun yang lalu dan khususnya dikenal sangat terampil dari Gunung Everest.

Meskipun Sherpa memiliki banyak tetangga, sebuah penelitian tahun 2017 yang diterbitkan pada jurnal BMC Genomics menunjukkan bahwa genom mereka menunjukkan sedikit bukti aliran gen dari kelompok tetangga di Nepal.

Ahli genetika tertarik dengan kemampuan yang dimiliki kelompok Sherpa untuk berkembang di ketinggian yang merupakan studi tahun 2014 pada jurnal tersebut.

Komunikasi alam ditemukan dengan terkaitnya keunikan genetika pada kelompok Sherpa yang berevolusi pada tiga milenium terakhir.

Papua New Guinea

Sekitar 50.000 tahun yang lalu manusia modern tiba di Nugini, lalu mereka bertemu dan bergabung dengan Denisova yang merupakan sekelompok nenek moyang manusia yang telah punah dan berasal dari Asia.

Namun, setelah itu, penduduk Papua Nugini terisolasi secara genetik selama puluhan ribu tahun.

Sebuah jurnal Science tahun 2017 menunjukkan terdapat perbedaan antara varian gen orang yang tinggal di dataran tinggi dengan yang tinggal di dataran rendah.

Sebuah studi genom yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications tahun 2024 menunjukkan bahwa orang Papua Nugini mewarisi varian gen unik dari Denisova yang membantu masyarakat di dataran rendah untuk melawan infeksi dan masyarakat di dataran tinggi.

Suku Inuit Nunavik

Arktik, Amerika Utara merupakan wilayah terakhir di dunia yang dihuni oleh manusia, sekitar 6.000 tahun yang lalu. Orang Inuit tiba di Nunavik, bagian paling utara dari Provinsi Quebec di Kanada, sekitar tujuh atau delapan abad yang lalu.

Sebuah studi tahun 2019 terhadap 170 genom orang Inuit Nunavik menemukan bahwa orang Inuit Nunavik memiliki sedikit percampuran dengan kelompok lain, sehingga menghasilkan beberapa varian gen yang unik.

Genom mereka mencerminkan peningkatan kemampuan untuk memetabolisme lemak dan protein, yang penting untuk bertahan hidup di iklim dingin dengan sumber makanan.

Peneliti juga menemukan bahwa orang Nunavik Inuit mempunyai resiko genetik yang tinggi dari biasanya untuk mengalami aneurisma otak akibat efek pendiri.

Antiokhia

Antiokhia merupakan komunitas yang terisolasi genetik di Kolombia Barat laut, yang disebut Antioqunos atau Paisas.

Memiliki varian genetik langka sehingga beresiko tinggi untuk terkena penyakit Alzherimer dini. Antiokhia didirikan oleh pria Spanyol dan wanita Pribumi.

Dalam sebuah studi tahun 2006 menemukan bahwa keturunan mereka terus berpasangan dengan pria Spanyol, tetapi tidak dengan pria atau wanita Pribumi.

Seiring berjalannya waktu, menciptakan populasi yang terisolasi secara genetik. Banyak orang Antioqueno membawa genetik langka yang menyebabkan gangguan kognitif pada usia 45 tahun dan 50 tahun.

Pada usia 65 tahun biasanya orang mengembangkan penyakit ini. Peneliti mengharapkan adanya pengembangan antibodi untuk sebagai pelindung di masa yang akan datang.

Yahudi Ashkenazi

Setelah adanya Perang Salib kelompok yahudi bermigrasi dari Timur Tengah ke Eropa Tengah dan Timur dalam beberapa gelombang. Sebuah studi tahun 2006 di American Journal of Human Genetics menunjukkan bahwa sekitar setengah dari 8 juta orang Yahudi Ashkenazi yang hidup saat ini dapat melacak garis keturunan ibu mereka.

Salah satu masalah dari efek pendiri adalah penyakit Tay-Sachs, kelainan otak dan sumsum tulang belakang yang menyerang anak-anak.

Hal ini jarang terjadi pada populasi di seluruh dunia, tetapi pada Yahudi Ashkenazi hal ini menjadi lebih umum dengan sekitar 1 dari 3.500 anak yang terkena dampak saat lahir.

Finlandia

Finlandia mengalami populasi yang jumlahnya menyusut tetapi meningkat kembali. Kemacetan terjadi karena negara terisolasi secara geografis, sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi varian gen tertentu.

Finlandia membuat basis data yang disebut Finnish Disease Heritage, dengan mengkatalog kelainan genetik resesif yang umum pada orang Finlandia.

Genetika unik orang Finlandia membuat kondisi seperti fibrosis kistik dan fenilketunuria.

Tristan da Cunha

Tristan da Cunha di Samudra Atlantik Selatan, merupakan pulau berpenghuni paling terpencil di dunia. Kepulauan ini bagian dari Wilayah Severang Laut Inggris dan dihuni sekitar 250 penduduk tetap.

Namun, pada 1816 populasi berkisar antara 15 hingga 2 orang, menjadikan Tristan sebagai efek pendiri. Sebuah studi pada tahun 1960-an menemukan bahwa populasi Tristan memiliki jumlah orang yang terkena retinitis pigmentosa lebih tinggi dari perkiraan, penyakit mata bawaan yang menyebabkan hilangnya penglihatan.

Sebuah studi tahun 2019 juga mengungkapkan frekuensi asma sangat tinggi terjadi dalam populasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news