Peluncuran layanan digital retribusi dan aplikasi Beti Sakebon dalam agenda High Level Meeting Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) di kompleks Parasamya, Bantul, Selasa (9/9/2025). Harian Jogja - Yosef Leon
BANTUL—Pemerintah Kabupaten Bantul terus memacu transformasi digital dengan meluncurkan sejumlah proyek perubahan dalam agenda High Level Meeting Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) di kompleks Parasamya, Selasa (9/9/2025).
Salah satu inovasi yang dikenalkan adalah aplikasi Beti Sakebon (Beli Tiket Wisata ke Bantul Online), yang diharapkan mampu meningkatkan kenyamanan wisata sekaligus memperkuat penerimaan daerah.
Peluncuran dilakukan dengan menekan bel sebagai tanda optimalisasi layanan digital di sejumlah sektor organisasi perangkat daerah (OPD) Bantul seperti retribusi pariwisata, terminal, kios pasar, dan juga layanan di rumah susun sederhana atau rusunawa. Acara juga ditandai dengan penyerahan dana CSR dari Bank BPD DIY kepada masyarakat Kabpaten Bantul.
Sekretaris Daerah Bantul, Agus Budi Raharja, menyampaikan inovasi ini menjadi bukti kreativitas tanpa henti dari jajaran perangkat daerah. Menurutnya, setiap OPD dituntut untuk terus berinovasi, mulai dari mengidentifikasi persoalan, memetakan potensi, hingga merumuskan solusi. “Digitalisasi pembayaran retribusi, terutama Beti Sakebon, adalah bentuk dari kreativitas dan inovasi tiada henti. Semua OPD harus senantiasa punya inovasi. Harapannya, layanan wisata semakin cepat, akurat, dan nyaman. Wisatawan tidak perlu lagi antre panjang di loket, cukup beli tiket online, sampai di lokasi tinggal verifikasi,” ujar Agus.
Menurut Agus, inovasi digital yang kini telah diterapkan Pemkab Bantul harus sejalan dengan misi pembangunan daerah. Sebab digitalisasi layanan merupakan salah satu tolok ukur dalam birokrasi yang profesional, transparan dan akuntabel. "Karena di era modern ini digitalisasi bukan lagi pilihan tapi sudah kewajiban," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Saryadi menjelaskan Beti Sakebon dirancang untuk memodernisasi tata kelola retribusi wisata. Dengan layanan ini, masyarakat bisa memesan tiket dari mana saja secara daring melalui laman https://tiketwisata.bantulkab.go.id. Pembayaran menggunakan QRIS, sementara data transaksi tercatat secara real-time dalam dashboard pelaporan.
Atau bisa lebih mudah dengan cara googling dengan mengetik kata-kata kunci, misalnya tiket wisata Bantul online, selanjutnya oleh Google akan diarahkan ke laman tersebut dan tinggal mengikuti langkah-langkahnya, mulai dari memesan tiket, melakukan pembayaran, sampai mendapatkan e-tiket. Pada saat berkunjung ke objek wisata tinggal menunjukkan e-tiket di ponsel tersebut kepada petugas di Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) dan petugas akan melakukan verifikasi dan scan barcode di e-tiket.
“Inovasi ini tidak hanya mempermudah wisatawan, tetapi juga meningkatkan transparansi dan efisiensi pemungutan retribusi serta mendukung kinerja TP2DD dalam melakukan transformasi digitalisasi keuangan. Targetnya, penerimaan daerah dari sektor pariwisata bisa lebih optimal,” jelasnya.
BACA JUGA: Konstruksi Tol Jogja-Solo Ruas Trihanggo-Junction Sleman Capai 65 Persen
BPD Beri Apresiasi
Sementara itu, Direktur Utama Bank BPD DIY, Santoso Rohmad, mengapresiasi terobosan Pemkab Bantul. Menurutnya, digitalisasi sektor wisata sangat relevan dengan perkembangan ekonomi DIY yang ditopang industri pariwisata. “Bantul memiliki modal besar lewat event budaya yang berlimpah. Inovasi tiket online ini memperkuat ekosistem pariwisata. Namun tantangan yang kita hadapi adalah literasi digital. Perubahan perilaku masyarakat harus terus didorong agar siap menghadapi risiko digitalisasi,” ujarnya.
Adapun, Anggota DPRD Bantul, Dodi Purnomo Jati menegaskan program TP2DD dan digitalisasi retribusi sangat mendukung kenyamanan masyarakat dan wisatawan sekaligus menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun ia mengingatkan pentingnya sosialisasi agar masyarakat memahami mekanisme baru ini. “Selain mempermudah wisatawan, digitalisasi juga menekan penggunaan uang tunai. Namun perlu kewaspadaan terhadap modus penipuan digital. Sosialisasi lewat media cetak, online, hingga tatap muka harus dilakukan supaya masyarakat paham dan tidak dirugikan,” ungkapnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Hermanto menilai digitalisasi wisata serta beragam sektor lain dari Pemkab Bantul dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di wilayah ini. Menurutnya, generasi muda lebih menyukai transaksi modern dan cepat. “Lewat kanal digital, wisata di Bantul bisa makin tumbuh. Wisatawan muda ingin layanan yang simpel. Selain itu, penerimaan retribusi dan pajak daerah akan meningkat. Saat ini Bantul sudah menempati posisi nomor dua di DIY untuk kontribusi retribusi, dan dengan digitalisasi ini potensinya makin besar,” katanya.
Melalui percepatan dan perluasan digitalisasi daerah itu Pemkab Bantul berharap bisa melahirkan berbagai inovasi lain di bidang yang potensial. Dengan demikian tercipta sistem keuangan daerah yang lebih transparan, akuntabel, dan modern. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News