Sejumlah kendaraan mulai mengantre di SPBU Shell Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta Selatan usai BBM kembali dijual, Jumat (7/2/2025) - Bisnis.com - Mochammad Ryan Hidayatullah
Harianjogja.com, JAKARTA—Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia Ingrid Siburian mengungkapkan terjadinya kelangkaan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mereka pada Januari 2025.
Kendati demikian, kondisi stok BBM di kedua SPBU tersebut saat ini disebut telah normal. Ia menjelaskan kondisi stock out terjadi di seluruh varian produk BBM yaitu RON 92, RON 95, RON 98, dan solar CN 51. Hal ini lantaran hambatan rantai pasok yang diluar kendali perusahaan.
“Karena yang dapat kami fokuskan adalah hal-hal yang memang dapat kami kendalikan yaitu, pertama kami telah menyampaikan permohonan neraca komoditas untuk tahun 2025 sebagai dasar untuk mendapatkan persetujuan impor pada bulan September 2024,” kata Ingrid dalam RDP dengan Komisi XII, Rabu (26/2/2025).
Adapun, pihaknya telah mengajukan permohonan izin impor lewat neraca komoditas pada September 2024 dan baru disetujui pada 20 Januari 2025. Sementara itu, persetujuan impor pada 23 Januari 2025.
Namun, ketika pihak Shell mendapatkan izin impor tersebut pasokan BBM di berbagai SPBU Shell nyaris habis. Hanya 25% dari total SPBU Shell yang ada di Indonesia sebanyak 200 unit yang beroperasi di Jakarta, Banten, Jawa Timur dan Jawa Barat.
“Kami juga melakukan korespondensi dengan kementerian terkait yaitu ESDM dan menyampaikan apa saja potensi yang akan terjadi misalnya potensi stock out apabila terjadi keterlambatan dari sisi supply,” ujarnya.
Ingrid menerangkan pihaknya telah berupaya memitigasi dengan cara membagi stok BBM ke setiap daerah sehingga tidak benar-benar kosong di daerah tersebut.
Lebih lanjut, setelah mendapatkan persetujuan, pihaknya melakukan upaya percepatan untuk produk BBM sehingga dapat distribusikan sesegera mungkin.
“Namun, yang perlu saya sampaikan adalah dibutuhkan waktu untuk mempersiapkan. Jadi dari mulai penunjukan kapal, persiapan produk sampai juga kami harus bongkar di terminal, pengetesan dan sampai distribusi dari terminal ke SPBU itu membutuhkan waktu sekitar hampir 20 hari,” terangnya.
Untuk itu, Shell menyebutkan bahwa pihaknya mempercepat ketersediaan BBM di berbagai lokasi terminal sampai pada 6 Februari 2025. Sementara, stok BBM di seluruh SPBU Shell kembali beroperasi normal pada 11 Februari 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR) Vanda Laura mengatakan, pihaknya mengakui bahwa beberapa jaringan SPBU BP tidak dapat melayani penjualan BBM secara lengkap karena keterbatasan stok.
“Ada beberapa hal yang perlu kami sampakan di sini proses pengadaan butuh waktu untuk kami sendiri sekitar 40 hari dari mulai proses nominasi kemudian juga konfirmasi jumlah stok yang akan kami bawa ke Indonesia mencari kapal dan setelah itu pada saat proses pengiriman Jakarta terjadi congestion di terminal, jadi memang kapal itu mengantri untuk loading,” jelasnya.
Hal tersebut yang menjadi penghambat proses distribusi dari impor. Namun, dia memastikan pasokan BBM saat ini tersedia normal di 63 SPBU yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Timur dan juga Jawa Barat.
Vanda juga menerangkan pihaknya telah mengakukan izin impor lewat neraca komoditas pada September 2024. Namun, izin impor baru keluar pada Januari 2025.
“Seingat saya di bulan Januari, tapi memang gini izin adalah satu hal ya tapi proses untuk impor itu tidaklah mudah. Tapi memang ada prosesnya dan untuk kami itu membutuhkan sekitar 40 hari dari mulai barang itu di nominasi kita nyebutnya gitu ya,” tuturnya.
BACA JUGA: Jadwal MotoGP Thailand 28 Februari-2 Maret 2025
Normalnya, Vanda menilai proses perizinan impor bergantung pada negosiasi antara badan usaha dengan Ditjen Migas terkait kuantitas dan proyeksi kebutuhan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Itu variatif tapi memang sudah ada standarnya dan itu tiga sampai empat minggu ataupun kadang-kadang bisa lebih tergantung juga biasanya kan ada proses penelitian atau penelahaan lebih lanjut,” katanya.
Kementerian ESDM Membantah
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah salah satu faktor stok BBM di SPBU swasta sempat langka pada Januari lalu disebabkan perizinan impor yang lama terbit.
Plt Direktur Jenderal Migas ESDM Tri Winarno mengatakan, mestinya badan usaha BBM mempersiapkan proses impor hingga distribusi bensin. Dalam hal ini, dia mencontohkan hal yang dilakukan oleh Pertamina.
"Enggak ada [izin lama]. Jadi gini, modelnya [harusnya] seperti Pertamina, semua disiapin pada saat rekomendasi keluar, itu langsung running," kata Tri kepada wartawan di Kompleks DPR RI, Rabu (26/2/2025).
Menurut dia, pada saat rekomendasi impor BBM diterbitkan, seharusnya pengelola SPBU telah mempersiapkan atau memesan kebutuhan seperti kapal, storage, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dia menegaskan tidak ada penerbitan izin impor yang lama. Bahkan, untuk 3 bulan ke depan, pemerintah telah memberikan izin impor bahan bakar minyak kepada badan usaha. Mestinya, tidak ada lagi kekhawatiran akan kelangkaan pasokan BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com