Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat ada 77 kasus baru Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Sleman pada triwulan I 2025.
Perilaku seks berisiko merupakan segala bentuk hubungan seksual yang meningkatkan kemungkinan tertular penyakit menular seksual (PMS) atau menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, mengatakan data yang pihaknya himpun dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) menyatakan 77 orang di Sleman mengidap terjangkit HIV dan tiga orang telah berada di fase Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
“Kalau jumlah kasus HIV baru yang berkependudukan Sleman ada 45 orang dan AIDS ada empat orang; kasus AIDS yang terakhir ada empat kasus itu tiga di antaranya didapat dari faskes di Sleman dan satu di faskes Kota Jogja. Karena pasien ber-KTP Sleman, maka datanya tetap masuk ke Sleman,” kata Yuliati dihubungi, Jumat (4/7/2025).
Yuliati menambahkan kasus HIV yang ada tersebar di 17 kapanewon di Kabupaten Sleman. Ada tiga layanan kesehatan yang paling banyak menemukan kasus HIV, yaitu di Kapanewon Mlati, Gamping, dan Depok.
Adapun 25 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Sleman telah menyediakan layanan tes HIV baik pemeriksaan maupun konseling. Dari semua Puskesmas itu, ada 22 Puskesmas dan 16 Rumah Sakit mampu melakukan pengobatan antiretroviral (ARV).
Stok ARV di Kabupaten Sleman selama ini didapat dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab atas pengadaan obat itu. Pengadaannya dilakukan menggunakan sumber anggaran APBN. “Faktor utama penularan HIV AIDS itu adalah perilaku seksual berisiko,” katanya.
Guna mencegah peningkatan dan persebaran kasus HIV, Dinkes Sleman memiliki sejumlah upaya promotif dan preventif, seperti memberi sosialisasi edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan penularan dengan penerapan perilaku aman.
Kelompok Pasif
Dinkes juga melakukan penemuan kasus aktif dan pasif di kelompok berisiko dan kelompok rentan melalui integrasi layanan, melakukan tatalaksana kasus dengan memperluas layanan yang mampu memberikan ARV dan melibatkan sektor swasta, hingga monitoring penyakit dengan menyediakan akses untuk melakukan pemeriksaan viral load.
Kepala Puskesmas Sleman, Dela Oktaviana, mengatakan tenaga kesehatan Puskesmas Sleman juga pernah mendapati pasien yang didiagnosa HIV setelah menjalani serangkaian pemeriksaan.
“Kami langsung melakukanan pengobatan ke pasien. Puskesmas Sleman juga punya obat ARV. Selama ini kami selalu tercukupi stoknya,” kata Dela.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News