Dari Anjong Mon Mata ke Titik Nol Sabang, perjalanan Serikat Perusahaan Pers (SPS) se-Indonesia menandai berakhirnya rangkaian kegiatan besar di Tanah Rencong. - Ist
BANDA ACEH– Dari Anjong Mon Mata ke Titik Nol Sabang, perjalanan Serikat Perusahaan Pers (SPS) se-Indonesia menandai berakhirnya rangkaian kegiatan besar di Tanah Rencong. Selama tiga hari penuh, rombongan pemilik dan pengelola perusahaan pers dari seluruh Indonesia mengikuti agenda padat yang memadukan penghargaan, silaturahmi, dan penghormatan terhadap sejarah pers Aceh yang kaya nilai perjuangan.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan Malam Anugerah SPS Award 2025 di Anjong Mon Mata, kompleks kediaman Gubernur Aceh, yang berlangsung meriah dan penuh apresiasi. Dalam acara tersebut, Gubernur Aceh Muzakir Manaf diwakili Sekda M. Nasir Syamaun. Hadir pula Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal, Wakil Bupati Aceh Tamiang Ismail, serta sejumlah kepala daerah penerima penghargaan SPS Award. Turut hadir anggota DPR RI asal Aceh Nasir Djamil dan TA Khalid, Ketua DPRK Banda Aceh Irwansyah, serta Ketua DPRK Aceh Tamiang Fadlun. Mantan Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman juga menerima Prerana Award 2025 atas dedikasinya dalam mendukung kemajuan dunia pers.
Acara penghargaan ini menjadi simbol kebersamaan insan pers dan pemerintah daerah dalam menjaga marwah kebebasan pers yang bertanggung jawab. Ketua SPS Aceh, Muktarrudin Usman, menyampaikan bahwa kegiatan di Aceh bukan hanya ajang penghargaan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah pers dan semangat kebangsaan dari ujung barat Indonesia.
Keesokan harinya, rombongan SPS melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Banda Aceh. Seusai rapat, pada pukul 13.00 WIB, rombongan bergerak menuju Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, untuk bersilaturahmi dan menikmati jamuan makan siang bersama pejabat teras Aceh Besar di Meuligoe Bupati. Suasana penuh keakraban menandai eratnya hubungan antara dunia pers dan pemerintah daerah.
Dari Jantho, rombongan melanjutkan kunjungan ke Gedung Wali Nanggroe dan diterima langsung oleh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Alhaytar. Dalam dialog lebih dua jam, Wali Nanggroe mengenang perjalanan panjang pers Aceh yang turut menentukan arah sejarah bangsa. Ia mengingat masa-masa ketika mendengarkan siaran Radio Rimba Raya dari Singapura dan membaca Harian Tegas yang terbit di Aceh.
Selain berbicara soal pers, Wali Nanggroe juga menjelaskan sejarah lahirnya lembaga Wali Nanggroe dan peranannya pasca-MoU Helsinki. Ia menceritakan masa perjuangan saat menjabat sebagai Perdana Menteri dalam gerakan Aceh Merdeka dan menegaskan pentingnya menjaga marwah adat serta budaya Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selesai dari Gedung Wali Nanggroe, rombongan kembali ke Hotel Hermes Palace untuk beristirahat sejenak. Pada malam harinya, peserta dijamu oleh Pemerintah Kota Banda Aceh di Balai Kota. Wali Kota Illiza Saaduddin Djamal berhalangan hadir dan diwakili Wakil Wali Kota Afdal Khalilullah bersama Sekda. Afdal menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh menyambut baik semangat SPS dalam memperkuat peran media sebagai pilar demokrasi.
Pada siang harinya, SPS juga menggelar pertemuan dan jamuan makan bersama Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) serta pengurus SPS Pusat. Menurut Muktarrudin, kegiatan ini menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara dunia pers dan lembaga strategis Aceh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis informasi yang sehat.
Rombongan kemudian bergerak menuju Kota Sabang untuk melaksanakan deklarasi di Titik Nol Kilometer Indonesia, ikon wisata nasional yang menjadi simbol persatuan Nusantara. Malamnya, peserta dijadwalkan akan dijamu oleh Wali Kota Sabang Zulkifli H. Adam dan Ketua DPRK Sabang Magdalaina. Keduanya merupakan penerima SPS Award 2025 — Zulkifli untuk kategori Lontar Award dan Magdalaina untuk kategori Prerana Award.
Ketua SPS Aceh, Muktarrudin Usman, menegaskan bahwa kegiatan di Sabang menjadi puncak kebersamaan dan simbol semangat kebangsaan insan pers. Ia menyebut deklarasi di Titik Nol menjadi momentum memperkuat komitmen perusahaan pers dalam menjaga marwah jurnalistik yang profesional dan independen.
Ketua Umum SPS, Januar P. Rusmita, juga menambahkan bahwa SPS tidak hanya organisasi penerbit, tetapi pilar penting dalam menjaga keberlangsungan ekosistem media di Indonesia. Menurutnya, perjalanan SPS di Aceh memperlihatkan kekuatan silaturahmi yang menghubungkan insan pers dari berbagai daerah dalam satu semangat nasional.
Dengan berakhirnya kegiatan di Sabang, rombongan SPS pusat dan provinsi se-Indonesia menutup rangkaian agenda nasional di Aceh dengan kesan mendalam. Perjalanan dari Anjong Mon Mata hingga Titik Nol Kilometer bukan sekadar rute wisata, melainkan simbol perjalanan perjuangan, silaturahmi, dan komitmen dunia pers dalam memperkuat integrasi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News