Ilustrasi anak/anak mengukur tinggi badan. / Freepik
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat terjadinya penurunan kasus stunting dan kekurangan gizi pada balita sepanjang tahun 2025.
Penurunan ini merupakan hasil dari berbagai intervensi gizi yang dijalankan pemerintah, salah satunya melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal.
Kepala Seksi Gizi, Kesehatan Keluarga, dan Kesehatan Jiwa Dinkes Bantul, Siti Marlina yang akrab disapa Lina, menjelaskan bahwa hasil pengukuran Agustus 2025 menunjukkan prevalensi stunting di Bantul berada pada angka 9,05%. Angka ini setara dengan 3.673 balita dari 40.580 balita yang diukur.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan Februari 2025 yang tercatat 7,91% (3.474 balita dari 43.898 balita). Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tren stunting secara umum menunjukkan penurunan.
“Pada Agustus 2024, angka stunting di Bantul masih 7,28%, sedangkan pada pengukuran serentak tahun 2024 tercatat 7,01%. Sementara pada tahun 2023, prevalensinya mencapai 6,45%. Jadi, secara tahunan, kasus stunting tetap terkendali meskipun ada sedikit fluktuasi antarperiode,” terang Lina, Jumat (31/10).
Selain stunting, Dinkes juga mencatat penurunan signifikan pada kasus balita kekurangan gizi dan berat badan kurang (underweight). Berdasarkan hasil pengukuran Agustus 2025, jumlah balita underweight mencapai 4.523 anak atau 11,15% dari 40.580 balita yang ditimbang. Angka ini menurun cukup tajam dibandingkan dengan Februari 2025, yang tercatat 5.196 anak atau 11,83% dari 43.898 balita.
Adapun kasus wasting atau gizi kurus pada Agustus 2025 tercatat 4,9% (1.992 balita), turun dari Februari 2025 yang mencapai 2.429 balita. “Ada tren penurunan pada dua indikator gizi ini, yang berarti intervensi kita mulai menunjukkan hasil positif,” jelasnya.
Ia menyebutkan, keberhasilan ini tidak lepas dari upaya intensif melalui program PMT lokal, yakni pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal yang bergizi dan mudah diperoleh masyarakat. Program ini dijalankan secara rutin, dengan periode 56 hari untuk balita gizi kurang dan 28 hari untuk balita berat badan kurang sepanjang tahun 2025.
“PMT lokal menjadi salah satu intervensi penting yang terbukti efektif membantu memperbaiki status gizi anak-anak. Selain itu, kami juga terus melakukan pendampingan kepada keluarga balita dan pemantauan tumbuh kembang secara berkala,” katanya.
Ia menambahkan, capaian ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi seimbang serta keberhasilan sinergi lintas sektor dalam mendukung penurunan stunting di Bantul.
“Kami akan terus memperkuat kerja sama dengan pemerintah kalurahan, kader posyandu, dan tenaga kesehatan agar target penurunan stunting nasional dapat tercapai,” ujarnya.
Dinkes Bantul menargetkan prevalensi stunting dapat terus ditekan di bawah 7% pada tahun mendatang melalui optimalisasi program gizi terpadu dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga pola makan sehat keluarga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

7 hours ago
3















































