Gubernur DIY Sambut Peserta Forum Tekstil Dunia, Ini Pesannya

5 hours ago 1

Gubernur DIY Sambut Peserta Forum Tekstil Dunia, Ini Pesannya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut peserta ITMF Annual Conference & IAF Fashion Convention 2025 dalam acara Welcome Dinner di Pendapa Agung Royal Ambarrukmo, Kamis malam (23/10/2025). - Harian Jogja/Anisatul UmahHarian Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA—Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut peserta International Textile Manufacturers Federation (ITMF) Annual Conference & International Apparel Federation (IAF) Fashion Convention 2025 dalam acara Welcome Dinner di Pendapa Agung Royal Ambarrukmo, Kamis malam (23/10/2025).

Dalam sambutannya, Sultan menyatakan bahwa dari perspektif sejarah, tekstil merupakan salah satu penanda peradaban, misalnya kain Nusantara. Menurutnya, batik dan tenun bukan sekadar motif di atas kain, melainkan kanvas yang memuat filosofi, matematika, dan kisah kosmologis.

"Dalam perjalanannya, fungsi dasar sandang sebagai kebutuhan pokok manusia tidak pernah surut, justru berevolusi seiring pertumbuhan populasi dan peningkatan kelas menengah dunia," ujarnya.

Sultan menyebut kebutuhan ini meluas tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas, keberlanjutan, dan bahkan fungsionalitas. Kini, kain tidak hanya menutupi dan melindungi tubuh, tetapi telah menjadi medium bagi smart fabrics yang memantau kesehatan, bio-textiles yang ramah lingkungan, dan material canggih hasil rekayasa nano.

"Inilah esensi peradaban tekstil, industri yang merespons kebutuhan dasar umat manusia, dengan tidak pernah berhenti menenun makna baru ke dalam setiap helai benang," ucapnya.

Sultan memaparkan empat tantangan utama industri tekstil. Pertama, tekanan keberlanjutan yang multidimensi. Ia menyebut perubahan iklim tidak lagi sekadar wacana, melainkan realitas yang menuntut transformasi radikal dari ekonomi linear menuju ekonomi sirkular yang regeneratif.

"Tantangan ini tidak hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga menekan konsumsi air yang masif, polusi mikroplastik, dan emisi karbon dari rantai produksi global," jelasnya.

Kedua, disrupsi digital dan kesenjangan teknologi. Revolusi industri 4.0 membawa otomasi, kecerdasan buatan (AI), dan blockchain yang mengubah lanskap produksi. Namun, menurutnya jurang antara perusahaan besar dan UMKM yang kesulitan mengakses teknologi justru semakin melebar.

"Ini berpotensi menciptakan kesenjangan, yang mengancam keberlangsungan pelaku industri tradisional," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tantangan ketiga adalah kompleksitas rantai pasok global. Di satu sisi, rantai pasok global memungkinkan efisiensi dan di sisi lain menciptakan kerentanan terhadap guncangan, mulai dari pandemi, konflik geopolitik, hingga fluktuasi harga bahan baku global.

Dia menjelaskan ketergantungan pada satu wilayah, atau negara tertentu terbukti berisiko, mendesak kebutuhan untuk membangun jaringan, yang lebih resilien dan terdiversifikasi.

Kemudian, kata Sultan, tantangan terakhir adalah transparansi dan tuntutan etika. Generasi muda, kata Sultan, tidak hanya peduli pada produk akhir, tetapi pada seluruh value chain, mulai dari sumber bahan baku, kondisi kerja yang manusiawi, hingga jejak karbon.

"Tekanan untuk menerapkan full supply chain transparency dan mematuhi prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi semakin kuat dan tak dapat ditawar lagi," jelasnya.

Sultan menyerukan perlunya berpikir secara ekosistem, bukan sektoral, dengan kolaborasi yang melampaui batas konvensional. "Industri tekstil masa depan adalah kolaborasi antara data saintifik dan maestro tenun, antara insinyur bioteknologi dan perajin tradisional," tegasnya.

Ia mengajak seluruh peserta membangun peta jalan menuju Textile 5.0, era di mana industri menjadi pionir dalam keberlanjutan, inklusivitas, dan kecerdasan buatan tanpa kehilangan jati diri.

Warisan Budaya dan Inovasi

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyatakan Yogyakarta dengan warisan seni, kerajinan, dan kreativitasnya mencerminkan jati diri industri, di mana tradisi bertemu dengan inovasi.

"Selama konferensi, peserta dapat merasakan kehangatan masyarakat, keindahan budaya, dan inspirasi yang ditawarkan kota ini," ujarnya.

Jemmy berharap acara ini bermanfaat bagi perkembangan industri tekstil dan fesyen di Indonesia dan dunia, serta membuka sinergi global yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news