Sejumlah peserta UNBK program paket A dari PKBM Mandiri Karen sedang mengerjakan soal ujian nasional di SMA Negeri 1 Kretek, Kamis (3/5/2018). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin
Harianjogja.com, BANTUL - Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk memasukkan Bahasa Portugis ke dalam kurikulum sekolah mendapat tanggapan beragam dari kalangan pendidik di Bantul. Mereka menilai wacana itu masih perlu dibahas mendalam agar tidak terburu-buru diterapkan tanpa kesiapan yang matang.
Kepala SMK Muhammadiyah Kretek, Anggit Nurochman, menilai kebijakan semacam itu tidak bisa hanya dilihat dari sisi inovasi, tetapi juga dari aspek kebutuhan dan kesiapan tenaga pengajar.
Menurutnya, ada sejumlah aspek seperti tujuan dan kebutuhan guru yang memadai harus diperhatikan sebelum Bahasa Portugis benar-benar diterapkan.
Anggit mengatakan, penguatan kemampuan bahasa asing di sekolah sebaiknya difokuskan lebih dulu pada Bahasa Inggris yang perannya sudah sangat luas di dunia internasional.
"Karena realitanya sampai saat ini, pembelajaran Bahasa Inggris secara umum baru sampai pada tataran pengetahuan, belum sampai keterampilan," katanya saat dihubungi, Jumat (31/10).
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 3 Kasihan (SMSR), Suranto, menyampaikan bahwa usulan Bahasa Portugis di sekolah seharusnya dikaji mendalam, terutama dari segi urgensi serta kesiapan sumber daya yang akan menunjang pelaksanaannya.
"Kalau sebagai mata pelajaran pilihan tidak apa-apa, karena bisa dipilih atau tidak oleh siswa. Tapi kalau menjadi mata pelajaran wajib, ya perlu dipertanyakan kepentingannya," ujarnya.
Ia menilai, Bahasa Portugis jarang digunakan baik di Indonesia maupun secara internasional.
Bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), lanjutnya, manfaat Bahasa Portugis belum terlalu terasa. Pasalnya, kebutuhan bahasa asing di SMK lebih diarahkan pada negara yang menjadi tujuan tenaga kerja Indonesia (TKI).
"Untuk siswa SMK, bahasa asing selain Inggris yang dibutuhkan adalah Jepang, Korea, dan Arab. Itu sesuai dengan negara yang benar-benar membutuhkan TKI lulusan SMK," tuturnya.
Suranto juga menyoroti kesiapan lembaga pendidikan tinggi yang akan mencetak calon guru pengajar.
"Jadi perlu persiapan matang dan kajian komprehensif kalau memang ada wacana Bahasa Portugis dimasukkan ke kurikulum sekolah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

6 hours ago
2















































