Jangan Tahan Tangis, Tubuh Perlu Lepas Emosi Negatif

4 hours ago 2

Jangan Tahan Tangis, Tubuh Perlu Lepas Emosi Negatif Foto ilustrasi menangis. / Freepik

Harianjogja.com, JAKARTA—Psikolog menyarankan untuk tidak menahan tangis karena air mata dapat membantu tubuh melepaskan emosi negatif dan mengurangi tekanan mental.

“Menangis itu seperti membersihkan lemari emosi. Kalau dipendam terus, isinya akan menumpuk dan terasa berat. Membiarkan diri menangis sesekali membantumu merasa seimbang dan manusiawi. Setelah seminggu yang penuh tekanan, seseorang mungkin menangis sambil menonton film yang menyentuh hati dan setelahnya merasa 'segar', siap menghadapi hari baru,” kata Serene Lee, seorang psikoterapis dan pendiri pusat konseling ICCT.sg yang dikutip laman Channel News Asia, Jumat (24/10/2025).

Lee mengatakan secara fisik, menangis memungkinkan Anda melepaskan hormon stres seperti kortisol dan prolaktin melalui air mata. Seperti panci presto, menangis dapat berfungsi sebagai katup tekanan untuk melepaskan perasaan tertekan seperti kesedihan, frustrasi, atau bahkan kebahagiaan.

Menangis juga berfungsi sebagai cara untuk mengungkapkan rasa syukur, kelegaan, atau ikatan batin yang mendalam.

Seiring bertambahnya usia, perempuan menangis lebih banyak daripada laki-laki 30 hingga 64 kali per tahun, sementara laki-laki menangis lima hingga 17 kali per tahun. Namun, hal ini bukan disebabkan oleh perbedaan biologis seperti hormon prolaktin pemicu tangisan emosional yang lebih tinggi pada perempuan.

Perbedaan frekuensi ini justru mencerminkan norma ekspresifitas, ujar Dr. Alla Demutska, Direktur Klinis Psikoterapi dan Konseling di Sekolah Psikologi Positif, mengutip sebuah studi yang mengamati lebih dari 7.000 individu dari 37 negara.

“Perempuan, terutama di lingkungan profesional, mungkin khawatir dianggap 'terlalu emosional' atau 'tidak profesional', sehingga mereka menginternalisasi keyakinan bahwa menangis harus disembunyikan,” kata Demutska.

Sementara banyak pria, tambahnya, juga diajari bahwa menangis sama dengan kelemahan. Mereka menekan emosi untuk mempertahankan rasa kendali atau maskulinitas. Menangis sebenarnya adalah respons alami manusia, dan itu bukan tanda kelemahan, katanya.

Selain menangis, Dr. Demutska merasa bahwa harus ada cara lain untuk mengelola stres, jika tidak, itu menunjukkan kemampuan mengatasi stres yang terbatas.

Menangis menjadi tidak sehat jika frekuensi atau intensitasnya mengganggu aktivitas sehari-hari, memengaruhi hubungan, dan/atau disertai pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Merasa ingin menangis terus-menerus merupakan tanda lain bahwa seseorang membutuhkan bantuan profesional. Menangis tanpa ada penyelesaian dapat mengindikasikan depresi, gangguan duka berkepanjangan, atau respons trauma, kata Dr. Demutska.

"Menangis tanpa mengetahui alasannya, berulang kali, dapat mengindikasikan kesulitan memahami emosi atau proses disosiatif,” kata Demutska.

Sementara tidak pernah menangis sama sekali, bahkan saat menghadapi berita atau situasi yang menyedihkan, juga mengkhawatirkan karena dapat mengindikasikan mati rasa atau penghindaran emosional, kata Dr. Demutska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news