 Suasana saat digelarnya Kanthi Pawiyatan Goes to Universitas Gadjah Mada (UGM) di kampus Fisipol UGM, Jumat (31/10/2025).  Harian Jogja - Catur Dwi Janati
                Suasana saat digelarnya Kanthi Pawiyatan Goes to Universitas Gadjah Mada (UGM) di kampus Fisipol UGM, Jumat (31/10/2025).  Harian Jogja - Catur Dwi Janati
            
JOGJA—Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY menggelar seminar Kanthi Pawiyatan Goes to Universitas Gadjah Mada (UGM) di kampus Fisipol UGM, Jumat (31/10). Lewat seminar itu, KPID mengajak para peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa membahas membahas topik besar soal Sebuah Paradoks Regulasi Penyiaran Konvensional dan Digital.
Ketua KPID DIY, Hazwan Iskandar Jaya, menjelaskan Kanthi Pawiyatan berasal dari kata Kanthi yang berarti teman, dan Pawiyatan yang merupakan tempat belajar. "Jadi kami kepingin agar semua karena ini di institusi kampus, semua belajar bersama memaknai penyiaran di era kekinian begitu, di era digitalisasi ini," kata Hazwan.
Hazwan menjelaskan saat ini di DIY ada 39 kanal TV digital. Selain itu di DIY juga terdapat 36 radio siaran swasta, termasuk lembaga penyiaran republik, RRI dan TVRI. Kemudian ada 24 stasiun radio siaran komunitas atau Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) di DIY. "Ini semua sebenarnya adalah aset DIY," kata dia.
Di UGM yang menjadi lokasi digelarnya Kanthi Pawiyatan, Hazwan mengaku sudah banyak kajian ihwal penyiaran. Di sisi lain, KPID juga memiliki sejumlah data tentang penyiaran untuk menjadi bahan riset merupakan penelitian. "Kami juga membuka diri di KPID, karena kami melakukan pemantauan, di sana punya data-data yang cukup banyak bisa untuk penelitian, untuk kajian," ujarnya.
Komisioner Bidang Kelembagaan KPI Pusat, Evri Rizqi Monarshi mengatakan lembaga penyiaran konvensional masih menjadi referensi dalam mengonfirmasi berita yang beredar. "Lembaga penyiaran konvensional, televisi dan radio ini masih menjadi referensi utama masyarakat untuk mengonfirmasi berita-berita yang sekarang sangat luar biasa, disinformasi, hoaks, dan lain sebagainya."
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ATVSI, Gilang Iskandar mengatakan kehadiran platform digital di era saat ini bisa membawa berkah, bisa juga membawa bencana.
Gilang mengatakan industri penyiaran menjadi salah satu sektor yang paling merasakan dampaknya dari kehadiran platform digital. "Industri penyiaran yang paling merasakan. Karena begitu masuk platform digital, switching. Pengguna, penonton itu switching semua ke platform sosial. Ketika jumlah penonton turun, otomatis juga itu hitung-hitungan masalah rating dan share juga jadi bergeser.” (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

 8 hours ago
                                3
                        8 hours ago
                                3
                    















































